Akibat panasnya sampah, Sekolah Sungai Siluk mengubah perilaku masyarakat menjadi sadar akan kebersihan lingkungan - WisataHits
Jawa Tengah

Akibat panasnya sampah, Sekolah Sungai Siluk mengubah perilaku masyarakat menjadi sadar akan kebersihan lingkungan

Kuat, pelopor Sekolah Sungai SilukPelopor Sekolah Sungai Siluk rajin membersihkan sepeda listrik agar nantinya bisa digunakan pengunjung.

Bantul, Idol 92.6 FM – Setiap pagi, Stark harus memungut sampah yang dibuang para pengemudi di bawah Jembatan Sungai Siluk. Yakni di Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.

Tidak hanya bekas botol minuman, tapi juga plastik kemasan makanan hingga kotak rokok dan beberapa sampah lainnya.

Sampah yang dibuang pengendara sering tersangkut di tiang besi penopang jembatan atau menumpuk di bawah jembatan.

Penduduk setempat yang kuat tidak bisa berhenti berpikir, masih ada orang yang tidak mencintai kebersihan lingkungan.

Ia mengaku mengumpulkan cukup banyak sampah dalam sehari.

“Pernah saya kumpulkan sampah sampai dua ton di bawah jembatan. Saat itu ada macam-macam barang rongsokan,” kata Tegar saat ditemui di rumahnya.

Kuat mengatakan, pembuangan sampah di pinggir jalan dari jembatan ke sungai sudah menjadi pemandangan umum di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, dalam beberapa tahun terakhir.

Tidak hanya kendaraan yang melintasi jembatan tersebut, masyarakat sekitar juga membuang limbah rumah tangganya di bawah Jembatan Siluk.

“Mereka hanya membuangnya di bawah jembatan sampai menumpuk,” katanya.

Prihatin masih rendahnya kesadaran akan kebersihan lingkungan dan budaya membuang sampah sembarangan, Teguh meminta beberapa rekannya bergerak membersihkan lantai Jembatan Siluk dari sampah.

Untuk menghindari orang membuang sampah di bawah jembatan, ia membuat semacam taman baca dengan menempatkan serangkaian rak buku.

Taman baca yang dibangun di bawah Jembatan Siluk ternyata mampu mencegah warga membuang sampah di bawah jembatan.

Menurut Tegar, masyarakat mengira masyarakat akan mulai membuang sampah di bawah jembatan karena ada aktivitas di bawah jembatan.

“Akhirnya dengan adanya taman baca di bawah jembatan, tidak ada yang berani membuang sampah di bawah jembatan,” kenangnya.

Namun takdir berkata lain, pada akhir tahun 2017 terjadi banjir bandang di kabupaten Imogiri yang memusnahkan semua gadget dan buku-buku buatan Strong dan teman-temannya.

“Semua barang yang kami simpan di bawah jembatan yang tadinya digunakan untuk taman baca itu sudah kami habiskan mas,” imbuhnya.

Untuk merevitalisasi taman baca Jembatan Siluk dan mencegah masyarakat membuang sampah di bawah jembatan, Kuat dan kawan-kawan memulai program sampah rumah tangga “ngubengi”.

Bahkan, beberapa keranjang disiapkan untuk menampung sampah yang bisa dipilah untuk dijual, dan hasilnya digunakan untuk membeli peralatan dan buku lagi.

“Seminggu sekali kami mengambil keranjang yang kami tempatkan. Nanti kami pilih dan pilah sampah yang bisa dijual. Ini juga melatih warga setempat untuk berhenti membuang sampah di bawah jembatan,” jelasnya.

Dengan memilah dan menyeleksi sampah, lanjut Kuat, sekolah Sungai Siluk mampu menghasilkan pendapatan untuk membeli peralatan yang dibutuhkan. Mulai dari rak buku dan buku bacaan hingga beberapa permainan edukatif.

“Hasilnya lumayan dan bisa membuat kita mandiri tanpa minta uang dari pemerintah,” kata Strong.

Seperti gayung bersambut, kegiatan Sekolah Sungai Siluk yang digagas oleh Tegar dan kawan-kawan ini menarik perhatian PLN Unit Induk Distribusi Jateng-Yogyakarta pada tahun 2018.

Kehadiran PLN saat itu menyumbang buku dan memasang instalasi listrik untuk penerangan, serta menggunakan alat elektronik lainnya.

“Tahun 2019, PLN membangun gedung yang lebih awet dan aman saat banjir. Mulai dari joglo hingga bangunan lain yang digunakan untuk kegiatan,” tambah Teguh.

Karena instalasi listrik yang dipasang PLN untuk Sekolah Sungai Siluk masuk dalam kategori sosial, Strong mengatakan, pengenaan tarif akan lebih murah.

Menurut Kuat, setelah PLN datang dan menjadikan tempat itu lebih permanen, kegiatan itu tidak hanya menjadi taman baca.

Beberapa kegiatan yang dilakukan di sekitar Jembatan Siluk bersama sekitar 70 anak ini mulai dari kelas melukis, kelas tari, kelas drama hingga kelas ketangkasan.

