Watu Prahu Klaten, Konon Berawal dari Kisah Cinta Sepihak Solopos.com
SOLOPOS.COM – Sebuah bukit berbatu di kaki Bukit Cinta Klaten diyakini sebagai kapal Joko Tuo. (Khusus/klatenkab.go.id)
Solopos.com, Klaten — Di balik keindahan objek wisata Bukit Cinta terdapat kisah menarik yang diyakini masyarakat setempat. Wisata Bukit Cinta terletak di Desa Gunung Gajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Dikutip dari situs klatenkab.go.idPada Senin (28/11/2022) wisata ini ramai diperbincangkan. Di kaki bukit cinta terdapat sebuah piramida dr batu kasar yang bisa dikatakan unik dan berbeda dari bebatuan biasanya. Batu itu memiliki lebar sekitar 7 meter dan panjang 30 meter.
Promosi Angkringan Omah Semar Solo: Tempat nongkrong unik punya menu Wedang Jokowi
Penduduk setempat menyebutnya Watu Prahu. Konon batu yang diyakini warga Desa Gunung Gajah berasal dari kapal yang terbalik. Kejadian ini berawal dari kisah cinta antara Joko Tuo dan Roro Denok.
Menurut cerita turun-temurun, Joko Tuo adalah seorang lelaki sakti yang jatuh cinta pada Roro Denok. Dia bahkan berani melamar Roro Denok, meskipun dia tidak mengenalnya dengan baik.
Yoyok Kartika Cahyo selaku kepala desa (kades) Gunung Gajah menyatakan bahwa ketika Roro Denok akan dilamar, ia memiliki syarat untuk membuat kapal dalam waktu satu malam. Rupanya, Joko Tuo menyetujui persyaratan tersebut.
Baca juga: Usai Gir Pasang, Pemdes Tegalmulyo Klaten Bakal Bangun Bumi Perkemahan
Seribu kali sayang, impian Joko Tuo bertepuk sebelah tangan. Roro Denok telah mencoba segala cara dalam semalam untuk menggagalkan rencana pembuatan kapal itu.
Saat berhasil, kapal Joko Tuo yang masih dalam tahap pembangunan tiba-tiba terbalik. Hingga saat ini, warga percaya bahwa Watu Prahu adalah wujud kapal Joko Tuo yang terbalik.
“Berdasarkan cerita orang tua dan warga, hampir semuanya mengatakan demikian. Jika diperhatikan dengan seksama, batu ini sebenarnya mirip dengan kapal terbaik Joko Tuo,” ujarnya.
Sebelum kawasan wisata Bukit Cinta terkenal, banyak peneliti dan mahasiswa yang datang untuk mengecek Watu Prahu ini.
Baca juga: Lampion Park Klaten, ruang terbuka ramah anak di perkotaan
Batu ini memiliki bentuk dan tekstur yang unik dan diyakini sudah sangat tua, bahkan lebih tua dari bebatuan di daerah ini. Hingga saat ini, batu ini masih menjadi pusat penelitian berbagai pihak.
Source: news.google.com