Temui Sindrom Ripley, seseorang yang hidup dengan identitas orang lain - WisataHits
Jawa Timur

Temui Sindrom Ripley, seseorang yang hidup dengan identitas orang lain

WAKTU INDONESIA, MALANG – Sindrom Ripley, mungkin terdengar asing bagi Anda.

Sindrom Ripley adalah istilah dari dunia psikologi. Sindrom ini mengacu pada tanda dan gejala yang biasa ditemukan pada orang dengan kepribadian antisosial yang menderita gangguan identitas disosiatif atau kepribadian ganda.

Istilah Ripley Syndrome berasal dari tokoh utama dalam novel klasik tahun 1955 karya Patricia Higsmith berjudul The Talented Mr. Ripley.

Tom Ripley, tokoh utama dalam novel ini, adalah seorang pria yang mahir mencuri dari orang lain dan menyamar sebagai orang lain. Dalam novel tersebut, ia berambisi untuk hidup sebagai Dickie, seorang lelaki masyarakat kelas atas. Untuk mencapai ambisinya, dia mencoba untuk meniru segala sesuatu tentang Dickie sampai dia membunuh Dickie dan kemudian mencuri identitasnya dengan hidup sebagai Dickie. Dia juga sering mengulang kebohongan dan manipulatif.

Demikian pula, orang dengan sindrom Ripley umumnya hidup dalam kebohongan dan senang memanipulasi orang lain. Mereka juga tidak akan merasa bersalah atas kebohongan yang telah mereka lakukan.

Fitur Sindrom Ripley

Orang dengan sindrom ini biasanya memiliki kepribadian antisosial dengan beberapa ciri khusus, yaitu:

  • Penipuan dan kebohongan berulang kali
  • Jadilah manipulatif untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan
  • Melanggar aturan dan menindas orang lain
  • Untuk melakukan kejahatan
  • Cenderung impulsif
  • Bersikaplah sombong dan menganggap diri Anda lebih unggul dari orang lain
  • Kurang empati dan gagal menghargai orang lain
  • Memiliki hubungan yang buruk dengan orang lain bahkan cenderung menyakiti pasangan atau orang lain
  • Tidak bertanggung jawab, kasar, e.g. B. temperamental, mengancam, menghina, mengutuk

Penyebab Sindrom Ripley

Tidak banyak penelitian yang dilakukan pada sindrom Ripley saat ini. Tanda dan gejala yang menunjukkan adanya gangguan antisosial biasanya ditentukan oleh beberapa faktor dan kondisi, seperti:

  • Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan yang tinggi
  • Kurangnya kasih sayang dari orang tua
  • Riwayat keluarga dengan gangguan antisosial atau gangguan mental lainnya
  • Memiliki citra diri yang negatif
  • Trauma masa lalu, seperti kekerasan fisik atau mental dari orang tua atau lingkungan, pelecehan seksual, dan/atau bencana alam.

Selain itu, dengan berkembangnya media sosial, Ripley Syndrome juga semakin marak. Hingga akhirnya muncul istilah Cyber ​​Ripley Syndrome.

Pengaruh internet dan media sosial menjadi akar dari Cyber ​​Ripley Syndrome. Media sosial sering menjadi tempat untuk melarikan diri dari kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Kemudian orang mulai menciptakan tubuh ideal mereka di media sosial. Hingga kebohongan itu terulang lagi dan lagi.

Secara umum, penderita akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan saat berada di “dunia” mereka. Karena itu, mereka merasa sulit untuk merasa bersalah atas kebohongan mereka.

Dalam kasus yang cukup parah, orang dengan Sindrom Ripley mengalami kesulitan membedakan antara kenyataan dan kebohongan mereka, menyebabkan mereka kehilangan identitas dan kemudian terus hidup dengan kebohongan yang mereka buat sendiri.

Jika penyakit ini tidak segera diobati, penyakit ini akan berkembang dan menimbulkan berbagai penyakit jiwa lainnya seperti hilang ingatan akan masa lalu, delusi, gangguan kecemasan dan depresi.

Pasien sindrom Ripley dapat diobati dengan psikoterapi dan pemberian antipsikotik untuk meredakan gejala kecemasan, depresi, dan insomnia, jika diperlukan.

Selain itu, anggota keluarga dan orang yang dicintai perlu berkonsultasi dengan mereka yang terkena dampak untuk mengendalikan kondisi ini dan mendukung mereka dalam proses pemulihannya.

Sekadar informasi mengenai film Ripley Syndrome yang bisa kamu tonton: The Talented Mr. Ripley diadaptasi menjadi sebuah film yang rilis pada tahun 1999 dengan judul yang sama. Sebelumnya, pada tahun 1960, The Talented Mr. Ripley juga dibuat film berjudul Plein Soleil.

**) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di Berita Google

Klik tautan ini dan jangan lupa untuk mengikutinya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button