Tanjung Adikarto Menjadi Tempat Memancing • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Tanjung Adikarto Menjadi Tempat Memancing • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Pelabuhan Tanjung Adikarto di Desa Karangwuni, Kapanewon Wates, Kulonprogo tidak berfungsi. Karena tidak ada aktivitas, pelabuhan ini hanya digunakan warga sebagai tempat memancing. Sementara itu, transformasi pelabuhan untuk melanjutkan pembangunan masih sebatas wacana dan belum ada tindak lanjut hingga saat ini.

“Pelabuhan ini fokus untuk pendaratan ikan, saya tidak tahu ada kesalahan teknis atau apa, tapi yang nyata kondisi alamnya tidak bersahabat. Tadinya ada rencana redesign, tapi itu kewenangan DIJ, bukan Kulonprogo,” kata Pj Bupati Kulonprogo Tri Saktiyana kemarin (29/8).

Menurut dia, dilihat dari rencana semula, pelabuhan ini sebenarnya sangat penting bagi Kulonprogo, khususnya bagi DIJ. Semangat pengembangan pelabuhan yang terletak tepat di sisi timur Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) itu, sebenarnya sejalan dengan semangat Gubernur DIJ Hamengku Buwono X dengan konsep Among Tani Dagang Layar. Prinsipnya mengoptimalkan potensi bahari di laut selatan DIJ, khususnya di Kulonprogo.

Pemerintah juga tidak main-main dengan pembangunan pelabuhan ini. Dana yang dikucurkan bahkan mencapai Rp540,22 crore dari alokasi DIJ APBD dan APBN. Sementara kondisi saat ini tersendat dan beberapa bangunan mengalami kerusakan parah.

Sebagian kerusakan terjadi di jalan pelabuhan, jalan lingkar, bengkel dan dermaga pelabuhan yang dipenuhi sedimen. Termasuk pos penjaga gawang. “Kalau basisnya sebenarnya luar biasa, bukan hanya untuk ekonomi tapi juga untuk budayanya,” ujarnya.

Berdasarkan penelitian Radar Jogja, proses normalisasi Kanal Sungai Serang dilakukan pada pertengahan tahun 2015, yang menentukan pelabuhan tersebut dapat digunakan sebagai tempat berlabuh kapal-kapal nelayan. Namun, upaya normalisasi tidak ada lagi. Selain biayanya yang mahal, salah satu penyebab yang bisa dilihat secara kasat mata adalah deposit terus terjadi. Pasir terus menutupi Alur Sungai Serang meski sudah dikeruk.

Ketidakjelasan operasional pelabuhan membuat warga Karangwuni merintis wisata alternatif, membangun lahan parkir dan menanam kepiting pinus secara mandiri di sisi selatan pelabuhan. Pada 2016, warga yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Manunggal Adikarta bahkan menyewakan perahu di sekitar dermaga hingga muara Sungai Serang.

Tapi sekarang, dengan semua aktivitas itu hilang, pelabuhan lebih akrab bagi para pemancing dan nelayan yang mencoba mencari peruntungan dengan menebar jala di tepi pelabuhan yang sudah ketinggalan zaman. Mereka tidak berani mendekati bangunan atau berlindung di bawahnya karena hampir semua bangunan runtuh, bahkan tulisan “Waspada Air Terjun Genting” tertulis di dinding bangunan.

Pemerintah pusat bahkan memeriksa langsung pelabuhan ini melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Amati masalah apa yang dimiliki port sehingga tidak dapat berfungsi. Sejumlah pejabat pusat tidak setuju ketika pelabuhan perikanan Tanjung Adikarto digambarkan macet. Mereka masih mencari solusi agar pelabuhan bisa segera bekerja. Salah satunya memasang pemecah gelombang. Namun, implementasinya juga perlu dikoordinasikan antar instansi pemerintah dan kabarnya diperkirakan tidak akan selesai hingga 2024. (Tom/Bah)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button