Gejog Membaca Ikon Desa Barepan - WisataHits
Yogyakarta

Gejog Membaca Ikon Desa Barepan

Klaten – Seni tradisional mempelajari gejog sebagai alat musik tabuh telah berkembang selama puluhan tahun di Desa Barepan, Kecamatan Cawas. Untuk melestarikan kesenian ini, diadakan Festival Gejog Lesung setiap tahun. Seperti yang dilaksanakan di Alun-alun Desa Barepan pada Minggu sore (7/8). Ada 14 kelompok.

“Gejog Lesung adalah ikon desa kami. Semoga menjadi daya tarik bagi Desa Barepan. Apalagi warga Gunungkidul sudah dikenal,” kata Irmawan Andriyanto, Kepala Desa Barepan.

Irmawan menjelaskan Festival Gejog Lesung tahun ini memiliki peserta terbatas. Setiap RW hanya boleh mengirimkan dua grup. “Awalnya Gejog Lesung dimainkan warga sebagai teman yang begadang. Biasanya dimainkan sampai tengah malam di pos patroli. Kemudian pemerintah desa berusaha mengembangkannya agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi,” kata Irmawan.

Ditambahkannya, selama ini yang menyaksikan pembacaan gejog tidak hanya dari Klaten tapi juga dari Gunungkidul. Ia bahkan datang ke Barepan untuk belajar bermain membaca gejog. Sehingga berpotensi menjadi desa wisata.

“Kami memulai ini lima tahun lalu. Pembangunan patung Gejog Lesung yang berdiri di pojok alun-alun semakin mempertegas ikon kita,” ujarnya.

Diangkatnya Gejog Lesung sebagai ikon desa juga berdampak pada perekonomian Desa Barepan. Khusus untuk 84 pelaku UMKM yang berjualan di sekitar alun-alun. Mengingat warga sekitar yang datang dari luar daerah ingin melihat dan belajar dari ikon Desa Barepan.

Sementara itu, salah satu penampil Gejog Lesung dari Desa Barepan, Ari Suryana, 45 tahun, mengatakan kesenian tradisional ini sudah berkembang sejak 2010. Namun dahulu kala, penduduk setempat menggunakannya sebagai penumbuk beras tradisional. “Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah eksplorasi, harmonisasi dan kekompakan. Dikira mortir Gejog tidak kena,” ujarnya. (ren/adi/bendungan)

Klaten – Seni tradisional mempelajari gejog sebagai alat musik tabuh telah berkembang selama puluhan tahun di Desa Barepan, Kecamatan Cawas. Untuk melestarikan kesenian ini, diadakan Festival Gejog Lesung setiap tahun. Seperti yang dilaksanakan di Alun-alun Desa Barepan pada Minggu sore (7/8). Ada 14 kelompok.

“Gejog Lesung adalah ikon desa kami. Semoga menjadi daya tarik bagi Desa Barepan. Apalagi warga Gunungkidul sudah dikenal,” kata Irmawan Andriyanto, Kepala Desa Barepan.

Irmawan menjelaskan Festival Gejog Lesung tahun ini memiliki peserta terbatas. Setiap RW hanya boleh mengirimkan dua grup. “Awalnya Gejog Lesung dimainkan warga sebagai teman yang begadang. Biasanya dimainkan sampai tengah malam di pos patroli. Kemudian pemerintah desa berusaha mengembangkannya agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi,” kata Irmawan.

Ditambahkannya, yang sudah melihat bacaan Gejog selama ini tidak hanya dari Klaten tapi juga dari Gunungkidul. Ia bahkan datang ke Barepan untuk belajar bermain membaca gejog. Sehingga berpotensi menjadi desa wisata.

“Kami memulai ini lima tahun lalu. Pembangunan patung Gejog Lesung yang berdiri di pojok alun-alun semakin mempertegas ikon kita,” ujarnya.

Diangkatnya Gejog Lesung sebagai ikon desa juga berdampak pada perekonomian Desa Barepan. Khusus untuk 84 pelaku UMKM yang berjualan di sekitar alun-alun. Mengingat warga sekitar yang datang dari luar daerah ingin melihat dan belajar dari ikon Desa Barepan.

Sementara itu, salah satu penampil Gejog Lesung dari Desa Barepan, Ari Suryana, 45 tahun, mengatakan kesenian tradisional ini sudah berkembang sejak 2010. Namun dahulu kala, penduduk setempat menggunakannya sebagai penumbuk beras tradisional. “Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah eksplorasi, harmonisasi dan kekompakan. Dikira mortir Gejog tidak kena,” ujarnya. (ren/adi/bendungan)

Source: radarsolo.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button