Banyak KDRT di Boyolali, Larangan Pernikahan Dini Solusinya - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Banyak KDRT di Boyolali, Larangan Pernikahan Dini Solusinya – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Menampilkan perlawanan terhadap kekerasan dalam rumah tangga. (JIBIBisnis Indonesia/Andi Rambe)

Solopos.com, BOYOLALI Ratri S. Survivalina, Kepala Badan Penanggulangan Kependudukan, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Boyolali, mengatakan telah terjadi sejumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga di Boyolali.

Upaya preventif DP2KBP3A Kabupaten Boyolali untuk menekan kekerasan dalam rumah tangga terdiri dari kampanye pelarangan pernikahan usia dini.

Daihatsu Rocky Promotion, Harga Mobil Rp 200 Juta Jadi Hanya Rp 99.000

“Sekarang kami berkomitmen untuk mencegah pernikahan dini. Jadi kalau nama programnya Jo Kawin Bocah kalau bupati suka [menyebut] Ini Jo Kawin. Sore hari maksudnya menikah dengan iik nom-nom ojo ndang [masih muda-muda jangan dulu kebelet nikah]ujarnya kepada Solopos.com di Balai Desa Siwodipuran saat acara resmi, Rabu (10/5/2022).

Selain itu, DP2KBP3A juga berusaha menggerakkan kelompok dan komunitas. Kelompok tersebut terdiri dari forum anak dan forum perencanaan generasi (genre).

“Dari situ kita jadikan mereka panutan. Sehingga pengurus dalam kelompok tersebut menjadi pionir dan reporter. pelopor di usianya. Nanti kabari saya kalau ada masalah,” ujarnya.

Baca Juga: Nasib Dugaan Kasus KDRT Di Tangan Lesti Kejora, Ini Penyebabnya

Lina menjelaskan, dalam kasus KDRT di Boyolali, DP2KBP3A lebih berperan dalam memberikan dukungan dan layanan konseling kepada korban.

“Siapa pun yang membutuhkan bantuan datang ke kantor kami. Karena layanan kami memiliki pusat konseling untuk korban kekerasan,” katanya.

Lina juga menjelaskan, ada dua penyebab KDRT yang paling banyak terjadi di Boyolali. Penyebabnya antara lain kematangan sosial ekonomi dan usia saat menikah.

“Dua adalah yang paling banyak. Pernikahan Dini dan Sosial Ekonomi,” ujarnya.

Saat ditanya tentang tren KDRT di Boyolali, Lina mengatakan naik turunnya tren KDRT tergantung pada keberanian korban untuk melaporkannya.

Baca Juga: LK3 Boyolali: Pelaku KDRT Tidak Mencintai Pasangannya Lagi

“Makanya banyak yang tidak menghubungi. Jadi kami mendorong salah satu kelompok yang berbeda, kami juga mendekati kelompok perempuan atau mitra kerja kami. Untuk membuat wanita lebih kuat. Dan berani angkat bicara jika ada masalah terkait kekerasan,” katanya.

Senada dengan Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Boyolali, Nuri Rinawati berpendapat bahwa perempuan harus diberdayakan, bukan dilemahkan. Ketika perempuan diberdayakan, mereka memiliki keberanian untuk mengurangi kekerasan dalam rumah tangga.

“Karena dia berani mengambil sikap, pria berpikir dua kali untuk menempuh jalannya sendiri,” katanya Solopos.com saat dihubungi melalui WhatsApp, Senin (10/3/2022).

Menurut Nuri, pasangan yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga, orang tersebut tidak lagi mencintai pasangannya. “Jika dia sedang jatuh cinta, dia pasti akan berpikir dua kali untuk menyakiti orang yang dia cintai,” katanya.

Baca Juga: Kepiting Jadi Andalan Program Puskesmas Juwangi Boyolali untuk Turunkan Angka Stunting

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button