Liburan yuk main ke Kampung Keramik Kiaracondong! - WisataHits
Jawa Barat

Liburan yuk main ke Kampung Keramik Kiaracondong!

gambar

gambar

gambar

Pusat Keramik Kiaracondong

Kerajinan tanah liat yang unik ini sudah dilakukan pada generasi ketiga. Dikdik, nama pemilik sentra keramik Kiaracondong, menceritakan jatuh bangun usahanya.

“Dulu ada 30 pengrajin di sini. Tapi sekarang hanya ada satu yang tersisa, aku sendirian. Mungkin karena kita tidak kompetitif atau tidak mengerti produksinya,” ujar Dikdik.

Dalam sebulan ia bisa membuat 15 kubik produk keramik. Dari gelas besar hingga souvenir kecil.

“Ukuran besar per hari sekitar 8 buah. Sedangkan yang ukuran kecil sebanyak 4 buah. Tapi ada lebih banyak ruang kecil yang diisi dengan yang lebih kecil lagi,” katanya.

Hal yang menarik dari perjalanannya ke dunia tembikar adalah selama pandemi. Di saat sebagian besar perusahaan mem-PHK karyawannya bahkan gulung tikar, bisnis keramik Dikdik melesat dengan cepat.

Permintaan akan keramik melonjak. Hingga tidak ada lagi barang di rumah produksi. Bahkan, masih banyak dijual keramik yang sedikit cacat.

“Mungkin karena masyarakat mencari aktivitas lain di masa pandemi. Salah satunya banyak orang yang suka menanam. Itu sebabnya penjualan pot semakin meningkat. Seumur hidup saya berkecimpung di bisnis keramik, tidak pernah,” ujarnya.

Ia mengatakan, selama ini yang paling banyak diminati adalah pesanan kacamata dan souvenir. Sementara itu, bagaimanapun, permintaan pot bunga dengan motif trendi dalam bentuk bunga sangat banyak.

“Ada yang pesan dari Brazil. Mereka beli langsung di sini. Lalu barang kita kirim dalam container,” ujarnya.

Karena penjualan masih offline atau di etalase toko.

“Kami masih offline. Saat Anda online, Anda memiliki kerabat untuk mendukung Anda,” jelasnya.

Yang juga istimewa dari Setra keramik ini adalah ovennya yang dibuat sendiri. Tidak banyak orang yang bisa membuat kompor.

“Saya bisa membuat kompor sendiri. Butuh biaya Rp 200 juta untuk membuat kompor,” akunya.

Menurutnya, tidak ada proses yang sulit dalam pembuatan gerabah. Namun, kendala terbesar adalah cuaca dan komoditas.

“Kalau cuaca cerah bisa seminggu jemur. Kalau tidak, bisa 2-3 minggu. Kalau bahan bakunya jelek, akan mempengaruhi hasil,” ujarnya.

Sementara itu, Sekda Kiaracondong Amin Jarkasih mengatakan, pihaknya akan terus mendukung perajin keramik di Kiaracondong.

“Pemerintah kecamatan akan terus mendorong untuk melestarikan budaya ini. Hanya satu yang selamat yang bisa melanjutkan seni keramik,” kata Amin.

Bahkan, Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga meminta Dikdik untuk melanjutkan produksi di Kiaracondong. Menjadi tempat yang berkarakteristik dan dapat dijadikan tempat wisata seni.

“Bahkan jika itu sudah lama sekali, kita bisa menghidupkannya kembali. Mahasiswa ITB juga sering datang ke sini. Anda belajar seni keramik langsung di setra kami,” tambahnya. (Kebisingan)**

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung

Yayan A. Brilyana

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button