Tahukah Anda bahwa Purworejo dijuluki Kota Pejuang? - WisataHits
Jawa Tengah

Tahukah Anda bahwa Purworejo dijuluki Kota Pejuang?

PURWOREJO, KOMPAS.com – Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah tidak hanya dikenal karena letaknya yang strategis antara Bandara Internasional YIA di Kulon Progo, Kawasan Administratif Otoritas Borobudur dan Bendungan Bener.

Selain itu, kota yang terkenal dengan nama kulinernya yang khas Jembut Kepul ini juga memiliki sejarah yang tak kalah penting bagi Indonesia.

Purworejo dikenal sebagai kota pejuang karena sejumlah tokoh aktif perjuangan Indonesia lahir di tempat ini.

Baca juga: Belarusia Disebut Kuburan Pejuang Polandia yang Dihancurkan yang Jatuh Kebobolan Soviet

Yang paling kentara pasti kalian kenal Wage Rudolf Soepratman atau lebih dikenal dengan WR Soepratman, pencipta lagu yang menginspirasi lagu kebangsaan Indonesia Raya.

WR Soepratman lahir di Purworejo, lebih tepatnya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing.

Soekoso DM (74), salah seorang ahli sejarah terkemuka, mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya pertama kali dinyanyikan oleh WR Soepratman dengan nada instrumental dengan biola pada saat Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 di Jakarta.

“Yang belum banyak diketahui WR Soepratman adalah salah satu dari 7 bersaudara,” ujarnya saat ditemui di rumahnya di Desa Pangenrejo, Selasa (6/9/2022).

Ketika berusia 7 tahun, WR Soepratman telah meninggal karena ibunya, sehingga saat kecil WR terpaksa menemani kakaknya Rukiyem Supratiyah. Rukiyem sendiri diketahui memiliki suami yang berkewarganegaraan Belanda, yaitu Willem Mauritius van Eldik.

Van Eldik adalah seorang guru musik sekaligus guru Wage Rudolf Soepratman dalam bidang musik.

Baca juga: Biografi KH Bisri Syansuri, Pimpinan NU dan Juru Kampanye Hukum Perkawinan

“Tahun 1926, Kongres Pemuda I sudah mendengar kegiatan itu dari WR Soepratman, maka dari situ dia menyiapkan lagunya untuk dibawakan pada Kongres Pemuda II berikutnya,” ujarnya.

Hingga saat ini, tempat kelahiran WR Soepratman ini dijaga dan dilestarikan oleh desa setempat sebagai tempat wisata sejarah.

Mengenai militer, Kabupaten Purworejo juga melahirkan seorang tokoh yang menjadi Kepala Staf TNI pertama pada masa Revolusi Nasional Indonesia, yaitu Raden Oerip Soemohardjo.

Menurut Soekoso DM, Oerip Soemohardjo adalah seorang jenderal yang lahir di Purworejo, Hindia Belanda, Oerip kecil adalah seorang anak nakal yang telah menunjukkan sifat kepemimpinan sejak usia dini.

Pada masa pendudukan Belanda, Oerip direkrut oleh Belanda untuk bergabung dengan tentara dan mengikuti pelatihan militer di Meester Cornelis, Batavia (sekarang Jatinegara, Jakarta).

Baca juga: Serahkan Penghargaan kepada Tokoh Berprestasi di Masa Pandemi Covid-19, Anies: Bukti Kita Tak Pernah Kehabisan Stok Prajurit

Soekoso DM sejarawan Purworejo KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO Soekoso DM sejarawan Purworejo

Setelah lulus pada tahun 1914, ia menjadi letnan di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), tentara pemerintah kolonial Belanda, dan mengabdi selama hampir 25 tahun.

Ketegasannya dalam memimpin Oerip Soemohardjo terlihat pada hari jadi Ratu Belanda, Ratu Wilhelmina, pada tahun 1938. Ia menjadi perwira pada upacara du Alun-alun Kota Purworejo.

Sebagai pemimpin upacara, bahkan Oerip sempat menolak kehadiran Bupati Purworejo saat upacara berlangsung karena Bupati terlambat menghadiri upacara.

