Ada buku strategi perang di Museum Abadi Pangeran Diponegoro - WisataHits
Yogyakarta

Ada buku strategi perang di Museum Abadi Pangeran Diponegoro

Magelang

Ada sejumlah museum yang layak dikunjungi di kota Magelang. Salah satunya adalah Museum Abadi Pangeran Diponegoro.

Museum Keabadian Pangeran Diponegoro terletak di kompleks gedung Bakorwil Surakarta-Kedu di kota Magelang. Museum saat ini menempati ruang seluas 7 x 8 meter persegi.

Adapun ruang di museum ini, ada sejumlah barang yang pernah digunakan Pangeran Diponegoro. Saat dibangun, museum ini berada di kompleks yang sama dengan Kantor Wakil Gubernur Wilayah Kedu, sehingga berada di ruang depan yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

Bagus Priyana, Aktivis Masyarakat Kota Toea Magelang, mengatakan dalam upaya pelestarian cagar budaya ada tiga poin utama, yaitu perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan. Salah satu perkembangan tersebut menyangkut pariwisata.

Menurutnya, hanya ada dua, yakni Museum Memorial Pangeran Diponegoro dan makam Johannes van der Steur, untuk menarik wisatawan dari Belanda.

“Ada dua tempat yang menarik orang luar, terutama Belanda, untuk datang ke Magelang,” kata Bagus saat dihubungi, Sabtu (20/8).

Menurut Bagus, dua lokasi pertama adalah Museum Abadi Pangeran Diponegoro. Kemudian yang kedua, makam Johannes van der Steur.

“Nama besar Pangeran Diponegoro di Belanda dipandang sebagai seorang pemberontak, sebagai sosok yang hampir bisa membuat kerajaan Belanda bangkrut. Kedua, sebagai tokoh kemanusiaan, Johannes van der Steur harus dilihat sebagai pahlawan,” kata Bagus.

“Namanya (Johannes van der Steur) sangat terkenal di Belanda. Dari segi nama, Pangeran Diponegoro dan Johannes van der Steur berbeda dengan pemberontak dan pahlawan, tetapi keduanya memiliki nilai jual yang sangat baik,” kata Bagus.

Salah satu koleksi Museum Pegabadian Diponegoro, Magelang.Salah satu koleksi Museum Pegabadian Diponegoro, Magelang. Foto: Eko Susanto/detikJateng

Museum Keabadian Pangeran Diponegoro, katanya, dibangun sebagai semacam tugu peringatan terhadap barang-barang rumah yang berkaitan dengan penangkapan Pangeran Diponegoro pada 28 Maret 1830 oleh Jenderal De Kock.

“Sebenarnya yang sekarang menjadi museum itu pada prinsipnya bukan tempat negosiasi antara Pangeran Diponegoro dan De Kock,” ujarnya.

Pemandu Museum Abadi Pangeran Diponegoro Sunarya mengatakan museum ini memiliki koleksi meja dan kursi. Untuk 4 kursi itu merupakan bekas perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Kemudian ada mushola.

“Jadi satu meja ada empat kursi, meja lain digunakan untuk negosiasi dan penangkapan. Di sisi lain, Pangeran Diponegoro berdoa saat menimba ilmu kepada Kiai Haji Muhammad Safei di Desa Brangkal, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen,” kata Sunarya. yang juga pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.

“(Koleksi lain) Ada Al-Qur’an dan Kitab Taqrib, yang berisi tentang taktik perang. Juga kitab Kanjeng Pangeran Diponegoro yang ditulis Kiai Nur Imam dan penerjemah Kiai Mlangi oleh Sleman Jogja,” ujarnya.

“Ada lukisan Daud Yusuf yang menjelaskan bagaimana Pangeran Diponegoro berperang dengan Belanda di Bukit Menoreh. Lukisan Raden Saleh lainnya menunjukkan Pangeran Diponegoro dari Kanjeng di depan gedung kantor gubernur Belanda,” katanya.

“Lain (lukisan) Pangeran Diponegoro pada usia 35 melukis Belanda. Lukisan Kanjeng Pangeran Diponegoro di atas kuda karya Kiai Gentayu. Di sini dibawa jubah untuk perang dan untuk negosiasi,” pungkasnya.

Tonton video “Polisi menculik pria yang mengaku anggota Brimob menipu janda di kudus”
[Gambas:Video 20detik]
(Aplikasi/Aplikasi)

Source: www.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button