Yogyakarta

Tari Mahasyahdu Titi ditampilkan di Situs Sejarah Warungboto di Yogyakarta

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Tarian kontemporer bertajuk “Mahasyahdu Titi Laku” dibawakan oleh delapan penari pria dan delapan pria dari ISI Yogyakarta di lokasi Warungboto Yogyakarta pada Senin sore (5/12/2022).

Pertunjukan tari yang juga melibatkan sejumlah kolaborator antara lain Uti Setyastuti (koreografer), Memet Chairul Slamet (komposer), Koes Yuliadi (dramaturg), Erlina Pantja Sulistyaningtas (fashion stylist) dan Dindin Heryadi (moderator) ini merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan Dinas Kebudayaan Kundha Kabudhayan DIY.

Koreografer Uti Setyastuti mengatakan, lokasi Warungboto dipilih sebagai lokasi pertunjukan karena memiliki sejarah penting dan pantas untuk diangkat.

Baca Juga: Ada 110.000 Pendaftar MyPertamina Precise Subsidi DI Yogyakarta

Situs Warungboto/Umbul Warungboto/Guesthouse Warungboto/Rejowinangun Pesanggrahan merupakan tempat peristirahatan dan pemandian yang dibangun oleh Gusti Raden Mas Sundara (HB II) saat masih menjadi Putra Mahkota.

Beberapa sumber seperti Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (JF Walrofen van Nes, 1884), Serat Rerenggan dan Babad Momana menyebutkan bahwa wisma ini dibangun pada tahun 1711 Jawa atau tahun 1785 Masehi.

“Selain nilai sejarahnya yang penting bagi Jogja, situs Warungboto juga berpotensi sebagai objek wisata dan ruang seni. Tempat ini banyak dikunjungi wisatawan, baik dari Jogja maupun dari luar kota. Padahal, sudah banyak event seni yang digelar di sini,” kata Uti.

Ditambahkannya, biasanya acara kesenian di lokasi Warungboto mengedepankan kekayaan khazanah kesenian tradisional seperti tari klasik.

Kali ini para staf mencoba menawarkan sesuatu yang baru dengan menghadirkan eksperimen tari di website Warungboto.

“Tujuannya untuk membuka kemungkinan interpretasi yang cair terhadap suatu tempat bersejarah yang sesuai dengan kondisi zaman dan sekaligus bereaksi terhadap warisan budaya yang berwujud dengan tarian sebagai warisan budaya yang tidak berwujud,” lanjutnya.

Melalui pertunjukan tari ini, para karyawan karya ingin menunjukkan kekuatan perempuan dan ketangguhan mereka dalam mengatasi masalah.

Situs Warungboto yang telah berdiri sejak ratusan tahun ini dianggap sebagai gambaran.

Selain itu, tim peneliti Pusat Kajian Budaya UGM (Kabupaten Toponimi Kotagede: Sejarah dan Asal Usul Nama Desa, 2020) menduga wisma Rejowinangun juga pernah digunakan untuk latihan perang Langenkusumo (prajurit keraton) pada masa pemerintahan HB II. .

“Sebuah ruangan memiliki banyak jenis acara. Begitu juga wanita yang memiliki berbagai jenis peristiwa dalam hidupnya. Tautan silang antara peristiwa-peristiwa ini memperkaya perspektif perempuan. Diri perempuan juga menjadi ruang bebas yang terbuka untuk interpretasi di setiap era,” jelasnya.

“Namun demikian, perempuan seringkali hanya dimaknai dari satu dimensi, tidak pernah sepenuhnya. Banyak yang diabaikan, tidak diperhatikan. Padahal setiap wanita memiliki keinginan, gambaran dan pandangan yang berbeda. Jadi sudah waktunya bagi perempuan untuk mengambil ruang mereka dan menceritakan kisah mereka sendiri secara keseluruhan, secara keseluruhan,” tambahnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button