Yogyakarta

Menyongsong Safira Hasna Nada Mbekayu Banyumas 2019 dan Puteri Otonomi Indonesia 2022, kuliah mereka disela untuk membanggakan Banyumas

Saat berkenalan dengan Safira Hasna Nada Mbekayu Banyumas 2019 dan Otonomi Putri Indonesia 2022, kuliah mereka disela untuk membanggakan Banyumas

Dari: RadarBanyumas.co.id Tanggal unggah: Deskripsi: Bertemu Safira Hasna Nada Mbekayu Banyumas 2019 dan Putri Otonomi Indonesia 2022. Kuliahnya diinterupsi untuk membuat Banyumas bangga


BREAKING PRIDE: Safira Hasna Nada berhasil meraih juara kedua atau ketiga pada Ajang Putri Otonomi Indonesia 2022 pada 18 Juni di Pullman Ciawi Hotel Vimala Hills Resort Spa & Convention Bogor. Safira Hasna untuk Radarmas

Safira Hasna Nada masih muda. Baru berusia 23 tahun. Meski begitu, prestasinya sangat membanggakan. Mulai dari Mbekayu Banyumas pada tahun 2019 hingga perebutan juara kedua atau ketiga baru-baru ini untuk Putri Otonomi Indonesia.

AAM JUNI, Purwokerto

Pembawa berita atau Newscaster. Mereka adalah cita-cita Perawan Sokaraja. Sebagai Mbekayu Banyumas dan juga Putri Otonomi Indonesia tentunya tidak lahir begitu saja. Safira memiliki jalan panjang untuk menjadi seperti sekarang ini.

Saat ini sedang kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta. Studi sastra Inggris. Sejak kuliah di Yogyakarta, ia sering bertemu dengan para Duta Wisata Jogja. Sejak saat itu ia tertarik menjadi duta pariwisata.

“Jadi waktu kuliah, saya tidak aktif di kampus. Berpikir harus tampil, akhirnya saya mau ikut semester lima dan saya sangat tertarik untuk mendaftar Mbekayu Banyumas 2019,” ujarnya.

Dengan mendaftar sebagai Mbekayu Banyumas tentunya dia sudah siap dengan segala proses yang ada. Dan dia menyadari bahwa prosesnya cukup lama.

“Sebelumnya, pemilihan biasanya diadakan di karantina, pertunjukan bakat, dan itu memakan waktu. Mendapat izin untuk kuliah,” jelasnya.

Pilihan ini memiliki konsekuensi. Kuliah cukup terganggu. Akibatnya, ia sering bolak-balik dari Yogyakarta ke Purwokerto.

“Sejujurnya, kuliah sangat disfungsional. Tapi saya bernegosiasi dengan dosen. Karena membawa nama baik kampus,” ujarnya.

Ia pun harus menarik gol final tahun ini. Dari awal Juli harus ditunda hingga Agustus.

“Hanya latihan, tinggal menunggu selesai,” jelasnya.

Mundur dari Jogja ke Purwokerto, dan sebaliknya, diakuinya cukup repot. Fisiknya jelas terkuras. Namun dia mengaku tidak pernah sakit.

“Bahkan Senin pagi saya baru kembali ke Jogja, Senin pagi saya langsung kuliah. Meski lelah, saya senang-senang saja,” ujarnya.

Dia ingat bahwa proses yang membosankan itu memakan waktu sekitar dua bulan.
Latihan sore sampai tengah malam. Bahkan, setiap minggu ia harus kembali ke Purwokerto. Tidak hanya di akhir pekan, di hari kerja ketika perlu pulang, dia akan pulang.

“Setelah Mbekayu Banyumas, kita harus pindah ke event provinsi, itu juga harus dipersiapkan. Ada banyak persiapan dan kami harus bisa berpakaian dan mengikat diri sendiri,” katanya.

Menyadari apa yang dilakukannya menguras tenaga dan kewarasannya, ia mengatakan keluarganya sangat mendukung. Asal dengan syarat. Keseimbangan antara kegiatan yang dia ikuti dan pendidikan yang dia ambil.

Perjuangan Safira membuahkan hasil. Sebagai Mbekayu Banyumas 2019, ia mengaku banyak memberikan ilmu dan pengalaman.

