Mau untung besar, jasa industri dan travel malah kena rupiah yang lesu - WisataHits
Jawa Timur

Mau untung besar, jasa industri dan travel malah kena rupiah yang lesu

MALANG KOTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melemah ke posisi Rp15.000 sejak 6 Juli lalu. Kondisi ini melanda beberapa sektor perekonomian akibat kenaikan harga. Diantaranya industri-industri di Kota Malang yang masih sangat bergantung pada bahan baku impor.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Malang Chondro Utomo mengatakan para pengusaha sudah merasakan dampak dari pelemahan rupiah yang semakin hari selama seminggu terakhir. “Kalau dilihat kebanyakan kita masih menjual barang impor dan komponen barangnya juga impor,” ujarnya. Menurut Chondro, bahan untuk komponen kimia di Kota Malang masih sepenuhnya bergantung pada impor. Misalnya tinta, kain, plastik dan aluminium foil. Dampak penurunan nilai tukar rupiah lebih lanjut, kenaikan harga komponen tersebut cukup signifikan. Bandwidth lebih dari 10 persen.

Pengusaha menemukan kondisi seperti itu sangat sulit: “Karena kenaikan harga komponen telah menyebabkan peningkatan biaya produksi dan distribusi. Sementara daya beli masyarakat masih menurun, jadi kami belum bisa menaikkan harga,” ujarnya. Chondro berharap pelemahan nilai tukar rupiah hanya berlangsung sementara. Jika berlarut-larut, sungguh menjadi dilema bagi pengusaha. Mereka terhimpit biaya operasional akibat kenaikan harga bahan baku, tanpa bisa menyesuaikan harga jual produk. “Mengingat daya beli masyarakat belum membaik, kami masih menahan harga dengan memangkas biaya lainnya. Tapi itu bisa kita lakukan jika pelemahan rupiah hanya bersifat sementara,” kata Chondro.

Pelemahan rupiah juga berdampak pada biaya penyelenggaraan haji khusus atau ONH plus. Karena semua biaya untuk operasi dihitung dalam USD. Diungkapkan Direktur Agung Wisata Tour & Travel Maya Yusuf, ada biaya tambahan sekitar USD 1.400 per orang karena nilai tukar USD mencapai Rp 15.000. “Awalnya ONH plus ongkos haji sekitar $14.000. Sekarang $15.400. Kenaikan itu karena kenaikan beban usaha, khususnya biaya hotel di Arab Saudi, tiket pesawat dan beban operasional lainnya,” jelas Maya. Ditambah dengan melemahnya nilai tukar rupiah, kenaikan biaya ONH plus ini lebih terasa Jika kurs tidak berubah pada tahun depan, jemaah haji khusus harus menyiapkan dana Rp 231 juta per orang, dan jika pasangan keluar, mereka harus mengumpulkan hampir setengah miliar rupiah karena ada tambahan pengeluaran untuk kebutuhan mereka sendiri.

Hal senada diungkapkan pelaku ekonomi di bidang haji dan umrah, Dhenny Wijaya. Dia mengatakan, dampak pelemahan nilai tukar rupiah akan terasa pada Agustus 2022-2023. Dia menjelaskan bahwa saat ini ada perusahaan agen perjalanan yang membebankan ONH plus biaya sekitar $ 13.000. Dengan asumsi kurs USD 1 sama dengan 15.000 rupiah, maka calon haji khusus harus mengeluarkan biaya minimal 195 juta rupiah. Itu belum termasuk kenaikan biaya operasional di Arab Saudi yang bisa naik 15-20 persen.” Dampaknya jelas pada tiket pesawat, hotel, dan penginapan. Tentu yang paling sulit adalah tiket pesawatnya,” ujar pengelola PT Happy Prima Tour Travel Malang.

Soal dampaknya bagi peminat haji tertentu, Dhenny mengaku tidak bisa membuat generalisasi. Tentu ada beberapa calon jemaah haji yang batal karena berbagai faktor. Tapi itu terjadi di luar kota Malang. Sedangkan di cabang Malang belum ada yang melakukan penarikan setoran awal. Dhenny mengatakan pihaknya mengirimkan 20 jemaah haji khusus tahun ini. Jumlah ini menurun dibandingkan musim haji sebelumnya yang mengirimkan rata-rata 40-50 calon jemaah haji. Pihaknya mengharapkan tambahan biaya operasional pada musim haji mendatang. Salah satunya adalah memesan tiket pesawat dengan harga yang berlaku. “Karena high season, tiket pesawat tersedia mulai pertengahan November hingga Januari. Kalau peralatan seperti koper bisa ditangani sedikit, tapi saya kurang tahu misalnya harganya naik,” pungkasnya.

Sementara itu, para ekonom memperkirakan pelemahan rupiah yang menembus Rp 15.000 per USD dapat memicu berbagai ekses negatif dalam perekonomian. Hendi Subandi SE MA, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (FEB UB), mengatakan apresiasi rupiah bisa berdampak pada beberapa aspek. Salah satunya adalah meningkatnya produk impor yang akan mempengaruhi harga jual produk di tingkat konsumen. “Ini juga memicu lonjakan inflasi yang sudah merangkak naik,” katanya.

Pelemahan rupiah juga berimbas pada sektor manufaktur. Misalnya industri tekstil, elektronik, kimia dan otomotif. Karena sebagian besar mengandalkan bahan baku impor. “Selanjutnya, jika Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan untuk mengurangi volatilitas rupiah, suku bunga kredit akan menjadi lebih bermasalah bagi masyarakat. Jika situasi ini tidak dikelola dengan baik, berpotensi merembet ke aspek lain seperti ketenagakerjaan, kredit macet dan lain-lain,” jelas Hendi.(mit/mel/bold)

Source: radarmalang.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button