“Ketika dia (Oerip) menjadi petugas upacara, bupati kebetulan adalah Bupati Hasan Danuningrat, yang bukan keturunan Cokronenegoro dan diangkat oleh Belanda, dia menolak bupati untuk masuk ke lapangan upacara,” kata mantan ketua Oerip itu. KNPI Purworejo.

Akibat kejadian ini, ia mendapat sanksi dari pemerintah dan dipindahkan ke berbagai lokasi hingga akhirnya mengundurkan diri dari KNIL.

Akhirnya, setelah kemerdekaan, Oerip Soemohardjo dicari oleh pemerintah Indonesia untuk mendirikan organisasi Badan Keamanan Rakyat (22 Agustus 1945).

Baca Juga: Kisah Pejuang Kemerdekaan Garis Belakang yang Dipaksa Mencuri Buah untuk Perbekalan Angkatan Darat untuk Tukar Beras untuk Senjata Jepang

“Itu (BKR) Pak Oerip Soemohardjo yang mengurus administrasi, kemudian dalam pemilihan Panglima Angkatan Darat, sekarang telah dipilih dua orang sebagai calon Panglima, dia dan Jenderal Soedirman. dulu KNIL, akhirnya Pak Sudirman yang terpilih,” ujarnya.

Soekoso menambahkan, tokoh pejuang lainnya yang juga lahir di Kabupaten Purworejo adalah Jenderal (anumerta) Ahmad Yani dan Sarwo Edhie Wibowo.

Jenderal (anumerta) Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 dari pasangan Sarjo bin Suharyo dan Murtini. Jenderal Ahmad Yani memainkan peran penting dalam perjuangan integrasi selama revolusi kemerdekaan.

Ahmad Yani aktif memimpin operasi penumpasan gerakan separatis, termasuk pemberontakan Di/TII di Jawa Tengah dan pemberontakan PRRI di Sumatera Barat. Jenderal ini gugur sebagai pahlawan revolusi bersama dengan jenderal-jenderal lain yang dibunuh oleh PKI.

“Pak Yani meninggal saat pemberontakan G30-S-PKI,” kata Soekoso, yang istrinya adalah seorang guru di sekolah yang didirikan Jenderal Ahmad Yani di Desa Rendeng, RT 01/RW 02, Kecamatan Gebang, Purworejo.

Sedangkan Sarwo Edhie Wibowo lahir pada tanggal 25 Juli 1925 di Pangenjurutengah, Kabupaten Purworejo.

Baca Juga: Temui Engkong Usman, Pejuang Kemerdekaan asal Bekasi yang kini berusia lebih dari satu abad

Sarwo Edhie Wibowo, seorang pemimpin militer Indonesia. Ia adalah ayah dari Kristen Herawati atau lebih dikenal dengan Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Sarwo sebagai Panglima RPAKD berperan sangat besar dalam menumpas pemberontakan 30 September.

“Pada zamannya, Pak Edie terakhir menjabat sebagai duta besar untuk Korea,” katanya.

Nama lain yang mengaitkan Purworejo dengan julukan Kota Pejuang adalah Pak Kasman Singodimedjo, pahlawan dari Desa Clapar, Kecamatan Bagelen.

Baca juga: Simak Kisah Mbah Samian Pejuang Kemerdekaan dari Blora

Kasman menjabat sebagai Jaksa Agung Indonesia dari tahun 1945 hingga 1946. Perannya dalam mewarnai kemerdekaan juga terlihat saat menjadi Wakil Menteri Kehakiman di kabinet Amir Syariffudin II.

“Dia nasionalis, sebelum kemerdekaan dia ditempatkan sebagai petugas keamanan untuk Jakarta, sekarang Pangdam, selama proklamasi dia juga melindungi Jakarta, salah satu tugas terpenting yang diberikan kepadanya sebagai ketua KNIP (Komite Nasional Pusat Indonesia) yang cikal bakal DPR,” katanya

Soekoso mengatakan, selain banyak tokoh nasional yang lahir di Kabupaten Purworejo, tempat-tempat bersejarah yang menjadi saksi perjuangan rakyat masih terlihat hingga saat ini.

“Ya, tidak heran Purworejo disebut sebagai kota pejuang, mengingat sejarahnya banyak berjasa bagi perjuangan bangsa Indonesia,” ujarnya.

dapatkan pembaruan pesan yang dipilih dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update” caranya klik link lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: regional.kompas.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button