Mitha kagum dengan kehidupan toleran warga Desa Sampetan - DPRD JAWA TENGAH - WisataHits
Jawa Tengah

Mitha kagum dengan kehidupan toleran warga Desa Sampetan – DPRD JAWA TENGAH

MENJADI SUMBER: Anggota DPRD Paramitha Atika Putri menjadi narahubung dalam dialog proaktif di Desa Sampetan, lampu merah, Boyolali (Foto: azhar alhadi)

BOYOLALI – Desa Sampetan yang sejuk dan asri berubah menjadi desa wisata di lereng Gunung Merbabu. Desa ini menawarkan pemandangan yang indah, terutama saat cuaca cerah. Dua gunung, Gunung Merapi dan puncak Gunung Merbabu sangat cocok untuk penyembuhan.

Tak hanya pemandangannya, Desa Sampetan di Kecamatan Ampel juga mengembangkan tanaman obat keluarga atau toga. Berbagai tanaman obat seperti jahe (Zingiber resmi), Kunyit (kunyit panjang), Kunyit (xanthorrhiza kunyit), jahe aromatik (Kaempferia Lengkuas) dan sirih (kumbang lada) ditanam oleh penduduk setempat.

Menurut Paramitha Atika Putri, anggota DPRD Jawa Tengah, pihaknya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan warga. Sebagai anggota Komisi B, pihaknya akan terus mendorong pembangunan desa, termasuk penjualan tanaman toga.

“Kami di Komite B sudah lama menangani pengembangan agrowisata. Pembangunan pabrik toga ini diharapkan dapat mendongkrak perekonomian desa setempat. Dari tanah yang subur dan cuaca yang sejuk, perkembangan tanaman ini bisa pesat,” ujarnya saat baru-baru ini menjadi narasumber kegiatan proaktif anggota DPRD Jateng.

Tak hanya toga yang menarik perhatian Paramitha. Kehidupan sosial warga Desa Sampetan juga harmonis. Di desa ini, pemeluk lima agama hidup damai berdampingan. Pada tahun 2020 ini juga, Desa Sampetan dinobatkan sebagai Desa Profil Pancasila sebagai Model Toleransi yang Kuat.

“Dalam gotong royong, mereka bersatu sebagai satu kesatuan tanpa sekat. Ketika tempat ibadah dibangun, warga bahu-membahu membantu,” kata anggota DPR dari PDI Perjuangan itu.

Pernyataan Paramitha itu juga dikuatkan oleh Bante Nyanakaruno, pemuka agama Buddha di desa Sampetan. Ia mengakui, tingkat toleransi warga sangat tinggi. Warga tidak membeda-bedakan agama dan golongan lain.

“Hanya pembangunan musholla, juga didukung oleh warga yang beragama Buddha, Kristen. Tempat ini bukan sekedar desa wisata, tapi juga bisa dikembangkan sebagai wisata religi,” ujarnya.

Paramitha berharap Desa Sampetan bisa menjadi miniatur kecil Indonesia. Selain keindahan alamnya, Sampetan juga mengembangkan toleransi yang kuat dari warganya. (ervan/priyanto)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button