Ade Kurniawan, mengolah limbah jagung menjadi berbagai kerajinan • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Ade Kurniawan, mengolah limbah jagung menjadi berbagai kerajinan • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Pandemi Covid-19 benar-benar menjadi ujian bagi Ade Kurniawan, 21, warga Ngaliyan RT 11 RW 03, Kalurahan Ngargosari, Kapanewon Samigaluh, Kulonprogo. Ia berhasil mengolah sisa tongkol jagung menjadi berbagai kerajinan tangan dan dekorasi rumah yang ramah lingkungan dan memiliki nilai jual yang tinggi.

HENDRI UTOMO, Kulonprogo, Radar Jogja

Dengan mendirikan UMKM Cip Janggel, Ade juga berhasil memberdayakan masyarakat setempat. Ia begitu mampu melihat potensi yang ada. Bahkan, Samigaluh menjadi sentra produksi jagung melimpah pada musim tanam kedua.

“Ide saya datang ketika ibu saya sedang memanen jagung, lalu tongkol jagungnya dibakar begitu saja. Akhirnya saya berinisiatif membuat kerajinan tangan dan ternyata bisa,” ujarnya kepada Radar Jogja (26/7).

Ade yang tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Kriya Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), terus mengembangkan idenya. Menurutnya, pandemi harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kegiatan atau pengembangan ide yang bermanfaat.

Memang, ketika banyak usaha warga yang ambruk dan gulung tikar, ia mampu memberdayakan masyarakat sekitar untuk terlibat dalam mengolah sisa tongkol jagung menjadi hiasan ruangan seperti lampu malam, tempat tisu, hiasan dinding, dan lampu hias. Ia mampu menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan taraf ekonomi warga setempat.

Anehnya, perusahaan yang ia dirikan tidak jauh dari memperhatikan pembuangan limbah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. “Saya masih punya banyak mimpi. Selama kuliah, sebenarnya saya ingin berbagi ilmu dengan semua orang, terutama para penyandang disabilitas,” harapnya.

Ia menjelaskan, bahan baku utama untuk membuat kerajinan tentu saja jagung rebus. Sisanya membutuhkan lem tembak, kawat, jati belanda, soket lampu, lem kayu, lem korea, tabung aluminium dan lampu. Peralatan pendukung lainnya seperti gerinda, gunting, gerinda, paralon, gunting, obor dan bor.

Proses produksi dimulai dengan penjemuran, penggilingan tongkol jagung kering kemudian dipotong-potong hingga berukuran satu sentimeter. Potongan-potongan tersebut kemudian direkatkan dengan lem sesuai dengan bentuk produk yang akan dibuat. Finishing dengan amplas halus, dilapisi dengan lem korea kemudian disemprot dengan clear coat.

Usahanya itu menarik perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat menghadiri Upacara Penghargaan Desa Wisata ke-50 se-Indonesia di Desa Wisata Widosari, Kulonprogo. Ade Kurniawan dianggap sebagai salah satu Generasi Z yang tidak merasa gengsi sama sekali, namun proaktif, kreatif dan inovatif dalam menangkap peluang bisnis.

“Ya, sebagai bagian dari ADWI 2 Juli 2020, saya memiliki tim dari Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif. Saya kemudian bertemu menteri, saya ditanya apa masalahnya. Saya katakan saya ingin memberdayakan banyak orang, terutama para penyandang disabilitas, dan juga untuk menanamkan keterampilan pada warga Rutan,” kata putra pasangan Sukisno dan Sumartinah ini.

Selain dukungan empat rekannya yang fokus pada pemrosesan order, ia juga mendapat bantuan langsung dari Kementerian berupa mesin-mesin produksi. Dalam satu hari, satu orang bisa membuat tiga buah tempat tisu, bahkan ratusan tempat lilin.

“Saat saya kelas 2 SMAN Kalibawang yang juga sempat mengikuti FLS2N, saya mempresentasikan karya tongkol jagung ini. Saya berhasil mewakili Kulonprogo dalam promosi ke provinsi,” ujarnya.

Menurutnya, tongkol jagung memiliki keunggulan tahan rayap meski ditanam di tanah. Namun jika dibakar dapat menimbulkan pencemaran udara. Kini ia terus mengembangkan ide, membuat kaligrafi dan melukis wajah dengan media jagung rebus ini.

“Serbuk limbah Cob Cut masih bisa digunakan. Bahkan menjadi campuran yang baik dalam konsentrat pakan ternak karena mengandung kalsium dan protein yang baik untuk ternak,” katanya.

Selain itu, harga kerajinan tongkol jagung ini bervariasi tergantung dari jenis, ukuran dan tingkat kesulitan pengerjaannya. Harganya berkisar dari Rp 12.000 hingga jutaan rupiah.

“Saya jual kotak tisu ini seharga Rp 60.000, lilin aromaterapi dari Rp 12.000 hingga Rp 15.000 per biji. Untuk lukisan dan miniatur paling mahal saya hitung 3 sampai 6 juta rupiah. Jika kotak tisu, tatakan gelas, dan asbak adalah yang paling populer saat ini, beberapa di antaranya juga telah dimasukkan dalam YIA. Saat online, hampir semua wilayah, bahkan di luar Jawa. Beberapa juga dipesan oleh Amerika dan Jerman,” katanya.

Untuk memenuhi pesanan tersebut, kini ia juga mulai mencari bahan baku untuk Gunungkidul. Berikan perhatian khusus pada tongkol jagung yang lebih besar. “Saya tidak tahu kalau tongkol jagungnya lebih besar di Gunungkidul. Tapi saya tetap ambil yang di Kulonprogo kalau lagi musim jagung,” ujarnya.(malas)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button