Karimunjawa Bau Amis dan Rusak Tambak Udang - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Karimunjawa Bau Amis dan Rusak Tambak Udang – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Kondisi tambak kepiting di Karimunjawa. (Muriannews/Spesial)

Solopos.com, JEPARA — Keberadaan tambak udang ilegal di Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah membuat sejumlah warga khawatir. Kolam tersebut merusak ekosistem alam di sekitarnya.

Koordinator warga Desa Kemujan, Kabupaten Karimunjawa, yang menentang tambak, Bambang Zakaria, mengatakan tambak itu sudah ada sejak 2018. Pengelola tambak ilegal itu tidak memperhatikan pembuangan sampah.

Daihatsu Rocky Promotion, Harga Mobil Rp 200 Juta Jadi Hanya Rp 99.000

Limbah dari kolam juga dibuang sembarangan sehingga merusak ekosistem di sekitarnya. Berdasarkan hasil sampel uji laboratorium dari Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTN), limbah tambak udang tersebut merupakan limbah organik.

Limbah tersebut mengandung nitrogen, fosfat dan zat lain yang melebihi baku mutu. Adanya limbah tersebut membuat alga semakin subur.

Pesisir Karimunjawa rusak

Saat ini di beberapa wilayah laut sekitar tambak udang telah muncul alga dalam jumlah besar. Ketika alga menjadi lebih subur, terumbu karang tidak bisa bernafas.

“Bahkan cacingnya mati. Efeknya mengerikan,” kata pria yang akrab disapa Jack itu seperti dikutip Murianews.comKamis (20/10/2022).

Baca Juga: Asal Usul Pantai Bandengan di Jepara

Tapi sekarang, lanjutnya, panen sekuintal sudah dianggap baik. Toh, tak sedikit petani yang meninggalkan budidaya alga. Di industri pariwisata, Jack mengaku sangat terpukul. Ia merupakan salah satu penggiat pariwisata Karimunjawa yang terkena dampak budidaya udang.

Pasalnya, sampah yang dibuang ke laut sangat merusak ekosistem. Padahal, pemandangan ekosistemnyalah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

“Dulu, visualnya hijau dan royo-royo. Ubah Sekarang. Baunya menyengat. Udang busuk, kotoran, lintah mati. Bau desa. Banyak wisatawan yang kecewa dan memprotes keadaan Karimunjawa saat ini,” kata Jack.

Jack menegaskan, tanpa tambak udang, masyarakat Karimunjawa tetap hidup sejahtera. Dengan menjunjung tinggi etika lingkungan, masyarakat dapat hidup dari sektor pariwisata, perikanan dan pemanfaatan sumber daya yang ada. “Tanpa kolam, orang bisa hidup sejahtera. Kami selalu kaya,” jelas Jack.

Baca Juga: Gempa Laut Jawa Simpan Banyak Misteri yang Belum Terpecahkan

Keberadaan tambak kepiting sangat merugikan masyarakat sekitar. Jack mengatakan pemilik tanah, yang disewa investor untuk digunakan sebagai kolam, adalah pecundang besar. Rata-rata, tanah mereka disewakan dengan harga sekitar Rp 7 juta per kapling.

Itu tidak tetap seperti itu, sewa dilakukan selama sekitar sepuluh tahun. Jack mengatakan rata-rata pekerja tambak bukanlah penduduk setempat. Melainkan pendatang dari luar Karimunjawa. Tak jarang, warga sekitar hanya mendapat pekerjaan membersihkan lumut di kolam atau pekerjaan tak ternilai lainnya.

“Meskipun mereka [pemilik tambak] bisa meraih keuntungan sekitar Rp 3 miliar dalam empat bulan [atau sekali panen]kata Jack.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button