Wisata paralayang di Boyolali: panorama mempesona, angin bertiup memenuhi standar - WisataHits
Jawa Tengah

Wisata paralayang di Boyolali: panorama mempesona, angin bertiup memenuhi standar

BOYOLALI – Boyolali memiliki lapangan olahraga paralayang. Terletak di lereng Gunung Merbabu, Desa Send, Kecamatan Selo. Pecinta olahraga ekstrim ini bisa menikmati keindahan alam di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (MDPL). Selain angin yang membantu, paraglider dapat menikmati keindahan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Potensi ini pertama kali digagas oleh Komunitas Paralayang Boyolali sejak tahun 2019. Awalnya mereka hanya menggunakannya untuk pelatihan. Mengingat lokasi lepas landas dan pendaratan masih menggunakan lahan yang belum dikembangkan warga setempat. Tidak ada landasan pacu standar.

“Anginnya bagus di sini. Angin sakal mungkin (angin dari depan, merah). Angin selalu baik. Bisa juga untuk kejuaraan,” kata Andi Joko, Ketua Komunitas Paralayang Boyolali Jawa Pos Radar SoloSelasa (9/8).

Andi menjelaskan lepas landas dan pendaratan membutuhkan angin dari depan. Dengan cara ini, parasut diisi dengan udara dan dibiarkan mengembang. Kemudian paraglider dapat mengarahkan parasut dengan lebih mudah. Sedangkan angin belakang atau angin dari belakang mempersulit lepas landas dan pendaratan.

“Yah, anginnya bagus di sini. Tailwind jarang terjadi, terutama pada sore hari sebelum matahari terbenam. Itu juga langka. Kalau tidak, panoramanya bagus. Di sisi kiri atau utara kita mungkin ada Gunung Merbabu. Di sisi kanan atau selatan mungkin Gunung Merapi. Kemudian sekitar kota Solo terlihat sangat bagus dari depan juga,” jelasnya.

Ia melihat potensi pariwisata di keunggulan tersebut. Seperti di Kemuning, Karanganyar. Juga didukung oleh angin yang baik. Padahal, lereng Merbabu telah menjadi tempat latihan.

“Potensi pariwisata juga ada, nanti bisa (terbang, catat) beriringan. Nanti kalau start (tempat, red) bagus, bisa untuk pariwisata. Ketika desa telah meletakkan fondasi, itu akan menjadi lebih dari 500 meter persegi. Kalau peluncurannya masih di tanah manusia,” ujarnya.

Salah satu atlet paralayang asal Karanggede, Nur Afifah Indriyani, 25 tahun, menggeluti dunia paralayang sejak tahun 2017. Ia juga pernah bergabung dengan komunitas paralayang Boyolali.

“Yang perlu dipersiapkan secara mental. Saat pertama kali mencobanya, saya takut. Itu sebenarnya kendala. Saya juga mengalami cedera leher karena jatuh dari jarak 10 meter. Sempat libur setahun dari 2019 dan mulai terbang lagi di 2020. Alhasil, saya mulai dari awal lagi,” jelasnya. (rgl/adi/bendungan)

Source: radarsolo.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button