Penjualan sekolah untuk perjalanan pendidikan
GORAJUARA – Keterlibatan sekolah yang terkait dengan dunia pariwisata telah menarik perhatian sejumlah pemerintah daerah untuk mendongkrak pendapatan asli daerahnya sendiri. Payung hukum tersebut merupakan nota kesepahaman antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Muhadjir Effendi dengan Menteri Pariwisata era Arief Yahya di Pusdiklat Kemendikbud, Sawangan Depok, (25/5). 1/2017).
Pemahaman ini merupakan tanda eratnya hubungan antara pariwisata dan pendidikan khususnya dalam penumbuhan karakter melalui pariwisata, menghargai budaya, melestarikan budaya, melestarikan keanekaragaman hayati, mewujudkan nilai-nilai Sapta Pesona, menghargai waktu, menghargai kerja keras, bijaksana, teliti dan tulus.
MoU ini penting untuk maju bersama dan menyatukan langkah dalam menggarap potensi masing-masing daerah, terutama dalam mempromosikan pariwisata yang beragam di pelosok tanah air. Tujuannya untuk mendekatkan daya tarik wisata di daerahnya kepada generasi muda. Dinas Pendidikan di setiap daerah menggunakan kewenangannya untuk menulis surat kepada seluruh satuan pendidikan dengan mengambil langkah-langkah strategis seperti: B. terselenggaranya kompetisi penulisan pariwisata atau integrasi pariwisata dalam kurikulum. Dengan label Education-Based Tourism, diharapkan sekolah dapat mengenalkan pariwisata kepada siswa sejak dini untuk mendorong inovasi dan kreativitas dalam pengembangan pariwisata di daerahnya masing-masing.
Baca Juga: Film Servant of Satan 2 Communion Format IMAX Rilis Lebih Cepat 30 Juli 2022. Wah Menakutkan!
Baca Juga: Pengasuhan Gaya Bali yang Membebaskan
Sejak tahun 2017, sejumlah pemerintah daerah telah menyambut baik gagasan tersebut dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Pariwisata, antara lain pemerintah NTT, pemerintah daerah Dompu, dan pemerintah daerah Yogyakarta. Dengan menggunakan program all day school, Sabtu-Minggu sebagai hari keluarga, dan pariwisata sebagai salah satu bentuk terapi mental, banyak yang bosan, apalagi sejak pandemi, dan field trip bisa dijadikan solusi untuk menghilangkan kebosanan.
Sebagai bagian dari metode, field trip sebenarnya dapat menjadikan studi banding melalui kunjungan sekolah sebagai fokus. Ini adalah strategi umum untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan di setiap sekolah. Alhasil, trik dan taktik dapat dipertukarkan antar sekolah untuk memajukan sekolah dan mewujudkan kualitas pendidikan.
Akan ada interaksi pendidikan fungsional memberi dan menerima. Kunjungan ini merupakan cara terbaik untuk menampilkan kreativitas mahasiswa yang beragam, yang pada akhirnya merupakan perwujudan dari karya nyata mahasiswa yang tidak dapat dipisahkan dari budayanya. Oleh karena itu, kunjungan lapangan ke sekolah antar kabupaten atau provinsi merupakan strategi menjadikan sekolah sebagai hub budaya sesuai dengan Proyek Penguatan Profil Siswa Pancasila dalam Kurikulum Mandiri.
Sekolah sebagai pusat kebudayaan yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara merupakan ajakan bagi kita untuk memantapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa agar lebih ditransformasikan melalui lembaga pendidikan, tanpa menutup diri terhadap budaya asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Konvergensi budaya merupakan keniscayaan dalam pendidikan sejak Rabindranath Tagore dari India mengunjungi Taman Siswa pada tahun 1920-an. Kunjungannya dalam konteks kekinian disebut sebagai studi banding, yang pada hakikatnya merupakan perjalanan pendidikan, sejalan dengan gagasan Taman Siswa, sebagai taman belajar di hati siswa. Taman Indonesia Raya dalam keragaman dalam keragaman.
Source: www.gorajuara.com