Temui tokoh budaya di Desa Wisata Cinunuk - WisataHits
Jawa Barat

Temui tokoh budaya di Desa Wisata Cinunuk

RADAR BANDING.id – 17 siswa dari Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Padang, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua mempelajari ragam seni budaya Sunda di Desa Wisata Seni Budaya Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Seni budaya yang diperkenalkan kepada 17 mahasiswa tersebut merupakan seni budaya yang lahir di Desa Cinunuk dan saat ini masuk dalam program Tangga Budaya Desa Cinunuk.

Aipda Heri Maryadi, Binmas Desa Cinunuk selaku pendiri Tah Ieu Budaya dan tokoh pemuda kolaboratif Desa Cinunuk yang aktif mensosialisasikan tokoh-tokoh budaya, menjelaskan bahwa Tokoh Budaya Desa Cinunuk merupakan program untuk menyatukan berbagai seni budaya Sunda yang dibudayakan di Desa Cinunuk. telah muncul. Dibangun seperti tangga karena masing-masing seni budaya seperti Silat Buhun, Benjang Gulat, Reak dan Wayang Purwa lahir di tempat yang berbeda ketinggiannya meskipun masih dalam satu kampung.

“Desa Cinunuk ini banyak menghasilkan seni dan budaya yang berkembang. Tempatnya terpisah dan tempat pengembangan budaya tidak sama dengan contoh di RW 7 Kampung Cijambe, ada Silat Buhun, sedikit di atas (tempat) adalah Reak atau Dogdog, lagi sedikit di atas tempat lahirnya Benjang. masyarakat di Cibolerang ada lagi tempat dalang, Wayang Purwa,” ujarnya.

Selain seni budaya pada Tokoh Budaya Desa Cinunuk, Minggi (10/2/2022), 17 mahasiswa peserta program pertukaran pelajar mandiri Kemendikbud juga belajar tentang adat, tata cara dan budaya ngeuyeuk seureuh, yang penting dalam ritual pernikahan orang Sunda.

“Ngeuyeuk seureuh akan kami jelaskan, filosofinya apa, kenapa harus injak endog (menginjak telur) dan bambu dalam pernikahan Sunda, filosofinya akan dijelaskan nanti,” ujarnya.

Heri berharap hasil penelitian dan pembelajaran mahasiswa dapat memberikan dampak positif kedepannya untuk lebih meningkatkan seni budaya sunda yang lahir di Desa Cinunuk.

“Semoga seni dan budaya yang ada di desa Cinunuk ini bisa dipromosikan dan dipublikasikan oleh mahasiswa yang datang,” ujarnya.

Kepala Desa Cinunuk, Edi Juarsa, mengapresiasi kunjungan mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Mandiri sebagai wujud implementasi kebijakan Kampus Belajar Mandiri (MBKM).

“Sebagai kepala desa, saya sangat mendukung agar nama desa wisata Cinunuk ini bisa dinaikkan,” ujarnya.

Selain itu, tambah Edi, beberapa jenis seni dan budaya Sunda yang lahir di Desa Cinunuk belum banyak diketahui masyarakat. Ia berharap hasil dari Program Pertukaran Mahasiswa Mandiri ini dapat memberikan dampak positif, khususnya bagi pengembangan dan pelestarian seni budaya Sunda yang muncul di Desa Cinunuk.

“Selama Covid ini desa wisata busa ini tenggelam dan tersedot. Tidak hanya di masa pandemi Covid-19, dulu juga para pelaku seni budaya di Desa Cinunuk seperti ingin hidup dan tidak mati,” ujarnya.

Selain itu, ia berharap hasil kunjungan mahasiswa ini dapat menginspirasi pemerintah pusat untuk lebih memperhatikan Desa Wisata Cinunuk. Karena meski menyandang nama Desa Wisata Seni Budaya, Desa Cinunuk belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung para penggiat Seni Budaya.

“Omong-omong, ini masalah rumah tangga. Katanya dari APBD Kabupaten Bandung tapi sejauh ini belum terlihat. Untuk setiap kegiatan, kami hanya mengandalkan saran. Di atas segalanya, kita membutuhkan tempat seperti studio untuk pertunjukan. Mau dilihat bagaimana kalau kita tidak punya studio,” ujarnya.

Waishaguna atau lebih dikenal dengan Igun, pembimbing mahasiswa peserta Program Pertukaran Mahasiswa Mandiri menjelaskan, Desa Wisata Cinunuk dipilih karena memiliki akar seni dan budaya yang kuat.

“Suatu keistimewaan yang luar biasa, karena Cinunuk adalah pintu gerbang peradaban besar, Peradaban Ujungberung. Dari segi pemusatan budaya, Cinunuk memiliki nilai dan akar sejarah yang kuat serta prospek masa depan yang baik, sehingga sangat baik untuk dirangsang dan berkontribusi kepada mereka yang memiliki akar dan prospek masa depan yang baik, ujarnya.

Igun menambahkan, hasil dari kegiatan ini adalah mahasiswa dan masyarakat sekitar dapat berkontribusi dan menawarkan solusi agar seni budaya sunda yang lahir di desa Cinunuk dapat dikenal luas oleh masyarakat dan dilestarikan dengan baik.

“Ke depan mahasiswa bisa bekerja sama dengan pemuda dan masyarakat Cinunuk, jadi nanti ada tahapan, langkah awal penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat desa Cinunuk,” ujarnya.

(Sebelum)

Source: www.radarbandung.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button