“Tahun 2021 saya dikontrak Kemenkominfo sebagai key opinion leader dari Mei hingga Desember,” ujarnya.

Menjadi Mbekayu Banyumas, diakuinya, tidak mudah. Hanya ada suara-suara yang saling bertentangan dari masyarakat. Karena penerimaan di bawah Mbekayu Banyumas hanyalah pemanis dalam setiap acara pemerintah daerah. Sampai klise Mbekayu Banyumas, tugasnya hanya membawa nampan di acara-acara resmi pemerintah daerah.

“Tidak setuju hanyalah pemanis, suara komunitas yang merendahkan dan membuat kita emosional. Mungkin Anda hanya bisa melihat apa yang kami unggah. Ada aktivitas yang tidak kami unggah, pager bagus saat kami ditugaskan oleh layanan. Sudah menjadi tugas kita untuk menyambut tamu,” katanya.

Namun, dia menegaskan banyak kegiatan yang dia ikuti, tapi mungkin orang-orang hanya melihatnya.

“Duta pariwisata adalah ujung tombak pariwisata. Tanpa ada perintah dari dinas, kami sudah punya rencana inisiatif promosi pariwisata di Kabupaten Banyuma,” ujarnya.

Itu adalah tantangan yang sangat sulit baginya, terutama di masa pandemi. Karena semua kegiatan yang bersifat tatap muka dan menimbulkan keramaian tidak diperbolehkan.

“Selama pandemi, kita perlu melakukan aktivitas melalui media sosial. Hampir semua tempat wisata tutup, jadi kita harus membuat konten,” ujarnya.

Meski begitu, dia tidak mau menyerah menghadapi pandemi. Di tengah pandemi, ia mencari cara agar promosi pariwisata dan budaya Banyuma tetap berjalan.

“Live IG membahas pariwisata, budaya seminggu sekali. Kami bertukar pikiran kemarin. Kami membuat duta perjalanan. Kami membuat konten dan membagikan konten kami dari masing-masing kabupaten sehingga kami tahu apa yang ada di kabupaten Banyumas, ”katanya.

Menapaki jenjang karir selanjutnya, ia terpilih mewakili Kabupaten Banyuma pada ajang Otonomi Putri Indonesia (POI) 2022 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi). Safira berhasil masuk 14 besar dari 35 kontestan yang mengikuti seleksi pada Mei lalu.

“Karena di Banyumas tidak ada pilihan. Kemarin Alhamdulillah saya dipercaya untuk melanjutkan. Sebagai orang awam, saya pikir saya akan fokus pada pemerintahan sambil mempelajari pariwisata dan budaya,” jelasnya.

Otonomi Putri Indonesia jelas baru bagi mereka. Dia harus belajar lagi apa itu investasi, energi terbarukan, otonomi daerah.

“Saat pertama kali datang ke pertemuan itu, ada banyak hal yang bisa dipelajari. Pak Husein membuat daftar apa yang dia pelajari,” katanya.

Safira menjelaskan, dirinya dikarantina sejak 15-17 Juni 2022. Sedangkan grand final akan berlangsung pada 18 Juni 2022 di Pullman Ciawi Hotel Vimala Hills Resort Spa & Convention Bogor.

“Hasilnya finis kedua atau ketiga.” Hadiah kemarin disponsori oleh beberapa sponsor tie-dye Wardah. Hadiah uang 10 juta rupiah, piala, piagam penghargaan,” jelasnya.

Menjadi juara III Wanita Otonomi Indonesia merupakan prestasi yang membanggakan, ujarnya. Karena bisa bersaing dengan seluruh perwakilan di Indonesia.

“Keuntungannya bisa bertemu banyak orang dari budaya yang berbeda, jadwalnya juga besar dan termasuk pemerintah daerah di seluruh Indonesia, sudah keliling Indonesia dan lebih mengenal budaya, pariwisata dan adat istiadat,” jelasnya.

Menurutnya, menjadi Mbekayu Banyumas dan juga menjadi Putri Otonomi Indonesia memiliki satu kesamaan. Menyandang nama Kabupaten Banyumas. Sehingga ia ingin berusaha semaksimal mungkin untuk mengharumkan nama Kabupaten Banyumas.

Source: radarbanyumas.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button