Meningkatkan tata kelola BUM desa berbasis pariwisata
Dari Ketua Tim PKM UNISBA Prof.DR.Atih Rohaeti Dariah,SE.,M.Si.
Transformasi perekonomian pedesaan dari status tradisional “bernilai tambah rendah” menjadi “bernilai tambah tinggi”, yang berdampak pada perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan ketahanan ekonomi keluarga harus menjadi orientasi utama perekonomian pedesaan. perkembangan. Namun fakta di lapangan, sampel tiga desa di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, masih belum memiliki rencana transformasi ekonomi.
Desa yang dimaksud adalah Desa Cipamekar Kabupaten Sumedang. Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cibiru, Kabupaten Bandung.
Meningkatkan tata kelola BUM desa berbasis pariwisata
Proses transformasi ekonomi membutuhkan waktu yang lama karena penciptaan nilai tidak lepas dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketersediaan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif, dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah. Proses ini tidak boleh berjalan liar, tetapi harus dirancang melalui perencanaan terstruktur dalam hal konten, waktu, dan peran. Perencanaan yang baik mengikat komitmen seluruh peserta pembangunan dan menjadi acuan dalam kegiatan perencanaan. Selain itu, dengan adanya rencana transformasi ekonomi pedesaan akan memudahkan penyusunan RKP Desa tahunan khususnya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
BUM Desa dapat dijadikan sebagai cikal bakal dalam proses transformasi ekonomi. Selain itu, keberadaan BUM Desa di ketiga desa tersebut cukup menggembirakan, sudah memiliki berbagai kegiatan ekonomi produktif, namun belum banyak mempengaruhi perwujudan transformasi ekonomi PAD Desa. Untuk mencapai hal ini diperlukan kolaborasi dari berbagai pelaku pembangunan, termasuk akademisi, fakultas, dan mahasiswa.
Kebijakan kampus belajar mandiri dapat menjadi sarana untuk mengintegrasikan SDM kampus dengan aparat pemerintah desa, pemangku usaha desa dan pengelola BUM desa untuk bersinergi meningkatkan kinerja pembangunan desa dalam hal transformasi ekonomi desa. Dalam kerjasama tersebut terdapat sharing knowledge, pendampingan penyusunan rencana percepatan transformasi ekonomi, rencana peningkatan tata kelola BUMDes, dan rencana pengembangan usaha BUM Desa partisipatif.
Meningkatkan tata kelola BUM desa berbasis pariwisata
Tim PKM Universitas Islam Bandung yang diketuai oleh Prof.DR.Atih Rohaeti Dariah,SE.,M.Si. Imam Sukwatus Sujai, M.Si. NIDN. dan Ferry Setiawan, SH, M.SP., berkesempatan melakukan pengabdian masyarakat di tiga desa tersebut dengan dukungan penuh dari Kemdikbudristek Dikti (PKM) dengan tema “Percepatan Transformasi Ekonomi Desa dengan Optimalisasi BUM Desa”. Antusias masyarakat yang diwakili oleh unsur Perangkat Desa, Pengelola BUM Desa, BPD, Karang Taruna, PKK, LPM, Pokdarwis dan Wilayah. Hal ini tercermin dalam kegiatan lokakarya untuk menganalisis peluang ekonomi unggulan, membuat Business Model Canvas (BMC) dan mengidentifikasi rencana untuk meningkatkan Tata Kelola BUM Desa. Mereka menyampaikan berbagai jenis ide secara interaktif.
Prof. Dr. Atih Rohaeti Dariah, SE., M.Si., mengatakan secara umum seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dapat melihat potensi ekonomi yang ada dan melihat upaya pembangunan ke depan. Mereka juga melihat persaingan dari wisata lain yang memiliki mobilitas lebih baik dibandingkan dengan kawasan wisatanya dan merasakan keterbatasan modal dan sumber daya manusia (SDM) yang dapat menjalankan bisnis secara profesional.
