Organisasi bisnis wisata malam | SWA.co.id - WisataHits
Jawa Timur

Organisasi bisnis wisata malam | SWA.co.id

HAIleh: Dewa Gde Satrya, Dosen Ekonomi Hotel dan Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya)

Tuhan Gde Satrya

Judul di atas terdengar seperti sebuah oxymoron, yang sesuai dengan kiasan “raja udang” atau “cinta kasar”. Ada kontras yang lengkap antara wisata malam di satu sisi dan etika di sisi lain. Tur malam tampak liar dan tidak etis. Oleh karena itu, menyikapi kasus promosi minuman beralkohol yang melanggar nilai dan norma kehidupan beragama di tanah air, sudah sepatutnya kita memikirkan penerapan etika dalam bisnis wisata malam yang menjadi mata rantai dalam industri pariwisata. .

Mengapa aktivitas malam hari tidak semudah aktivitas pagi-sore? Hal ini dikarenakan masyarakat tidak terbiasa menggunakan waktu malam untuk kegiatan produktif selain istirahat. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kehidupan malam juga dapat diisi dengan kegiatan produktif, diharapkan warga dapat menggunakan waktunya secara efektif untuk mengembangkan diri, lingkungan dan akhirnya tempat tinggalnya.

Selain itu, aktivitas produktif juga sulit dilakukan pada malam hari karena tenaga dan pikiran warga terkuras dari pagi hingga sore hari. Kemacetan lalu lintas, stres di tempat kerja dan masalah kehidupan lainnya adalah hambatan yang diciptakan oleh sisa-sisa peradaban yang diteruskan ke kehidupan malam.

Ide menjual kehidupan malam di berbagai daerah di tanah air memiliki banyak masalah yang ada di kehidupan malam itu sendiri. Stereotip kehidupan malam sebagai liar, mengerikan, kotor dan sejenisnya. Generalisasi masalah ini sebagian besar disebabkan oleh praktik yang sering bertentangan dengan norma, nilai, dan peraturan yang telah ditetapkan, yang sering dilakukan pada malam hari. Selain itu, praktik kriminal lebih sering terjadi pada malam hari.

Di sinilah kita perlu memikirkan jalan tengah yang mengatasi dikotomi tersebut. Karena itu harus diakui bahwa kehidupan malam memiliki segmen pasar di berbagai wilayah tanah air dan berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat dan box office daerah. Dan pada saat yang sama, peradaban malam juga harus diatur di berbagai wilayah. Karena dijual, kualitas produk yang dijual juga harus sesuai dengan kualitas produk yang dijual dari fajar hingga senja.

Secara umum, tujuan wisata meliputi wisata malam (dunia malam) sebagai bagian dari daya tarik wisata. Segmen pasar untuk bisnis ini sangat besar dan tidak terbatas pada wisata malam hanya untuk bersenang-senang (santai) ke klub, pub atau diskotik. Oleh karena itu, sering kali secara eksplisit dan menarik disajikan dalam brosur dan materi iklan lainnya. Dari perspektif pemasaran, segala sesuatu yang berpotensi menghasilkan uang secara otomatis layak untuk dijual. Di sisi lain, norma moralitas, misalnya, tidak secara otomatis mengatakan demikian.

Beberapa poin penting bagi pengelola usaha wisata malam untuk menjalankan praktik etika terkait dengan beberapa hal: Pertama, tingkat keamanan dan kenyamanan penghuni pada malam hari harus ditingkatkan, setidaknya mendekati standar pelayanan pagi hingga sore hari. Pelayanan keamanan, fasilitas kesehatan dan kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat pada malam hari juga harus dapat mengimbangi kinerja pada pagi atau sore hari.

