Teringat Gita Cinta waktu SMA. Tak lupa Eddy D. Iskandar Penulisnya
TEMPO.CO, jakarta – Eddy D. Iskandar, seorang novelis yang lahir pada tanggal 11 Mei 1951 di Bandung. Dia telah menghasilkan beberapa karya yang telah difilmkan, termasuk satu Gita Cinta oleh SMA yang sangat populer di akhir tahun 1970-an.
Novel beberapa kali Gita Cinta oleh SMA Hal ini tentu saja ditampilkan di layar lebar yang fenomenal dengan Galih dan Ratna diperankan oleh Rano Karno dan Yessy Gusman, namun tak lama lagi versi terbaru akan tayang pada 9 Februari 2023 yang diperankan oleh Yesaya Abraham dan Prilly Latuconsina.
Mengutip p2k.unkris.ac.id, Eddy mengembangkan minat menulisnya dari hobi membaca buku. Sejak kecil ia sudah terbiasa membaca buku-buku yang dipinjam dari perpustakaan umum, antara lain buku karya Pramoedya Ananta Toer, Toha Mohtar, dan Mochtar Lubis. Akhirnya Eddy memberanikan diri menjadi penulis, artikel pertamanya berjudul malam neraka pada tahun 1970. Sejak itu ia mulai rajin menulis berbagai artikel, esai dan puisi.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Akademi Industri Pariwisata Bandung (AKTRIPA), ia pindah ke Jakarta pada tahun 1975 untuk belajar film di Akademi Sinematografi Institut Pendidikan Kesenian Jakarta, sekarang bernama Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. Ia juga ingin menjadi sutradara, namun tidak mendapat kesempatan untuk mewujudkan keinginannya. Dia bahkan tumbuh menjadi penulis yang serba bisa.
Selain bertemu dengan seniman dari berbagai kalangan, ia juga sering menghadiri berbagai pertunjukan di Taman Ismail Marzuki. Eddy juga bergabung dengan kelompok jurnalis Zan Zapha yang beranggotakan penulis muda seperti El Manik dan Noorca M. Massardi. Dari sinilah tulisan-tulisannya akhirnya bisa disebarluaskan ke berbagai media cetak, terutama majalah-majalah populer. Tulisan-tulisannya telah diterima dengan baik oleh masyarakat luas, antara lain Gita Cinta oleh SMA, Puspa Indah Taman Hatidan Pria komersial.
Salah satu novel Eddy, Gita Cinta oleh SMA dibuat menjadi film dan sinetron 13 episode. pada tahun 2010, Gita Cinta oleh SMA diberi judul ulang sebagai drama musikal Gita Cinta Musikal. Konsekuensi Gita Cinta oleh SMAnamanya semakin dikenal sebagai penulis populer.
Namun, ketenarannya tidak memuaskannya. Ia merasakan kekosongan batin karena jauh dari budaya asli Jawa Barat. Selain itu, ia juga terpesona dengan seniman-seniman dari daerah lain yang mampu menciptakan karya berbeda berbasis kearifan lokal. Akhirnya rasa hampa itu terbayar ketika ia ditawari pekerjaan menjalankan mingguan Sunda Galura. Sekalipun Anda tertinggal jauh secara finansial dalam menulis novel, kepuasan batin sulit ditemukan, sehingga kesempatan ini harus digunakan dengan baik.
Namun, Eddy tidak hanya aktif di media Sunda, tapi juga aktif memproduksi kesenian Sunda dan mempromosikan seniman Sunda. Kemudian, pada tahun 1989, ia diminta untuk menulis skenario film mitos Sundane yang paling populer. Si Kabayan. Salah satu kunci sukses dalam membuat sekuel Kabayan adalah keberanian untuk mendobrak kemapanan dan membawa ide-ide segar ke dalam film. Kecintaannya pada film membuatnya dan produser Chand Parwez Servia mendirikan Forum Film Bandung, yang menjadi tuan rumah Festival Film Bandung (FFB) secara rutin sejak 1988. Seperti dikutip, dia kini telah diangkat menjadi Ketua Umum FFB p2k.stekom.ac.id.
Atas keterlibatannya yang luar biasa di dunia film, ia telah memenangkan beberapa penghargaan, termasuk nominasi untuk skenario komedi (ya Kabayan) di FSI 1997, Bandung City Deception Award 2010 bidang perfilman dari Kota Bandung dan Deception Art Award Jawa Barat (2010).
Penulis berada di balik kesuksesannya Gita Cinta oleh SMA didukung oleh istrinya Evi Kusmiati. Bersama istrinya, Eddy dikaruniai tiga putri yakni Dini Handayani, Novelia Gitanurani, Asri Kembang Kasih dan seorang putra Andre Anugerah.
RACHEL FARAHDIBA R
Baca Juga: Bersama Rano Karno, Galih Cucu Soekarno Bintangi Film Gita Cinta Sejak SMA
Ikuti berita terbaru Tempo di Google News, klik di sini.
Source: news.google.com