“Ketiga desa tersebut memiliki orientasi yang sama untuk pengembangan ekonomi desa ke depan, yaitu meningkatkan proposisi nilai pariwisata di desanya. Di Desa Pagerwangi, Kabupaten Bandung Barat, banyak terdapat tempat wisata, kafe dan restoran yang dikelola oleh pihak swasta. Sementara BUM Desa Berkah Mandiri Wangi sendiri baru saja mengelola unit usaha pengelolaan air bersih, ruko desa dan futsal Pagerwangi, dalam waktu dekat direncanakan mini cafe. Kanvas Model Bisnis BUM Desa yang dibuat selama workshop mengarah pada peran BUM Desa sebagai pemasok dalam menghubungkan produk desa lokal berupa sayuran, jeruk, kerajinan dan budaya silat, Calung dan lain-lain dengan kawasan wisata. Termasuk usulan penukaran tiket bibit sayuran dan tanaman hias.
Meningkatkan tata kelola BUM desa berbasis pariwisata
Sedangkan di desa Cibiru Wetan dan Cipamekar, BUM Desa mengelola destinasi wisata secara langsung melalui unit usaha khusus di bawah ini. Oleh karena itu Business Model Canvas BUM Desa yang menjadi fokus meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke desa melalui peningkatan value proposition, kemudahan akses dan peningkatan fasilitas. Nilai wisata desa Cipamekar adalah mata air yang kesegarannya tiada tara. Ada akar yang sangat panjang menjuntai dari pohon besar “jajawai” (sejenis beringin yang sangat besar) yang bisa menjadi spot eksotis untuk selfie. Ditambah lagi dengan pemandangan cekungan sawah yang berbatu,” jelas Prof. Atih.
Prof Atih mengatakan, saat ini fasilitas wisata sudah dilengkapi dengan kolam renang dan sejumlah warung makan ala kadarnya. Hasil dari lokakarya tersebut menghasilkan rencana jangka pendek berupa fasilitas bermain anak, akses mudah ke tempat wisata, pembangunan restoran yang dikelola BUM Desa dan ruang yoga relaksasi di mata air. Dalam jangka menengah, ada rencana untuk membuat fasilitas perkemahan selain DAS, sawah, jembatan bambu, dan homestay bambu.
Destinasi wisata Tangga Seribu di desa Cibiru Wetan ini berbeda, yaitu berada di kawasan perbukitan sebagai tempat wisata buatan. Mendaki seribu anak tangga membawa pengunjung ke puncak bukit sehingga bisa menikmati indahnya pemandangan dari atas bukit. Saat ini ada tempat perkemahan, tempat selfie dan paviliun dengan platform melihat. Namun, kehadirannya masih terbatas, sehingga ke depan perlu dikembangkan fasilitas umum agar konsumen merasa lebih nyaman, menyediakan air bersih, berkolaborasi dengan komunitas seni pertunjukan dan biro perjalanan.
Temuan dan rencana pengembangan dari proses pembuatan BMC partisipatif akan menjadi salah satu bahan untuk memperkaya substansi dokumen Rencana Percepatan Transformasi Ekonomi Pedesaan. Kedepannya, rencana ini dapat dijadikan dasar atau acuan dalam penyusunan RKP desa.
Dikatakannya, untuk melaksanakan rencana tersebut perlu disiapkan sumber daya organisasi, manajerial, manusia dan keuangan yang memadai. Hasil evaluasi diri Tata Kelola BUM Desa di ketiga desa menunjukkan kondisi yang kurang memadai terkait dengan dimensi tata kelola kesekretariatan terkait pengelolaan keuangan, dimensi pengelolaan logistik dan gudang, dimensi tata kelola pemasaran terkait aspek nilai produk dan R&D -aspek, terutama ketika mengukur kepuasan. Masih terdapat kendala untuk masing-masing dimensi, terutama karena budaya kerja yang tidak profesional, keterbatasan pengetahuan tata kelola, baik di bidang kebijakan maupun SOP, dan rendahnya insentif bagi pengurus BUM Desa.
“Salah satu bentuk solusinya adalah dengan menggunakan program Merdeka Learning Campus Merdeka, dimana mahasiswa diharapkan menghabiskan satu semester aktif berkontribusi dalam pengelolaan BUM Desa berbasis pariwisata. Bahkan ada harapan bisa menjadi direktur PT yang khusus mengelola bisnis pariwisata di bawah BUM Desa.
Jika rencana percepatan dapat dilaksanakan dan kapasitas BUM Desa ditingkatkan, dilengkapi dengan kehadiran mahasiswa, maka diprediksi akan terjadi transformasi ekonomi berbasis pariwisata di masa depan, dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. pendapatan masyarakat naik,” pungkasnya.*
Source: jabar.tribunnews.com