Kunjungan museum dengan cara yang lebih modern - WisataHits
Jawa Barat

Kunjungan museum dengan cara yang lebih modern

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pernahkah Anda ke museum? Mungkin banyak yang mengira museum ini terlihat kuno. Namun, sebenarnya tidak sedikit museum di Indonesia yang terus berinovasi. Salah satu tujuannya adalah agar generasi muda ingin mengenal sejarah secara kontemporer.

Yamaha Alfa Scorpion

TANGGAL 12 Oktober lalu adalah Hari Museum Nasional. Apakah Anda mencoba mengingat berapa banyak museum di Indonesia yang telah Anda kunjungi? Sebelum berkunjung, ada baiknya Anda mengecek jadwal atau program khusus dari museum yang Anda kunjungi. Poin-poin berikut dapat menjadi pengingat sebelum kembali ke museum.

Periksa peta museum

Perhatikan jam buka museum agar kunjungan dapat terstruktur secara optimal. Periksa juga situs web Selain media sosial resmi museum, ada informasi khusus. Misalnya, penutupan sementara diperlukan untuk renovasi atau reservasi untuk kegiatan tertentu. Misalnya, di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, pengunjung bisa melakukan reservasi secara online. Setelah itu baru datang dengan tanggal dan waktu yang dibuat.

Jangan merusak koleksi

Museum ini penuh dengan barang-barang koleksi yang bernilai tinggi, mulai dari peninggalan sejarah hingga mahakarya. Jadi patuhi aturan di museum. Diantaranya, tidak boleh menyentuh koleksi, apalagi jika ditandai dengan tanda larangan menyentuh. Peraturan tersebut tidak hanya berlaku bagi pengunjung, tetapi juga bagi pengelola museum. Manajer baru diperbolehkan untuk menyentuh benda-benda bersejarah selama proses pemeliharaan. Pada waktu-waktu tertentu, beberapa museum menawarkan kesempatan kepada pengunjung untuk melihat proses pelestarian koleksi museum. Bagaimana mengatur suhu, kelembaban, dan pencahayaan untuk melestarikan koleksi yang sudah berusia puluhan tahun.

Museum merupakan wisata edukasi yang terbuka untuk semua kalangan. Termasuk anak-anak. Namun, harus dengan dukungan orang tua, ya. Jika rombongan pengunjung adalah rombongan sekolah, maka harus didampingi oleh seorang guru. Berhati-hatilah saat berjalan, tidak berlari atau terburu-buru agar tidak bertabrakan dengan koleksi yang dipamerkan.

Menjelajahi berbagai aktivitas

Tidak hanya sekedar mendengarkan koleksi museum, tetapi meningkatkan kunjungan melalui kegiatan eksplorasi. Bisa di cek di bawah situs web, media sosial atau bertanya kepada staf. Misalnya, dalam rangka memperingati Hari Museum Nasional, Museum KAA menyelenggarakan workshop pendidikan, fotografi, dan vlogging.

Ada juga museum berburu harta karun mempengaruhi situs sejarah lainnya di kota bandung. Di antaranya Museum Sri Baduga, Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, Museum Pos Indonesia, Museum Geologi, dan Museum Gedung Sate. Setiap kelompok diberikan pertanyaan, yang jawabannya ada di museum. Dalam mencari jawaban, setiap kelompok membuat video pengalaman berburu yang semenarik mungkin. Video tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempromosikan museum kepada masyarakat.

Tetap disiplin protokol kesehatan

Patuhi proses yang diterapkan. Misalnya di Museum Konferensi Asia Afrika (KAA). Pertama, pengunjung memindai barcode melalui aplikasi PeduliLinde di pintu masuk. Kedua, jumlah rombongan dibatasi maksimal 30 orang. Hal itu dilakukan untuk menghindari keramaian. Ketiga, pengunjung diwajibkan memakai masker dari awal tur hingga akhir. Meski berfoto, pengunjung tetap harus memakai masker. “Selama ini belum ada yang mengeluh ribet dengan protokol kesehatan ini. Di tempat lain saya kira prosesnya sama,” kata Direktur UPT Museum KAA Dahlia Kusuma Dewi.

tur virtual

Dengan perkembangan teknologi dan dampak pandemi, beberapa museum bisa dikunjungi secara virtual. Museum KAA, salah satunya. Pengunjung yang melakukan virtual tour juga dapat berinteraksi dengan pengelola museum.

Meski ada layanan museum virtual, mengunjungi museum secara langsung tetap menjadi pilihan utama. Bukan hal yang aneh bagi kita untuk merasa seolah-olah kita telah ditarik keluar dari mesin waktu beberapa dekade yang lalu. Karena museum bukan hanya koleksi sejarah, tapi juga saksi masa kini. Misalnya Museum Konferensi Asia Afrika yang berada di lokasi Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Dengan tampil secara langsung, pengunjung merasakan pengalaman yang berbeda dari virtual.

Sumber: Jawapos.com

Penerbit: Edward Yaman

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button