Bukan sekedar nama, ini bukti khas Yogyakarta

3. Surga perjalanan

Ada banyak tempat wisata yang bisa Anda kunjungi saat singgah di Yogyakarta mulai dari wisata sejarah, alam, kuliner, budaya dan lainnya. Tidak hanya di akhir pekan, tetapi juga di hari biasa, Yogyakarta tidak pernah sepi dari pelancong.

4. Biaya hidup rendah

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Yogyakarta termasuk dalam lima besar kota dengan biaya hidup termurah. Hanya dengan Rp 10.000 kamu sudah bisa makan nasi gudeg.

Angkringan juga tersedia dengan harga yang sama terjangkaunya. Biaya hidup yang ramah untuk semua orang, membuat hidup di kota ini semakin nyaman.

5. Dipimpin oleh Sultan

Semua daerah setingkat provinsi di Indonesia dipimpin oleh seorang gubernur, kecuali Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang sultan.

Yogyakarta adalah wilayah yang memiliki atau disebut pemerintahan sendiri Lanskap belajar mandiri (pemerintahan sendiri). Zelfbestuur landschappen merupakan pemerintahan adat yang memperoleh otonominya sebagai hasil dari serangkaian perjanjian dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, dalam hal ini Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755 dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I. Sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I pada tahun 1813.

Setelah Indonesia merdeka, Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan bahwa wilayah Kesultanan dan Pakualaman bergabung dengan wilayah Republik Indonesia. Itu sebabnya gubernur senior adalah Sultan Yogyakarta yang sedang menjabat sedangkan wakil gubernurnya adalah Pangeran Paku Alam yang duduk di singgasana. Hal ini sebenarnya sudah menjadi tradisi dan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pengarang: Resla Aknaita Chako

Source: m.liputan6.com