Jelajahi Wagos Gresik, bukan sekedar destinasi wisata biasa
JawaPos.com- Kini di Gresik terdapat berbagai macam destinasi wisata desa, baik wisata alam, religi, buatan maupun kuliner. Namun, di antara objek wisata tersebut, tidak banyak juga yang memiliki nilai sejarah dan cerita. Nah, salah satunya adalah Wisata Alam Gosari (Wagos).
Di Wagos ada dua objek yang bisa dinikmati. Pertama, objek wisata buatan dengan panorama tanaman bunga yang rindang dan wahana kreasi. Kedua, kawasan perbukitan kapur. Keduanya memiliki kelebihan. Salah satu objek wisata di kecamatan Ujungpangkah juga akan ramai dikunjungi. Jadi merujuk wisatawan. Terutama dari keluarga.
Bahkan, belakangan ini Wagos kerap menjadi wadah pembuatan konten video, individu dan berbagai komunitas. Panorama alam adalah sesuatu yang sangat istimewa. “Wagos tidak hanya eksotis, tetapi juga menawarkan nilai lain. Sejarah dan Peradaban,” kata dr. Asluchul Alif, Presiden dan Direktur RS Fathma Medika Sembayat.
Sore itu, Alif dan awak Sempal Bedjo sedang syuting di kawasan Wagos. Untuk syuting film komedi yang dia produksi. “Hiburan sekaligus mengajak teman-teman muda untuk lebih menggairahkan ekosistem digital,” ujarnya.
Selain itu, merupakan bagian dari partisipasi dalam kampanye destinasi yang memiliki nilai sejarah. Khususnya di Kabupaten Gresik. Salah satunya adalah Wago. Kedepannya juga akan berpindah ke objek menarik lainnya. “Jadi, berturut-turut, tiga empat pulau dilintasi. Ya, hiburan, pariwisata dan pendidikan,” ujarnya.
Mengutip Kitab Prasasti Gosari, terdapat sebuah prasasti sejarah di lokasi tambang gunung kapur di sebelah utara desa Gosari. Prasasti tersebut konon merujuk pada kerajaan Majapahit atau Singasari. Lokasi di sekitar prasasti ditinggalkan. Tidak ditambang agar tidak merusak prasasti.
Prasasti tersebut dinamakan Prasasti Butulan (Goa Tembus). Prasasti itu ada di dinding Gua Butulan. Kami menulis tahun 1298 Saka. Aksara Jawa kuno berbunyi: Di Wasani Ngambal 1298 Duk Winahon Denira San Rama Samadya Makadi Siri Buyutajrah Raka Durahana Tali Kursi. Terjemahannya berbunyi bahwa pada tahun 1298 Saka atau sekitar tahun 1376 M di Ambal yang kemudian diasingkan San Rama Samadaya Buyut Ajarh Talikur berpenghuni. Taman penuh bunga warna warni di kawasan Wisata Alam Gosari (Wagos) Gresik.
Prasasti tersebut sebenarnya sudah dikenal warga sekitar sejak lama. Saat pertama kali mengetahui prasasti tersebut pada tahun 2004, PT Polowijo Gosari – sebagai pemegang izin usaha pertambangan – melaporkannya ke kecamatan setempat.
Kemudian diteruskan ke kantor pusat. Sejak tahun 2005, pengamatan dan penelitian terhadap prasasti telah dilakukan. Mereka yang datang berasal dari Universitas Gadjah Mada bersama tim arkeologi Deputi Sejarah Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Ada sejumlah referensi kuat tentang prasasti Gosari yang berhubungan dengan Majapahit. Masa kejayaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk atau Sri Radjasanagara dengan Mahapatih Gajahmada pada tahun 1272 Saka (1359 M) hingga 1311 Saka (1389 M). Gajahmada meninggal pada tahun 1290 Saka (1368 M). Pada masa Patih Gajahangon, diperkirakan San Rama Samadya bertapa di Gua Butulan di Gosari.
Alasan mengapa San Rama Samadya tinggal di Gua Butulan adalah karena gua-gua di daerah Gosari telah dihuni sejak zaman Ratu Sima, seperti Gua Butulan, Kuwungan, Sejalak, Telanse, Sepece dan Segatak. Di sekeliling gua ada dua bak mandi dan pancuran berbentuk mata air, yang airnya tidak pernah berhenti mengalir.
Berdasarkan pantauan Jawa Pos, pemandangan di sekitar Gua Butulan sebenarnya sangat bagus. Di dalam gua ada bagian medan yang landai. Konon Goa Butulan menjadi tempat para Ksatria San Rama Samadya yang kehilangan pengaruh atau tersingkir dari istana kerajaan. Kemudian ia memutuskan untuk bermeditasi di gua dan berlatih Kanuragan.
Klaim prasasti Gosari terkait Majapahit didukung dengan ditemukannya benda-benda purbakala, yaitu beberapa tungku untuk pembuatan gerabah. Alat tanah liat. Locationnta, di Tugaran, berjarak sekitar 1 kilometer dari prasasti. Namun, saat itu daerah tersebut bukan bernama Gosari, melainkan Ambal. Nah, Ambal telah menjadi salah satu sentra pembuatan gerabah sejak zaman Singasari hingga Majapahit. Ambal dikabarkan menjadi pemasok gerabah di Nusantara pada abad ke-12 hingga ke-14.
Menurut Misbakhud Dawam, penanggung jawab Wabos, kawasan sekitar Prasasti Gosari sudah diperbaiki. Bahkan, lokasi goa juga dibuat untuk UKM berupa kafe goa. Itu penuh sesak. Namun, ketika pandemi Covid-19 merebak di awal tahun 2020, semuanya berubah. Daerah terabaikan. Wagos juga terpengaruh. Hal yang sama berlaku untuk tujuan wisata lainnya.
“Sekarang kondisi pandemi sudah mereda, semoga pemerintah dan semua pihak yang terlibat lebih memperhatikan. Revitalisasi, revitalisasi sebagai destinasi wisata yang bernilai sejarah,” ujarnya.
Source: www.jawapos.com