Triwulan III 2022, Pencairan Pinjaman Melambat | RADAR BOGOR - WisataHits
Jawa Barat

Triwulan III 2022, Pencairan Pinjaman Melambat | RADAR BOGOR

RADAR BOGORSurvei perbankan Bank Indonesia (BI) menunjukkan penyaluran kredit baru secara triwulanan (QtQ) tumbuh positif pada triwulan II 2022. Hal ini menunjukkan nilai saldo bersih tertimbang (SBT) kredit baru sebesar 96,9 persen. Angka ini lebih tinggi dari SBT pada triwulan sebelumnya yang hanya 64,8 persen.

Baca juga: Prakiraan cuaca: pagi cerah hingga sore, hujan ringan di sore hari

Kepala Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, mengatakan pertumbuhan kredit baru itu dijamin untuk semua jenis penggunaan. Baik kredit modal kerja (SBT 92 persen), kredit investasi (SBT 89,8 persen) dan kredit konsumsi (SBT 74 persen). Secara sektoral, pertumbuhan SBT kredit baru tertinggi terjadi pada sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan dengan SBT sebesar 75,1 persen.

menerima mahasiswa baru di universitas bangsa nusa bogor

Pada Q3 2022, penyaluran pinjaman baru diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan positif. Meski terbilang lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Prakiraan WNB untuk permintaan kredit baru pada triwulan III 2022 sebesar 95,7 persen. “Tujuan utama yang disurvei saat pemberian kredit baru pada triwulan III 2022 adalah kredit modal kerja, disusul kredit investasi dan kredit konsumsi,” kata Erwin, Selasa (19 Juli).

Standar penyaluran kredit pada kuartal III 2022 juga akan sedikit lebih ketat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh Lending Standard Index (ILS) yang positif sebesar 1,9 persen. Berbeda dengan -0,3 persen pada kuartal sebelumnya. Aspek kebijakan penyaluran pinjaman yang diharapkan lebih ketat antara lain limit pinjaman, jangka waktu pinjaman, spread kredit dan agunan.

Meski demikian, optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Tercermin dari Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Juni 2022 sebesar 128,2 masih berada pada level optimis (indeks > 100). Pada 128,9 terjadi penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, jumlahnya relatif stabil.

Kepercayaan konsumen yang solid didukung oleh penguatan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. Dari 141,5 di bulan Mei menjadi 141,8 di bulan Juni. Ekspektasi ini didorong oleh ekspektasi konsumen tentang pendapatan masa depan dan ketersediaan pekerjaan. “Meningkat 1,3 atau 1,1 poin menjadi 140,7 atau 143,2,” jelas Erwin.

Secara triwulanan, rata-rata IKK pada triwulan II 2022 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata IKK triwulan II 2022 tercatat 123,4. Angka tersebut naik dari 114,6 pada kuartal I 2022. Peningkatan tersebut didorong oleh optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Baik dari segi pendapatan, ketersediaan lapangan kerja maupun ketepatan waktu pembelian barang tahan lama.

Tingkat belanja publik masih solid di tengah meningkatnya inflasi dan kasus Covid-19. Tingkat vaksinasi yang tinggi, mobilitas yang lebih mudah, dan pengendalian pandemi yang relatif baik telah mendorong sektor pariwisata. Mandiri Institute menemukan bahwa tingkat belanja publik pada awal Juli 2022 adalah 130,2.

“Peningkatannya 30 persen lebih tinggi dari sebelum pandemi,” kata Ketua Mandiri Institute, Teguh Yudo Wicaksono, kemarin (18 Juli).

Saat ini tingkat mobilitas masyarakat khususnya kunjungan ke kawasan wisata terus meningkat. Khususnya di wilayah Bali dan Nusa Tenggara sejak kasus SARS-CoV-2 varian Omicron mereda. Hasil survei Mandiri Expenditure Index di Bali dan Nusa Tenggara mencapai 87,7. tertinggi selama pandemi.

Pemulihan sektor pariwisata secara bertahap juga tercermin dari peningkatan pengeluaran untuk mobilitas, hotel, restoran dan kafe (horeka) serta hiburan. Tingkat kunjungan yang lebih tinggi mendorong pengeluaran perjalanan, tiket pesawat, hotel dan restoran dibandingkan dengan daerah non-turis. Pengeluaran lain yang juga meningkat cukup tajam adalah pengeluaran gaya hidup. Seperti hiburan, fashion dan perhiasan.

Dibandingkan sebelum Ramadhan 2022, belanja hotel di kawasan pariwisata meningkat 34 persen. Lebih tinggi dari daerah lain yang naik 24 persen. Demikian pula, pengeluaran untuk restoran naik 25 persen, juga lebih cepat daripada di daerah non-turis, yang hanya tumbuh 19 persen.

Baca juga: Tidak Patuhi BPJS Ketenagakerjaan, 63 Unit Usaha Dipanggil Kejaksaan

Menurut Teguh, diperlukan upaya yang konsisten untuk memperkuat potensi sektor lain di kawasan utama pariwisata seiring momentum di sektor pariwisata yang mulai pulih. “Ke depan, penguatan potensi rumah tangga dan pelaku usaha di kawasan wisata utama, khususnya di segmen usaha mikro dan kecil, harus menjadi agenda penting bagi seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya. (jpg)

Penerbit: Yosep/Yuli-KKL

Source: www.radarbogor.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button