UMKM pinggir Gunung Kemukus belajar branding produk bersama ISI Solo - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

UMKM pinggir Gunung Kemukus belajar branding produk bersama ISI Solo – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Akademisi DKV FSRD ISI Solo, Basnendar Herry Prilosadoso (kiri), menampilkan produk kaos bermerek Kampung Bagor yang diberikan kepada perwakilan perangkat Desa Bagor, Miri, Sragen, saat pelatihan desain produk Sukowati Sragen, Sabtu (26/11). 2022) dianugerahi di Technopark Ganesha. (Solopos.com/Tri Rahayu)

PERTANYAAN Solopos.com — Tak kurang dari 18 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diteliti di Desa Bagor, Kecamatan Miri, Sragen merek Produk di Technopark Ganesha Sukowati Sragen, Sabtu (26/11/2022). Mereka diajar secara solo oleh akademisi dari Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) FSRD Institut Senin Indonesia (ISI).

Bertempat di pinggir Gunung Kemukus, pelaku UMKM ini belajar mendesain kemasan produk makanan olahan, konveksi dan manufaktur merek Produk. Kegiatan ini didukung oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sragen.

Promosi Angkringan Omah Semar Solo: Tempat nongkrong unik punya menu Wedang Jokowi

Hasil produk UMKM diharapkan dapat mendukung pengembangan pariwisata di Gunung Kemukus, khususnya untuk produk souvenir New Kemukus.

Kepala Bagian Sumber Daya Manusia Sragen, Muh. Yulianto mengatakan, awalnya ada 48 UMKM yang terdaftar dari Desa Bagor. Setelah diseleksi berdasarkan pertimbangan pengembangan produk, hanya terpilih 18 pelaku UMKM.

Bisnis Anda bergerak di bidang pengolahan makanan, peternakan, atau kerajinan keahlian, dan konveksi. Setelah Anda mempelajari caranya merek Produk mereka mendapatkan dukungan peralatan untuk mendukung bisnis mereka.

Baca Juga: Indeks Daya Saing Sragen Tertinggi di Soloraya, Ini Penyebabnya

“Mereka pindah kerajinan tangan Produksi truk mainan dari kayu dan triplek. Miniatur juga diminati Sistem suara siapa yang memulai sedang tren. Nah, selama ini mereka kesulitan membuat ban dari kayu. Untuk solusinya, kami bantu dengan bor kayu, gergaji, kompresor cat dan mesin gerinda meja,” kata Yuli.

Tidak mengerti merek

Sedangkan dua akademisi dari ISI Solo yang memberikan pelatihan adalah Basnendar Herry Prilosadoso dan M. Harun Rosyid Ridlo. Basnendar menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat. Sebelum pelatihan ini, timnya sudah datang ke Bagor untuk pertolongan pertama.

“Pada pendampingan awal diketahui bahwa UMKM di Bagor tidak mengetahui manfaatnya merek Produk melalui logo, kemasan, dll. Mereka adalah UMKM lokal dengan segmen pasar lokal, sehingga kemasannya sederhana dengan label seadanya. Ketika ada dukungan, mereka terbuka dan antusias untuk berkembang merek produk mereka,” jelas Basnendar.

Baca Juga: Dicari, Inovator Handal dari Karanganyar Raih Penghargaan Rp 45 Juta

Menurutnya, keterbukaan para pelaku UMKM menjadi nilai plus untuk pengembangan lebih lanjut. Sahabat bisa lebih mudah menyampaikan insight produk. Pelaku UMKM dapat memahami manfaat kemasan dan label yang menarik dapat menambah nilai produk.

“Mereka bisa menjual produk curah dengan kemasan sederhana, sehingga harganya murah. Dengan kemasan baru yang lebih menarik, biaya pengemasan diperhitungkan sehingga harganya dapat terjangkau untuk berbagai segmen, misalnya tingkat minimarket dan sebagainya. Beberapa pasarnya bahkan sampai ke Jakarta,” jelasnya.

Pelaku UMKM dari Dukuh Miri, Desa Bagor, Sukir berterima kasih atas bimbingan dari ISI dan Disnaker. Pelatihan ini membuat wawasan para pelaku UMKM semakin terbuka. Diakuinya, banyak UMKM di Bagor yang berjualan apa adanya.

Baca Juga: Keren! Berikut konsep wisata terpadu Dewi Sri di Masaran Sragen

“Kita bisa mendapatkan banyak pengetahuan tentang pengembangan produk dari panduan ini. Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini tetapi terus berlanjut, terutama dalam pengembangan pasar ke depan,” ujarnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button