200 desa di Sukabumi menjadi sekolah lapangan di 3 desa di Jawa Tengah - WisataHits
Jawa Tengah

200 desa di Sukabumi menjadi sekolah lapangan di 3 desa di Jawa Tengah

TatarSukabumi.ID – Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kabupaten Sukabumi melakukan bimbingan teknis dan peningkatan kapasitas sekolah lapang bagi kepala desa dan perangkat desa dalam rangka menghadapi pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Staf ahli Bupati, Kepala Kejaksaan, Inspektorat dan DPMD Kabupaten Sukabumi turut hadir dalam bimbingan teknis yang dilaksanakan di Hotel Augusta pada Rabu (19 Oktober 2022).

Ketua Badan Kerjasama Antar Desa Kabupaten Sukabumi Tutang Sutiawan menjelaskan, dasar dari kegiatan ini sesuai dengan perintah Presiden kepada MPR saat meminta desa terlibat dalam realisasi peningkatan ekonomi nasional (PEN) pasca situasi pandemi.

Tutang menjelaskan, solusi untuk mewujudkan pemulihan ekonomi pascapandemi adalah dengan meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD).

“Oleh karena itu, dipandang perlu agar kepala desa yang tergabung dalam Apdesi melalui Badan Kerjasama Antar Desa melakukan bimbingan teknis dan kegiatan sekolah lapangan, kemudian sekolah lapangan akan dilanjutkan di 3 desa di Jawa Tengah yang sebelumnya disurvei, yaitu desa Ponggok, Desa Panggungharjo dan Desa Borobudur,” kata Tut.

BACA JUGA: Biografi Hasen, Mantan Menag Jadi Caleg Sukabumi

Selain itu, Tutang menjelaskan, dari 3 desa yang diperuntukan untuk sekolah lapangan, desa Ponggok memiliki potensi desa wisata, sedangkan desa Panggungharjo telah berhasil mengatasi pengolahan sampah untuk menghasilkan PAD, dan desa Borobudur memiliki potensi pertanian yang bisa meningkat. pendapatan nasional dan PAD.

Tutang, Kepala Desa Nagrak Selatan, mengatakan kegiatan sekolah lapangan tidak bertentangan dengan nomenklatur APBDes, yakni peningkatan kapasitas kepala desa dan perangkat desa.

“Nilai anggaran tahunan (peningkatan kapasitas kepala desa) antara 10 hingga 15 juta, dalam arti tidak mengganggu hak banyak orang,” katanya.

BACA JUGA: Testur BNNK Sukabumi dari Kejaksaan Negeri Sukabumi

Menurut Tutang, hasil kajian sains dari tiga desa di Jawa Tengah ini diharapkan dapat memberikan hasil positif yang kemudian dapat diterapkan di Kabupaten Sukabumi.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pendukung Masyarakat Desa Kabupaten Sukabumi Gungun Gunardi, Gungun Gunardi, mengatakan kepada tim media bahwa anggaran untuk kegiatan tersebut tidak berasal dari APBD Kabupaten Sukabumi.

“Jadi, yang merancang dan mengorganisir teman-teman kepala desa dari A sampai Z dikumpulkan di badan kerjasama antar desa,” jelas Gungun.

“Jika saya melihatnya dari segi penggunaan, maka pertama-tama dalam hal menggunakan properti desa sebagai—
Penjelasan panitia tentang lokasi desa yang dikunjungi adalah dijadikan sebagai potensi pertanian organik yang berkelanjutan, jadi tidak memperhatikan musim, tapi ada pemasukan setiap bulannya, baik kegunaannya dalam masalah pengelolaan sampah ada Solusi kemana sampah setelahnya pengolahannya bisa digunakan sebagai bahan pengganti rangka kayu yang diminati produsen,” lanjutnya.

Jadi dari perspektif pemerintah daerah, ada dua tujuan utama. Kami berharap permasalahan sampah dapat ditangani di tingkat desa dan kemudian dikemas melalui politik desa sehingga selain menyelesaikan masalah sampah juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan desa itu sendiri,” jelas Gungun.

BACA JUGA: Panitia Kerja II DPRD Provinsi Jawa Barat di Desa Hanjeli Sukabumi

Ketua DPC Apdesi Kabupaten Sukabumi Deden Deni Wahyudi menambahkan, pihaknya meyakini bimbingan teknis dan studi lapangan sedang direncanakan oleh APBDes di setiap desa.

Deden melanjutkan, kegiatan bimbingan teknis dan sekolah lapangan ini hanya diikuti sekitar 200 desa dari total 381 desa yang ada di Kabupaten Sukabumi.

“Kenapa tidak semua desa ikut, karena dulu ada beberapa desa yang tidak memiliki anggaran untuk kegiatan Bimtek dan SL, kemudian ada beberapa desa dan kecamatan melalui BKAD yang sudah melaksanakannya,” kata Deden.

Menurut Ketua Apdesi, bimbingan teknis dan studi lapangan tahun 2022 berbeda dengan tahun sebelumnya.

“Fokusnya dulu lebih ke manajemen keuangan. Namun kini tema tersebut sedang diselaraskan dengan arahan Presiden bahwa kegiatan akan dilakukan untuk pemulihan ekonomi nasional pascapandemi COVID-19. Kami sedang melakukan studi lapangan di daerah-daerah yang memiliki potensi pengembangan ekonomi masyarakat dan desa,” jelasnya.

Mengenai mengapa 3 desa di Jawa Tengah ini dipilih sebagai lokasi sekolah lapang, Deden mengatakan bahwa telah dilakukan survei dan ternyata tipologi desa tersebut hampir mirip dengan desa-desa di Kabupaten Sukabumi.

“Desa Ponggok dengan potensi wisata, UKM, kemudian desa Borobudur dengan pengelolaan pertanian dan madu, sedangkan Desa Panggungharjo dengan pengelolaan sampah, yang diolah kemudian dijadikan bahan bangunan berkualitas tinggi,” pungkasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button