Peran pemerintah daerah adalah mendorong masyarakat untuk memanfaatkan waktu malam dan menghasilkan pendapatan. Pada saat yang sama, tujuannya adalah untuk melawan prasangka bahwa kehidupan malam itu liar dan tercela. Jika saja pelayanan hotel, rumah sakit, media televisi dan radio, serta tempat hiburan beroperasi 24 jam sehari, masih banyak faktor lain yang masih perlu untuk dapat beroperasi pada malam hari. Dari perspektif bisnis, ini adalah peluang. Sama seperti beberapa apotek yang membuka cabangnya 24 jam sehari. Beberapa toko kuliner terkenal juga buka pada malam hari.

Kedua, daya tahan tubuh menurun jika terus begadang, yaitu tidak tidur di malam hari. Padahal, jika kita bekerja untuk melebarkan sayap pembangunan sosial ekonomi masyarakat di malam hari, hal itu tidak bisa dihindari. Namun bukan berarti tanpa solusi. Di pihak pelaku, mereka harus baikmengelola kesehatan dan siklus hidup. Manajemen waktu berasal dari ini. Kita bisa meniru pembagian mengubah Bekerja di hotel atau rumah sakit.

Ketiga, bahaya kehidupan malam bagi anak sekolah dasar. Hal ini juga dapat dibatasi untuk usia minimal 18 tahun. Harus ditekankan bahwa kehidupan malam khususnya bukan untuk kelompok ini. Kontrol keluarga terhadap anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas harus diperketat. Di sisi lain, kita dapat berpikir bahwa ide kehidupan malam secara otomatis mengajak warga untuk meningkatkan peran kontrol orang tua, komunikasi dan perlindungan terhadap anak-anaknya.

Usaha pariwisata malam harus sepenuhnya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi para pelaku ekonomi dan masyarakat yang bekerja di dalamnya, termasuk khususnya untuk meningkatkan kualitas kinerja pemerintah di bidang pelayanan malam hari kepada masyarakat. Mulai dari tingkat RT/RW, keamanan dan kinerja harus ditingkatkan untuk meningkatkan kenyamanan hidup penghuninya.

Filsafat misalnya merek kota”Sparkling Surabaya membutuhkan tur pagi hingga pagi. Oleh karena itu, kegiatan pariwisata perlu dikembangkan untuk mengimbangi perluasan hiburan malam hari. Beberapa upaya yang telah dipromosikan dan menarik wisatawan di Surabaya pada malam hari antara lain wisata kuliner di sepanjang Sungai Kalimas dengan perahu, wisata warisan dan Belanja larut malam (juga di pasar tradisional).

Objek wisata menyusuri Sungai Kalimas dengan perahu pada malam hari ini merupakan hasil revitalisasi Sungai Kalimas yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Ada sembilan lokasi pengerukan yang telah dilakukan di sungai sebagai ikon dengan tema individu penataan, perubahan dan penataan ulang orientasi bangunan tepi sungai. Yang semula merupakan kawasan kumuh kini dijadikan sebagai simbol wisata air atau heritage. Area penataan meliputi Pintu Air Jagir, kawasan Peneleh, Jembatan Petekan, Jembatan Merah, Jembatan Jagal dan Jalan Pasar Besar, Monkasel dan Plaza Surabaya, kawasan Kayoon, Dinoyo di sekitar Jembatan BAT. Di sekitar kawasan dibangun fasilitas umum untuk mendukung terciptanya wahana rekreasi baru, seperti: B. Taman kota, pejalan kaki, halte bus, taman bermain dan toilet. Intinya masyarakat bisa mengaksesnya dengan mudah dan murah, betah berlama-lama dan tertarik untuk berkunjung lagi.

Hal ini mengintegrasikan wisata malam menjadi urat nadi wisata berbagai daerah. Penerapan prinsip-prinsip bisnis yang beretika terkait dengan nilai, norma dan peraturan yang berlaku, serta nilai-nilai universal, akan membuat bisnis pariwisata malam berhasil, berkelanjutan dan berkelanjutan, serta memenangkan simpati pasar.

Source: swa.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button