Kelas keterampilan terdiri dari membuat kerajinan dari barang bekas berupa botol bekas, yang diubah menjadi vas bunga, dan hasilnya dibawa pulang.

“Saya didukung oleh beberapa siswa untuk kursus melukis dan menari. Mereka datang secara sukarela untuk membantu anak-anak setempat dengan keterampilan mereka,” kata Strong.

Anak-anak yang bisa bermain di Sekolah Sungai Siluk masih sebatas sekolah dasar (SD). Sedangkan usia SMP ke atas tidak dilaksanakan karena dianggap terlalu besar.

“Yang kami lakukan adalah membantu orang tua mendidik anak-anak mereka. Jangan biarkan mereka bermain dengan ponsel,” tambah Strong.

Rupanya pamor Sekolah Sungai Siluk ini menarik minat wisatawan berkunjung.

Tak sedikit rombongan wisatawan yang datang berkunjung dan kemudian memanfaatkan paket edukasi yang ditawarkan.

Kuat mengatakan, karena animo wisatawan yang besar, PLN kemudian memberikan bantuan berupa 10 unit sepeda listrik.

Sepeda listrik tersebut dapat digunakan untuk berkeliling desa dan singgah di sejumlah sentra kriya dan kripik.

“Dengan sepeda listrik yang didukung PLN, kami akan membuat paket wisata ke sentra-sentra produksi proyektil, keripik dan kerajinan. Sehingga Sekolah Sungai Siluk dapat memberikan dampak positif bagi para pelaku UMKM lokal,” ujar Teguh.

Untuk paket wisata dengan sepeda listrik, lanjut Kuat, tanpa pemandu akan dikenakan biaya Rp.

“Waktu bersama pemandu sekitar tiga jam dan nanti di akhir perjalanan kita akan berwisata air di Taman Selo milik Desa Pokdarwis,” ujarnya.

Tak jauh dari Sekolah Sungai Siluk, seorang ibu berpapasan dengan putrinya memasuki gerbang sekolah.

Wajah keduanya menampilkan senyum ramah khas penduduk desa.

Usai menyapa Tegar, perempuan yang akrab disapa Tari itu akan menitipkan anaknya di Sekolah Sungai Siluk.

Saat ini, anak berusia 10 tahun bernama Novi duduk di bangku kelas 5 SD dan ingin bersekolah di sekolah Sungai-Siluk seperti teman-temannya yang lain.

Menurut Tari, keberadaan Sekolah Sungai Siluk dipandang berdampak pada tumbuh kembang anak.

Banyak penduduk desa membiarkan anak-anak mereka bermain di Sekolah Sungai Siluk karena mengajarkan mereka keterampilan.

“Anak-anak bisa belajar menggambar dan menari. Bagi warga, Sekolah Sungai Siluk bagus dan bermanfaat,” kata Tari.

Tari mengatakan, alasan lain mengizinkan anaknya bersekolah di Sungai Siluk adalah karena anaknya tidak terlalu sering bermain gadget di rumah.

“Saat kamu bermain di sini nanti, kamu bisa menghentikannya bermain dengan HP sehingga dia memiliki skill yang bisa ditonjolkan. Seperti melukis atau menari,” jelasnya.

Tidak hanya bermanfaat bagi warga karena anak-anak bisa belajar seni lukis atau menari dll, keberadaan Sekolah Sungai Siluk juga memberikan nutrisi bagi UMKM di Desa Selopamioro.

Kintan Elsa, pemilik toko Peyek Kintan, merasa terbantu dengan keberadaan sekolah Sungai Siluk di desanya.

Menurutnya, banyak rombongan wisatawan yang berkunjung kemudian singgah di tempat usahanya.

Perusahaan yang digelutinya didirikan oleh orang tuanya pada tahun 2008 dan kini terus berlanjut.

Kintan menjelaskan karena banyak orang yang datang berkunjung ke Sekolah Sungai Siluk dan ada paket wisata keliling desa, maka proyek yang dibuatnya mudah untuk dipasarkan.

“Jadi semacam simbiosis timbal balik dan saling menguntungkan. Sekolah Sungai Siluk juga bisa memperkenalkan UMKM di sini, salah satunya proyek Kintan,” kata Kintan.

Pekerja di Peyek KintanSejumlah pekerja di Peyek Kintan sedang menggoreng jajanan untuk dibeli pengunjung di sekolah Sungai Siluk.

Menurut Kintan, pengunjung yang datang juga bisa mencoba memasak peyeks di warungnya. Sebuah pengalaman baru ditawarkan kepada wisatawan.

“Pada dasarnya sebagai pelaku UMKM, kami merasa terbantu dengan sekolah Sungai Siluk dalam dunia usaha,” imbuhnya.

Diketahui, PLN telah memberikan dukungan kepada UID Jateng-DIY dalam upaya berpartisipasi dalam pengembangan potensi wisata dan peningkatan pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pada tahun 2021, bantuan yang diberikan sebesar Rp 107.525,00 untuk pembangunan Sekolah Sungai Siluk serta bantuan berupa skuter listrik.

Kehadiran PLN Peduli di Sekolah Sungai Siluk untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi selama ini. (Tunas)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button