Versi mini Indonesia, inilah kisah Tien Soeharto, pencetus ide membangun TMII - WisataHits
Jawa Timur

Versi mini Indonesia, inilah kisah Tien Soeharto, pencetus ide membangun TMII

KARIANHALUAN.COM – Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan kawasan wisata budaya. Seluas lebih dari 150 hektar, terletak di Jakarta Timur.

TMII merupakan kawasan wisata yang berisi rangkuman budaya bangsa Indonesia yang berkembang di 33 provinsi.

Pencitraan budaya tersebut diwujudkan melalui anjungan daerah yang mewakili suku bangsa dari masing-masing provinsi.

Pendopo daerah dengan miniatur kepulauan Indonesia dibangun di sekitar danau.

Pendopo regional secara tematis dibagi menjadi enam zona, yaitu Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua.

Setiap paviliun menampilkan bangunan khas lokal dengan pakaian, senjata, tarian, dan tradisi yang berkembang di daerah tersebut.

TMII dibangun atas gagasan Tien Soeharto, istri Presiden kedua Indonesia Soeharto.

Ide ini awalnya bernama proyek Miniatur Indonesia Indah (MII).

Ide tersebut didasari oleh keinginan Tien untuk membangun sebuah tempat yang dapat menampilkan keragaman budaya Indonesia.

Proyek ini pertama kali diusulkan oleh Tien dalam rapat Direksi Yayasan Harapan Kita (YHK) pada 13 Maret 1970 di rumahnya, Jalan Cendana No. 8, Jakarta.

Tien membayangkan MII memiliki kolam besar berbentuk kepulauan Indonesia, lengkap dengan tanaman hias dari seluruh Indonesia yang mengelilingi kolam tersebut.

Ia juga membayangkan akan ada bangunan khas dari seluruh wilayah Indonesia, lengkap dengan pakaian adat, senjata dan segala cetakannya.

Manajemen YHK menyetujui ide tersebut, setelah rapat mereka menghubungi Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin, yang juga tertarik dengan MMI.

Ali Sadikin membantu mencarikan tanah.

Pertama, dia menyarankan lokasi di dekat Hotel Indonesia (HI).

Lahan di sana terlalu kecil untuk MII dalam bayangan Tien, kurang dari 20 hektar.

Tempat rekomendasi berikutnya adalah Cempaka Putih.

Tanah di sini lebih luas, tetapi hanya cukup untuk tahap awal pembangunan.

Tien berharap pengembangan MII dapat dilakukan secara bertahap dan dalam skala yang lebih besar.

Akhirnya Ali Sadikin menawarkan Pondok Gede seluas 100 hektar yang kemudian disetujui sebagai lahan MII untuk dibangun nantinya.

Pembangunan MII yang disebut “Mini” ini masih membutuhkan dana yang tidak sedikit, yakni Rp 10,5 miliar.

YHK membutuhkan bantuan pemerintah daerah Jakarta dan pihak lain.

Tien melakukan penggalangan dana dengan membagikan proposal kepada 26 gubernur se-Indonesia di Istana Negara pada 30 Januari 1971.

YHK menanggung 25 persen biaya konstruksi, 16 persen untuk daerah tingkat pertama (provinsi), 45 persen untuk investor, dan 14 persen untuk instansi lain.

Peletakan batu pertama pembangunan MII dilakukan pada tanggal 30 Juni 1972.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button