Tanaman Cabai rawit di Kulon Progo Terinfeksi Hama Patek, Petani: Tidak Sebanding dengan Harga Beli Bibit - WisataHits
Yogyakarta

Tanaman Cabai rawit di Kulon Progo Terinfeksi Hama Patek, Petani: Tidak Sebanding dengan Harga Beli Bibit

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO – Tanaman cabai rawit merah di lahan persawahan di Kabupaten Kulon Progo terserang hama patek di tengah harga cabai yang tinggi.

Kondisi ini menyebabkan peradangan di kalangan petani cabai di kawasan Periwatu Kulon, Desa Srikayangan, Kapanewon Sentolo.

Pemilik Chililand, Sukarmi, mengakui cabai yang ditanamnya terserang jamur patek selama dua bulan.

Baca Juga: DPKH Gunungkidul Bagikan 500 Dosis Vaksin PMK 6 di Kapanewon

Bahkan, ia mengatasinya dengan menyemprotkan pestisida.

“Jadi saya petik cabai rawit merah putih, meski kurang memuaskan. Karena begitu terkena jamur, mengering bahkan membusuk,” katanya dalam rapat, Minggu (3/7/2022).

Diakuinya, lahan untuk menanam cabai merah luasnya 1.000 meter.

Namun karena terserang hama penyakit, ia hanya bisa memanen sekitar 10 kilogram saja.

Setiap gramnya hanya dihargai Rp 20.000. Artinya, ia hanya mendapat penghasilan dari jual beli cabai dari pengepul senilai Rp 200.000.

“Tidak sebanding dengan harga beli benih cabai yang berkisar Rp 360.000 per 5 mangkok,” ujarnya.

Alhasil, sebagian lahan ditanami kacang tanah untuk pakan ternak.

Sementara itu, Sub Koordinator Bidang Produksi Hortikultura, Pertanian, dan Pelayanan Pangan (DPP) Kabupaten Kulon Progo Agus Purwoko memaparkan total luas cabai yang terkena hama dan penyakit di Sentolo seluas 2,95 hektare.

Baca Juga: Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Desa Wisata Widosari Kulon Progo dan Promosikan Pengembangannya

DPP Kulon Progo menekan penyebaran hama tanaman dengan mengendalikan organisme pengganggu tanaman seminggu sekali.

Agus mengatakan, perbedaan merawat cabai yang ditanam di lahan pasir dan sawah adalah pengairan.

“Untuk perlakuan cabai di lahan pesisir dan sawah sebenarnya sama saja. Bedanya, sawah tidak diairi setiap hari,” katanya. (scp)

Source: jogja.tribunnews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button