Teknologi 'Charging Spot' FT UM terintegrasi dengan sampah non-organik - WisataHits
Jawa Timur

Teknologi ‘Charging Spot’ FT UM terintegrasi dengan sampah non-organik

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR — Kota Blitar dikenal memiliki suhu udara yang cukup sejuk dengan suhu rata-rata 24 hingga 34 derajat Celcius. Oleh karena itu, sebagian besar kawasan tersebut dijadikan sebagai kawasan wisata dan ruang terbuka yang terbuka untuk umum.

Tempat yang sudah disediakan di Kota Blitar dan sering dikunjungi antara lain Aloon-Aloon Kota Blitar, Taman Pecut, dan Makam Bung Karno. Kemudian ada Istana Gebang, TMP, Taman Sentul, PIPP, Kebon Rojo, Gelanggang Olahraga dan Stadion Supriadi.

Profesor Purnomo, Guru Besar Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM), menjelaskan tempat-tempat tersebut memiliki daya tarik tersendiri. Misalnya Aloon-Aloon Kota Blitar yang memiliki lahan sangat luas, cocok untuk melakukan berbagai aktivitas. “Seperti olah raga, kumpul keluarga, gaming, belajar dan sebagainya, yang hampir pasti tidak terlepas dari pemakaian telepon pintar,” dia berkata.

Melihat berbagai aktivitas dan fasilitas yang ditawarkan, ternyata hal tersebut tidak berbanding lurus dengan rasa kepedulian dan kebersihan pengunjung terhadap lingkungan. Oleh karena itu, Tim Pengabdian Masyarakat UM yang terdiri dari Prof Purnomo, Tuwoso, Suharmanto dan Johan Wayan Dika berusaha untuk mengetahui kondisi sebenarnya di kawasan Aloon-Aloon Kota Blitar.

Dari hasil kunjungan terungkap bahwa kesadaran akan kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan belum benar-benar tumbuh secara optimal. Sebagian besar pengunjung mengatakan bahwa sudah ada petugas khusus yang akan membuang sampahnya setelah kegiatan berakhir.

Berdasarkan hasil kunjungan disertai tanggapan dari pengunjung Aloon-Aloon di Kota Blitar, Purnomo dan tim berinisiatif mengembangkan teknologi tepat guna menggunakan sumber energi terbarukan. Hal ini didasarkan pada luasnya wilayah Aloon Aloon yang terpapar panas matahari secara penuh.

Kehadiran teknologi tepat guna digunakan untuk mengatasi permasalahan utama yaitu kesadaran akan kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan. Di sisi lain, Purnomo juga memiliki daya tarik tersendiri, sehingga pengunjung tertarik dan ingin membuang sampah pada tempatnya.

Salah satunya adalah pemanfaatan energi terbarukan berupa panas matahari. “Adalah titik pengisian terintegrasi dengan tempat sampah non-organik,” kata Purnomo.

Teknologi yang sesuai umumnya memiliki tiga fungsi utama. Ketiga fungsi tersebut antara lain fungsi sebagai tempat sampah berbahaya di bagian belakang, tempat duduk di kanan dan kiri serta di kanan dan kiri meja, solar panel dilengkapi dengan empat port USB.

Ini dapat digunakan untuk mengisi daya ponsel cerdas. Dibandingkan dengan Bank Daya, maka kapasitas yang dihasilkan oleh teknologi ini lebih besar. Di bawah sinar matahari penuh, sekitar delapan jam titik pengisian yang dapatmemuat dari 0 persen hingga 100 persen hingga 16 ponsel.

Di samping itu, port USB ini juga dilengkapi dengan indikator tegangan yang berkisar antara 9,6 volt hingga 11,8 volt. Ini berarti dapat digunakan untuk memuat.

“Kami menyediakan sampah non-organik di sini untuk memadukan penerapan green technology dan mengedukasi pengunjung untuk menjaga kebersihan,” imbuhnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button