Apartemen residensial untuk disewakan sebelum era pra-pandemi
JAKARTA – Konsultan real estate Colliers Indonesia mengatakan kinerja sewa apartemen di Jakarta mulai membaik pada kuartal III tahun ini setelah pandemi COVID-19 mereda di Indonesia.
“Mengenai rumah sewa, kami melihat kinerja mereka sudah mulai membaik seiring dibukanya perbatasan negara dan banyak orang asing yang masuk. Tingkat hunian mendekati angka pra-pandemi,” kata Kepala Riset Colliers Indonesia Ferry Salanto, dalam presentasi online di Jakarta, Rabu (5/5/10), dikutip setelah Diantara.
Di sektor perumahan sewa, ada 10 proyek yang diharapkan dapat beroperasi pada 2025, sehingga total pasokan tambahan menjadi 1.776 unit. Akibatnya, persaingan akan semakin ketat dan harga sewa kemungkinan akan mengalami tekanan dan tumbuh moderat sebesar 1 hingga 3 persen.
Collier optimistis pasar rumah sewa akan pulih, terbukti dengan meningkatnya jumlah ekspatriat yang masuk ke Indonesia sejak kuartal II tahun ini.
“Desember biasanya di mana aktivitas melambat dan orang harus memperhatikan peningkatan yang signifikan dalam pasokan perumahan sewa selama tahun depan,” kata Ferry.
Hal sebaliknya terjadi pada sektor perumahan untuk dijual atau secara bergilir sepanjang triwulan III 2022.
“Kami dapat menyimpulkan bahwa tidak ada penjualan yang tertunda pada kuartal ketiga tahun ini. Hampir semua proyek perumahan mengalami kesulitan menjual produknya, bahkan ada beberapa proyek yang tidak ada transaksinya,” kata Ferry.
Itu karena belum ada katalis yang bisa mendongkrak penjualan, mengingat pemotongan pajak penjualan sudah selesai dan belum ada terobosan lagi sejak saat itu.
Colliers juga memperkirakan 37 persen dari total 6.019 unit yang akan selesai tahun ini akan tertunda akibat dampak pandemi.
Selain itu, banyak orang menjual rumah di pasar sekunder karena motif mereka membutuhkan uang. Hal ini, lanjutnya, karena individu atau pelaku bisnis cenderung memilih memegang uang tunai dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti sekarang ini.
Ia meyakini, dengan kondisi pasar penjualan apartemen saat ini yang kurang kondusif, harga jual rata-rata akan tetap di kisaran Rp 35 juta/m2.
Okupansi hotel meningkat G20
Ferry menambahkan, KTT G20 (KTT) telah memicu peningkatan kinerja hotel di Jakarta dan Bali hingga akhir tahun 2022.
“Hingga akhir tahun 2022, kondisi hotel di Jakarta dan Bali akan cenderung membaik. Salah satu pemicunya adalah rangkaian acara G20 yang belum berlangsung,” ujarnya.
Ferry menambahkan, pasokan hotel di Jakarta meningkat 220 kamar pada kuartal III tahun ini, sedangkan di Bali tidak ada penambahan.
Penghapusan karantina bagi wisatawan asing juga telah mendorong kinerja hotel di Jakarta dan Bali untuk menarik wisatawan bisnis dan liburan.
Untuk Jakarta, lanjutnya, masih cukup banyak program untuk kegiatan off-network maupun offline, seperti konser musik, yang berpotensi untuk hotel. Selain itu, meningkatnya jumlah perjalanan bisnis oleh otoritas, perusahaan atau individu berkontribusi pada okupansi hotel.
Selama berada di Bali, ia memperkirakan jumlah wisatawan asing yang datang ke Bali akan meningkat pada tahun depan, yang akan meningkatkan kinerja hotel di pulau dewata itu.
Pada akhir tahun 2022, para pelaku bisnis perhotelan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk bersiap menerima lebih banyak wisatawan, terutama wisatawan asing.
Sebelumnya, Kelompok Ahli Kepala Staf Kepresidenan (KSP) KSP Widiarsi Agustina mengatakan, berbagai kegiatan kepresidenan G20 di Indonesia berdampak positif bagi pemulihan ekonomi negara.
Widiarsi mengatakan Indonesia telah memimpin G20 selama hampir setahun, berbagai pertemuan, diskusi dan kegiatan budaya telah diadakan di Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Labuan Bajo dan Papua.
Kedatangan delegasi, panitia, staf acara dan pengisi acara turut mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.
Source: www.validnews.id
