PAD masih jauh dari target, Kementerian Pariwisata siap mengunjungi TPR Tours di tengah malam - WisataHits
Yogyakarta

PAD masih jauh dari target, Kementerian Pariwisata siap mengunjungi TPR Tours di tengah malam

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Menjelang akhir tahun, PAD Gunungkidul dari sektor penghargaan pariwisata masih jauh dari target. Dari total target tahun ini yang dipatok Rp 27 miliar, Dinas Pariwisata DIY (Dispar) hanya mampu merealisasikan Rp 18,9 miliar.

Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Muhammad Arif Aldian tak memungkiri target PAD pariwisata hingga akhir 2022 masih jauh dari target. Bisa dilihat dari pendapatan sekitar 70% yang baru diterima. “Kami baru menang sekitar Rp 18,9 miliar. Ini masih jauh dari target karena mereka diminta menghasilkan pendapatan Rp 27 miliar dari retribusi wisata pada 2021,” kata Aldian, Jumat (12/2/2022).

Menurutnya, masih ada waktu satu bulan untuk mencapai target tersebut. Ia juga tidak memungkiri bahwa itu adalah tugas yang sulit untuk dicapai, namun akan tetap melakukan yang terbaik.

Ada beberapa cara untuk mengoptimalkan PAD dari sektor pariwisata. Selain untuk promosi wisata lebih lanjut, pemantauan pungutan denda juga dilakukan pada dini hari. “Kami datang ke TPR tengah malam untuk mengoptimalkan pendapatan,” ujar mantan Kepala Bidang Organisasi Setda Gunungkidul ini.

BACA JUGA: Tiga kesejahteraan sosial di Gunungkidul Cair sekaligus untuk puluhan ribu orang

Aldian menambahkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penerimaan pajak pariwisata tidak maksimal. Di satu sisi, karena kunjungan di masa pandemi masih banyak berfluktuasi. Selain itu, kenaikan BBM juga akan mempengaruhi pendapatan yang ada. Kondisi ini diperparah dengan dampak bencana hidrometeorologi di Bumi Handayani.

“Jadi itu berpengaruh. Memenuhi target yang ada memang tidak mudah, namun diharapkan bisa meningkat signifikan di bulan Desember karena bertepatan dengan libur Natal dan akhir tahun,” ujarnya.

Sumaryanta, anggota DPRD Gunungkidul dari Fraksi Gerindra, mengatakan sampai saat ini PAD pariwisata belum maksimal. Menurutnya, langkah yang paling efektif adalah mengadvokasi penghapusan pungutan, namun opsi itu tak pernah diambil meski ada tekanan untuk menerapkannya.

Pilihan kedua adalah menarik biaya di masing-masing destinasi, sehingga penarikan tidak lagi berdasarkan kawasan wisata. Opsi ini dianggap lebih efektif dan adil. “Sekarang sepertinya ada ketidakseimbangan. Misalnya untuk kawasan Baron, cukup membayar Rp 10.000 saja sudah bisa menikmati 16 pantai. Sedangkan di Timang, tiket Rp 5.000 per orang hanya dapat satu pantai,” ujarnya.

Dia berharap, jika fasilitas penarikan bisa direalisasikan di tujuan mana pun, harga bisa lebih ditekan lagi. “Jangan sampai Rp 10.000 yang jelas memberatkan pengunjung. Dimungkinkan untuk menarik Rp 3.000 per orang di tempat tujuan. Padahal nilai nominalnya kecil, tapi kalau berkunjung ke lima pantai, pendapatannya bisa lebih besar dari yang terjadi saat ini,” katanya.

DIDUKUNG:

Kisah dua brand kecantikan lokal yang diuntungkan Tokopedia: Duvaderm dan Guele

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button