UMM melantik dua guru besar baru dan memulai lima CoE - WisataHits
Jawa Timur

UMM melantik dua guru besar baru dan memulai lima CoE

Kedua profesor tersebut adalah orang-orang yang memiliki etika tinggi dan bekerja keras

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memperkenalkan dua guru besar baru Fakultas Keguruan dan Ilmu Keguruan (FKIP). Keduanya adalah Profesor Dwi Priyo Utomo di bidang pendidikan matematika dan Profesor Rr Eko Susetyarini di bidang biologi reproduksi.

Rektor UMM Fauzan menilai kedua guru besar tersebut sebagai pribadi yang memiliki etos kerja tinggi dan kerja keras yang tak kenal lelah. Oleh karena itu, penghargaan atas prestasi tertinggi yang telah dicapai di bidang akademik. “Ini membuktikan bahwa keduanya sangat berdedikasi terhadap ilmu yang digelutinya,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Republik.

Fauzan berharap dengan bertambahnya jumlah guru besar UMM, demikian pula kontribusi yang diberikan. Lalu ada kaitannya dengan perkembangan UMM yang saat ini sedang akselerasi dalam program internasionalisasi.

Pada pembukaan, semua orang memberikan pidato ilmiah mereka. Susetyarini memberikan sambutan tentang “Beluntas dan Antifertilitas dan Implementasinya dalam Pembelajaran”. Ia menilai Indonesia merupakan negara yang memiliki diversifikasi tanaman berupa pohon, perdu dan perdu.

Salah satu tanaman perdu yaitu beluntas bermanfaat sebagai sumber makanan dan obat-obatan. Dalam hal ini obat yang dikembangkannya adalah obat antifertilitas, yaitu suatu zat atau bahan yang mencegah terjadinya pembuahan antara spermatozoa dengan ovum. Di masyarakat, antifertilitas digunakan sebagai program kontrasepsi dengan harapan kelahiran jauh

Penelitiannya tentang beluntas sebagai anti-fertilitas didasarkan pada fakta bahwa anti-fertilitas pada pria belum tersebar luas. Saat ini hanya ada sterilisasi antifertilitas pria atau suntikan testosteron. Namun, menurut dia, perlu dikembangkan obat tradisional antifertilitas pria secara oral atau oral.

“Penelitian ini dilakukan uji praklinis pada tikus putih jantan yang menunjukkan bahwa pemberian serbuk daun beluntas efektif sebagai antifertilitas. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil skrining DNA mitokondria sperma,” ujarnya.

Di sisi lain, Priyo memberikan pidato tentang “Mengembangkan pemahaman relasional siswa: mengutamakan pengetahuan konseptual atau prosedural?”. Menurutnya, pemahaman relasional membantu siswa membuat skema untuk menghubungkan pengetahuan yang sudah mereka ketahui dengan pengetahuan baru. Pengembangan ide untuk memecahkan masalah matematika juga dimulai dari sana.

Pemahaman relasional, lanjutnya, mengacu pada pengetahuan prosedural dan pengetahuan konseptual. Namun, ada perdebatan di dunia profesional mengenai mana dari dua keterampilan yang harus diprioritaskan. “Padahal, hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural pada hakikatnya bersifat bilateral,” ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan pengetahuan konseptual dan prosedural perlu disempurnakan menjadi lebih deskriptif. Penjelasan yang lebih rinci dapat mengubah pembelajaran tradisional yang umumnya bersifat prosedural menjadi pembelajaran yang juga mengutamakan pengetahuan konseptual.

Suasana akademik pada acara tersebut menjadi semakin padat dengan diluncurkannya lima Center of Excellence (CoE) FKIP UMM. Dimulai dengan CoE Education Consultant dari prodi PGSD, CoE Media dan Digital Education Animation dari Prodi Pendidikan Matematika dan English for Hospitality dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Kemudian CoE Pengusaha Buku dari program Pendidikan Bahasa Indonesia dan CoE Sekolah Pariwisata Sejarah Digital dari program PKn.

Source: republika.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button