Wisata di desa Kole Sawangan, pelajari lebih jauh tentang eksotisme budaya Tana Toraja - WisataHits
Jawa Tengah

Wisata di desa Kole Sawangan, pelajari lebih jauh tentang eksotisme budaya Tana Toraja

Memuat…

Rumah Tongkonan yang merupakan rumah adat Toraja. (Foto: YouTube iNews)

TAN TORAYA – Jika kamu berencana untuk jalan-jalan keliling Indonesia, jangan lupa tambahkan Tana Toraja ke dalam daftar daerah yang akan kamu kunjungi, ya! Karena negara ini tidak hanya memiliki pemandangan alam yang menakjubkan tetapi juga terkenal dengan budayanya yang masih sangat kental.

Salah satu tempat yang tidak boleh Anda lewatkan adalah Desa Wisata Kole Sawangan. Desa ini berjarak 300 kilometer dari Kota Makassar, atau delapan jam perjalanan darat. Namun, dari Bandara Toraja Anda hanya berkendara sejauh sembilan kilometer. Juga, ada penerbangan harian dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar ke Bandara Toraja.

Salah satu tradisi yang masih bisa Anda saksikan di desa ini adalah upacara Rambu Solo, upacara pemakaman khas masyarakat Toraja. Dalam prosesi khidmat ini, warga memindahkan jenazah orang yang mereka cintai ke tempat peristirahatan abadi.

Rambu Solo dikenal sebagai upacara penguburan yang mewah karena biasanya membutuhkan kerbau dan babi dalam jumlah banyak, bahkan dalam urutan sepuluh. Keberadaan kerbau juga penting karena masyarakat percaya bahwa kerbau menjadi pelayaran arwah menuju nirwana.

Biasanya upacara Rambu Solo berlangsung 3-7 hari. Kondisi masyarakat Toraja yang kini merantau ke daerah lain membuat mereka tertantang untuk membawa seluruh kerabatnya ke upacara adat tersebut. Sulitnya kumpul sanak saudara dan banyaknya upacara menjadi alasan utama upacara Rambu Solo yang sering ditunda beberapa bulan. Lalu bagaimana dengan jenazah yang tidak melalui prosesi upacara Rambu Solo?

Menurut Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Kole Sawangan (POKDARWIS) Maria Roswati, jenazah yang belum menjalani upacara Rambu Solo biasanya dimakamkan seperti biasa atau dikubur dalam peti mati dan dianggap tidak bergerak karena sakit. Karena itu, mereka memperlakukan mayat seperti orang sakit, memberi mereka makanan dan minuman yang sama seperti yang mereka makan.

“Kami Toraja, ada jamu yang bisa digunakan untuk mengeringkan dan tidak mengeluarkan aroma (mayat), dan ada tradisi membuang baunya di tempat lain, jadi baunya bukan di sini, itu di tempat lain, ” kata Maria.

Tidak hanya itu, Desa Kole Sawangan juga memiliki beragam keunikan lainnya, yaitu Batu Salu Liang. Berbeda dengan batu lainnya, batu Salu Liang berukuran sangat besar dengan lubang pahat di dalamnya.

Sejak 1215, nenek moyang mulai mengukir batu ini sebagai tempat pemakaman abadi untuk sisa-sisa keluarganya. Batu tersebut juga digunakan sebagai tempat pemujaan bagi agama leluhur suku Toraja, yaitu Aluk Todolo. Terdapat 107 lubang yang masing-masing memiliki kedalaman hingga 2,5 meter. Tulang-tulang itu juga disimpan dengan aman di Salu Liang, yang masih digunakan sampai sekarang.

Nah, jika Anda berwisata ke Toraja, tidak lengkap rasanya tanpa melihat langsung rumah adatnya yang khas, yaitu rumah Tongkonan. Kini warga desa Kole Sawangan telah mengubah rumah Tongkonan menjadi homestay yang nyaman bagi wisatawan, lho! Tentunya dengan menerapkan standar protokol kesehatan ya.

Source: lifestyle.sindonews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button