Tak tanggung-tanggung, 70 gereja di Boyolali menggelar perayaan Natal - WisataHits
Jawa Tengah

Tak tanggung-tanggung, 70 gereja di Boyolali menggelar perayaan Natal

RADARSOLO.ID – Kebaktian Natal tahun ini lebih ringan. Sebanyak 70 gereja Kristen dan Katolik akan merayakan rangkaian kebaktian Natal dari tanggal 24 hingga 25 Desember. Puncaknya, sehari kemudian (26/12) akan digelar hajatan bersama di gedung Cendana, Pulisen Boyolali Kota, yang dihadiri dua ribu jemaah.

Perayaan Natal tahun ini lebih santai karena pembatasan usia masyarakat tahun lalu dan pengamanan yang lebih ketat. Artinya, hanya 63 gereja yang diperbolehkan menyelenggarakan kebaktian Natal. Sekarang ada 70 gereja yang mengadakan kebaktian Natal tahun ini.

“Tahun lalu ada edaran pembatasan orang, tahun ini tidak ada. Meski masing-masing gereja memberlakukan pembatasan jumlah dengan membagi waktu pelayanan menjadi dua atau lebih waktu pelayanan. Jelang Natal ini, koordinasi untuk keselamatan akan terus dilakukan. Karena ada sekitar 16.041 Umat ​​Kristiani dan 8.651 umat Katolik,” kata Kantor Katolik Kementerian Agama (Kemenag) kepada Boyolali Widihantara Radar Jawa Pos SoloRabu (12/14).

Menurut Kementerian Agama, terdapat 181 gereja Kristen dan 18 gereja Katolik yang tersebar di Kota Susu. Namun, tidak semua gereja mengadakan kebaktian Natal, hanya ada 70 gereja. Secara khusus, 67 gereja Kristen dan tiga gereja Katolik. Gereja-gereja ini memiliki jumlah jemaat yang banyak.

Seperti di Kabupaten Boyolali, hanya ada delapan gereja Kristen yang mengadakan kebaktian. Yaitu Gereja Bethany Indonesia, Pulisen dengan 150 Jemaat; Gereja Pantekosta, Kebonbimo, dihadiri 200 Jemaat; Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), Gatak, dengan 150 gereja; GPI Efata di Winong, dihadiri 250 komunitas. Gereja Baptis Indonesia dihadiri oleh 75 Jemaat.

Kemudian GPdI Getsemani, Duren, yang akan berlangsung di rumah Marhaen, akan dihadiri oleh 350 jemaah; Gereja Baptis Tritunggal, Siwodipuran, dihadiri 300 jemaat dan Gereja Baptis Indonesia Solafide, Siwodipuran, dihadiri 400 jemaat. Sedangkan Gereja Katolik hanya satu. Yakni Gereja Hati Tak Bernoda dan Perawan Maria (HTB SPM) di Jalan Merbabu yang akan dihadiri 1.200 jemaah.

“Untuk Gereja Katolik hanya ada tiga di Boyolali, Ampel dan Simo. Kemudian perayaan Natal bersama tingkat kabupaten akan dilaksanakan pada tanggal 26 Desember di Gedung Cendana, Pulisen, Kota Boyolali. Nantinya akan diikuti sekitar dua ribu jemaah dan akan ada penampilan kelompok Kasida untuk toleransi,” imbuhnya.

Saat ditanya soal keamanan, Widi menambahkan, setiap pengurus gereja selalu berhubungan dengan aparat keamanan setempat. Termasuk organisasi lintas agama.

Sebelumnya, Kapolres Boyolali AKBP Asep Mauludin mengatakan sedang mempersiapkan pengamanan menjelang Natal dan Tahun Baru. Pihaknya mengerahkan 315 personel yang bertugas mengamankan Nataru. Mereka digunakan di beberapa tempat. Selain itu, polisi akan mendirikan posko keamanan (ponpam), posyandu, dan posyandu.

“Kami akan menyiapkan empat Postpam. Itu di Traffic Light Market, lalu Bangak Crossing Pospam, Banyudono; lalu dua lainnya di pintu tol Boyolali, keluar Pospam (Mojosongo, catatan redaksi) dan Ponpam pintu keluar tol Bandara (Ngemplak, red). Kemudian kami memiliki dua posyan, di zona tenang 487 A dan 487 B, di jalan tol (Solo-Semarang, Red). Kemudian posko terpadu berdiri di perempatan susu yang tumpah,” jelasnya.

Pengamanan dilakukan di tempat ibadah, pariwisata termasuk kegiatan masyarakat. Seperti melakukan kebaktian dan kegiatan Natal untuk menyambut tahun baru. Dalam kebaktian Natal, konsep keselamatan bukan hanya tentang orang, tempat, benda, dan aktivitas. Itu mengamankan seluruh situs gereja. Apakah digunakan untuk Misa Natal atau tidak.

“Tentu kami akan mengamankan semua lokasi gereja. Terutama yang digunakan untuk kebaktian Natal. Sementara itu, kami mengamankan gereja lain yang tidak digunakan. Mungkin polanya dengan patroli,” imbuhnya.

Asep menuntut agar pimpinan gereja mempraktekkan proteksi diri atau mandiri. Untuk menjaga gereja masing-masing. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kerentanan yang ada. “Jangan sampai menurunkan kewaspadaan kita dan menjadi celah bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, semakin banyak yang mengambil alih pengawasan, semakin baik,” jelasnya. (rgl/nik/dam)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button