Pengolahan garam Pantai Dadapayam, halte Gunungkidul - WisataHits
Yogyakarta

Pengolahan garam Pantai Dadapayam, halte Gunungkidul

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Gunungkidul, DI Yogyakarta telah dinyatakan sebagai salah satu daerah penghasil garam beberapa tahun lalu. Salah satu lokasinya adalah di Pantai Dadapayam, Padukuhan Gebang, Desa Kanigoro, Kapanewon Saptosari.

Namun, upaya ini sepertinya harus terhenti di tengah jalan, karena tidak ada kegiatan produksi. puluhan terowongan atau tempat produksi garam tetap kosong. Selain itu, rumah yang digunakan untuk menyedot air laut tidak ada isinya.

Lokasi areal juga tidak terawat karena ditumbuhi rumput liar.

“Tidak ada kegiatan lebih lanjut,” kata Ketua Kelompok Budidaya Garam Dadap Makmur di Pantai Dadapayam, Triyono, saat dikonfirmasi wartawan melalui telepon, Selasa.

Baca Juga: Gubernur Kalbar Klaim Senator Amerika Datang Bangun Pabrik Pengolahan Kratom

Ia menjelaskan, pihaknya telah menyerahkan seluruh kegiatan kepada kepala desa. Namun, penghentian produksi tidak diumumkan.

“Poinnya diserahkan ke kepala desa,” katanya.

Sekretaris Badan Usaha Milik Desa (BUMKal) Giri Dipta di Desa Kanigoro, Suyatno membenarkan belum ada produksi garam akhir-akhir ini. Pengelolaan tempat tersebut telah bersama BUMKal sejak tahun 2021.

Tindakan budidaya garam yang dilakukan sejak tahun 2017 telah diperiksa oleh para ahli dan dinyatakan terlalu asin.

“(Terlalu asin) Itu yang dikatakan ahli saat diundang setahun lalu untuk mengkoordinir pembahasan budidaya garam di kota Jogja,” ujarnya.

Suyatno mengatakan, saat ini masih dalam tahap evaluasi oleh tim ahli khusus pengembangan garam DIY. Menurutnya, ada beberapa kendala dalam pengembangannya. Salah satunya terkait standar kesehatan.

Misalnya, garam yang diproduksi di Pantai Dadapayam hanya bisa dijual ke petani dan peternak dengan harga yang sangat murah yakni Rp 1.000 per kilogram.

“Garam hanya bisa dijual ke petani dan peternak dengan harga Rp 1.000 per kilogram. Sedangkan rombongan kemarin berjumlah 40 orang. Itu tidak cukup, dan mungkin itu salah satu alasannya,” katanya.

“Ada 1 kuintal yang bisa sedikitnya Rp 100.000 dan harus dibagi 40 orang. Jadi mereka menyerah dan akan dikembalikan ke Pemkab Kalurahan pada 2021,” kata Suyanto.

Suyatno masih menunggu rekomendasi tim ahli untuk memberikan bantuan. Ia mengaku sudah memiliki konsep wisata edukasi.

“Beginilah nanti wisatawan diajak membuat garam,” katanya.

dapatkan pembaruan pesan yang dipilih dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update” caranya klik link lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: yogyakarta.kompas.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button