Wisata alternatif, kami mengunjungi Desa Kerbau di Ngawi - WisataHits
Jawa Timur

Wisata alternatif, kami mengunjungi Desa Kerbau di Ngawi

Dusun Bulak Pepe Banyubiru, rumah bagi ratusan kerbau

Dusun Bulak Pepe di Desa Banyubiru, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, secara umum terlihat seperti desa pada pandangan pertama. Mayoritas masyarakatnya adalah petani. Di hilir dan hilir mudik, tipikal penduduk pedesaan mencari nafkah dari hasil.

Tapi ada satu hal yang menarik. Selain desa yang berada di tengah kawasan hutan jati Perhutani ini, Dusun Bulak Pepe juga menjadi rumah bagi ratusan kerbau yang menjadi hewan ternak warga sekitar. Karena fenomena ini, Dusun Bulak Pepe juga dikenal sebagai Kampung Kerbau.

Sedikitnya ada 900 ekor kerbau. Ternak mirip sapi ini disebut Rojo Koyo oleh warga sekitar. Istilah Jawa yang berkaitan dengan budaya. rojo yang artinya raja, dan koyo apa arti kekayaan.

Kerbau adalah salah satu dari sekian banyak jenis hewan yang termasuk dalam daftar rojo-koyo Jawa. Yaitu hewan ternak yang menawarkan nilai tambah selain hasil pertanian. Selain kerbau, ada sapi dan kambing yang terdaftar di masyarakat Jawa Rojo Koyo.

Akses cukup mudah

Berwisata ke Kampung Kerbau tidaklah sulit. Akses menuju Dusun Bulak Pepe cukup mudah. Hanya sekitar 45 menit dengan mobil dari pusat Kabupaten Ngawi. Dapat diakses dengan kendaraan roda dua (sepeda motor) atau roda empat (mobil).

Saat memasuki desa ini, hamparan hutan jati menjadi pemandangan yang dominan. Sesekali lahan terbuka juga muncul. Negara terbuka dikenal sebagai Mbaon. Istilah lahan terbuka di bawah pohon jati, biasanya digunakan untuk pertanian. Kadang-kadang kacang tanah, jagung dan tanaman sekunder ditanam.

Di Dusun Bulak Pepe, ratusan kerbau hidup di masyarakat. Warga biasanya memiliki rumah khusus yang digunakan sebagai kandang kerbau. Rata-rata satu keluarga memiliki 2-5 ekor kerbau. Namun ada juga yang memiliki puluhan ayam.

Menggembala kerbau sudah menjadi tradisi masyarakat Bulak Pepe. Di tengah perjalanan, warga setempat tetap mempertahankan tradisi beternak kerbau yang sudah turun temurun ketimbang beralih ke beternak sapi.

Situs menarik lainnya: Setiap kali gudel atau anak kerbau lahir, masyarakat setempat memberikan penghormatan dengan mengadakan perayaan. Peternakan ditingkatkan sebagai tanda terima kasih. Tradisi ini dipertahankan hingga saat ini.

Festival Gumbrekan Mahesa tahunan

Sebuah festival tahunan tumbuh dari tradisi ini. Warga setempat bernama Gumbrekan Mahesa. Festival ini berlangsung setahun sekali dan pada dasarnya memperingati hari ulang tahun Kalb Gudel.

Di setiap Festival Gumbrekan Mahesa, acaranya semarak. Menjadi tontonan berkali-kali. Tak hanya wisatawan lokal, tapi juga penonton dari luar. Tujuannya tak lain untuk melihat ratusan kerbau digiring keluar desa. Massa memenuhi lapangan dusun setempat.

Selain Festival Gumbrekan Mahesa, kerbau juga menjadi hewan kebersihan di Dusun Bulak Pepe. Di pagi hari, mamalia ini meninggalkan kandang pada waktu yang bersamaan. Didorong oleh para penggembala untuk mandi di dusun setempat.

Puas mandi, penggembala membawa kerbau ke dalam hutan. Menggembala sepanjang hari hingga siang hari. Kemudian kerbau kembali ke kandang. Istirahat sejenak hingga matahari terbenam di ufuk barat.

Sore harinya rombongan kerbau kembali ke hutan. Kerbau itu biasa mandi lagi. Setelah itu baru berbaris menuju hutan untuk merumput hingga senja.

Aktivitas sehari-hari kerbau di Dusun Bulak Pepe menjadi tontonan yang menarik. Tak jarang ada rombongan masyarakat yang datang berkunjung untuk melihat kerbau dan berbagai aktivitasnya.

Dusun Bulak Pepe menjadi daya tarik tersendiri. Dengan potensi hewan dan suasana pedesaan yang asri, seringkali menginspirasi orang untuk melakukan tamasya yang menyenangkan. Selain itu, tidak banyak daerah yang memiliki koloni kerbau. Kini jumlahnya ratusan di Kampung Kerbau Ngawi.

Source: www.goodnewsfromindonesia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button