Setelah dijamu, warga kini menjadi relawan | Berita Malang hari ini | Malang Posco Media - WisataHits
Jawa Timur

Setelah dijamu, warga kini menjadi relawan | Berita Malang hari ini | Malang Posco Media

Bekerja sebagai nelayan tetapi memiliki idealisme. Itu telah membuktikan dirinya dalam tindakan nyata. Ini adalah Sutari, seorang nelayan yang juga dikenal sebagai Pelindung Penyu.

Jari-jari Sutari dengan lembut menyentuh telur penyu. Perawatan dan pelepasan bayi amfibi ke laut lepas di Pantai Bajulmati Gedangan Kabupaten Malang. Kegiatan konservasi penyu yang sudah digagasnya sejak lama baru saja dilonggarkan seiring berakhirnya musim bertelur penyu. Belum lama ini, pada Agustus lalu, Sutari dan timnya melepasliarkan ratusan penyu kembali ke alam liar.

Bulan-bulan lainnya penyu bertelur di pantai ini, yakni April dan Juli lalu. Dan Desember mendatang. Beginilah pria paruh baya di Desa Gajahrejo Kecamatan Gedangan ini sangat memahami teman-teman kecilnya di pantai.

Sutari adalah salah satu orang yang mengambil langkah dalam memerangi perusakan ekosistem. Dia mengambil tindakan untuk menyelamatkan penyu dan melawan kebiasaan buruk yang dapat merusak alam.

Pria ramah itu masih bisa mengingat apa yang tidak langsung dia terima. Seseorang menentang Sutari. Hal ini dikarenakan belum adanya kesadaran akan konservasi penyu di masyarakat setempat. Saat itu, orang masih makan dan menjual daging dan telur penyu. Sedangkan penyu berperan penting dalam menjaga terumbu karang. Saat itu, tidak banyak orang yang mengerti atau ingin peduli.

Pelayanannya ke Bumi dimulai belasan tahun yang lalu. Kerentanan kehidupan penyu terhadap kerusakan alam telah menyita hati Sutari untuk melindungi hewan yang bernama latin Chelonioidea tersebut.

Sejak 2009, upaya pelestarian penyu dilakukan dengan berpindah-pindah titik. Berjalan-jalan di sepanjang pantai mencoba memahami habitat penyu dan membantu mereka yang dalam bahaya.

“Saat itu kami masih melakukan relokasi. Kami bingung juga, ada yang bermusuhan. Jadi orang yang tadinya berteman menjadi musuh,” kata Sutari, yang berprofesi sebagai nelayan dan memiliki warung kecil.

Mungkin bukan Sutari jika dia tidak mau berjuang untuk memastikan tukik (bayi penyu) bisa menetas dan lari ke laut sampai siap memusuhi orang lain. Ia akhirnya mendirikan Konservasi Penyu Bajulmati (BSTC). Tempat itu disebut Ibukota Penyu.

Butuh waktu sekitar sembilan tahun agar gerakan Sutari diakui oleh warga sekitar. Semua kerja kerasnya mulai membuahkan hasil di tahun 2018.

“Baru pada 2018 kami mulai memiliki 12 anggota dari komunitas. Dan tahun ini juga dimulai perencanaan rencana patroli,” kata pria 48 tahun itu.

BSTC mengamati ribuan telur penyu sebelum menetas menjadi tukik. Kemudian dilepas di salah satu pantai Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Laut Selatan.

Saat musim bertelur penyu, yaitu pada kisaran bulan Maret hingga Agustus, sudah disiapkan di tempat yang biasa digunakan sebagai sarang penyu untuk bertelur. Melakukan patroli dan menyisir habitat penyu untuk memastikan penyu bertelur dengan aman.

Dia tidak bisa mendapatkan keuntungan sepeser pun dari konservasi yang dia rintis. Dia memiliki kesempatan untuk mencari nafkah sebagai nelayan dan memulai bisnis. “Saya sangat menyukai penyu. Cinta itulah yang memotivasi saya untuk melindungi penyu,” kata Sutari. “Kita mengabdi pada alam untuk menjaganya, dan alam sudah cukup bagi kita,” tambahnya.

Saat penyu bertelur, ia melapor ke beberapa pihak. Termasuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Telur-telur tersebut kemudian diinkubasi di BSTC. Ada beberapa bak beton yang sudah disiapkan sebagai tempat penetasan telur penyu. Kondisi tempat perkembangbiakan sedekat mungkin dengan habitat aslinya saat menetas.

Terkubur di tumpukan pasir pantai. Selain itu, usahakan agar suhu tetap stabil selama proses inkubasi hingga telur menetas. Tidak berhenti sampai di situ, tugas terus berlanjut untuk mengembalikan tukik yang baru menetas ke habitat aslinya.

Dalam satu kali bertelur biasanya ada hingga 145 butir telur penyu yang ia simpan. Setelah menetas, anakan dikumpulkan sebelum dilepaskan ke alam liar. Salah satu upaya penyadaran di masyarakat sekitar adalah dengan mengajak berbagai pihak dan komunitas untuk melaksanakan pelepasan secara bersama-sama. Belajar dan saling mendidik.

“Alamnya juga lestari, terumbu karangnya terjaga dan ikannya berlimpah. Ini adalah simbiosis pelestarian. Jangan terpaku pada materi saja,” ujarnya.

Aktivitasnya sebagai seorang konservasionis, khususnya penyelamatan satwa yang dilindungi, juga tidak mudah. Karena ia berhadapan dengan beberapa pihak yang dianggap kurang bertanggung jawab atas perbuatannya terhadap lingkungan.

Tak jarang ada segelintir oknum tak bertanggung jawab yang masih menyalahgunakan penyu untuk kepentingan pribadi. Jadi tidak jarang dia berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Sutari dan rekan-rekannya mencoba mencerahkan masyarakat pesisir. Terutama anak-anak sebagai generasi penerus. Dari sana lahir apa yang mereka sebut sekolah alam. Tempat yang mudah untuk belajar tentang konservasi dan pengetahuan penyu.

“Mungkin akan mentah ketika kita membesarkan orang dewasa. Makanya kami juga mendirikan sekolah alam ini untuk anak-anak pesisir, agar mereka nantinya tahu apa yang dibawa oleh pelestarian alam,” ujarnya.

Jangan memikirkan materi lagi, karena baginya tidak ada hasil dari upaya pelestariannya. Namun, ia berprinsip setidaknya bisa berkontribusi pada alam demi menjaga keberlangsungan habitat dan ekosistem di dalamnya.

Menurut pemahamannya, ada enam spesies penyu yang ditemukan di Indonesia. Empat di antaranya ditemukan di pesisir Malang Selatan dan juga ditetaskan di BSTC. Keempat jenis penyu tersebut adalah penyu hijau, penyu belimbing, penyu sisik, penyu abu-abu atau penyu laut.

“Tapi penyu belimbing sendiri jarang terjadi. Karena sifatnya yang agak pemalu. Jadi carilah tempat (bertelur) yang benar-benar aman,” jelasnya.

Itu adalah tantangan baginya. Apalagi dalam situasi saat ini. Salah satunya adalah pengembangan wisata berbasis alam. Termasuk kawasan wisata pantai.

Kondisi ini juga berdampak pada semakin menipisnya vegetasi di sekitar pantai. Menurut pengamatannya, sekitar 70 persen dari seluruh area vegetasi di pantai rusak. Pengaruhnya bisa karena iklim atau cuaca, kata Sutari, tapi bisa juga karena kurangnya edukasi untuk melestarikan pariwisata.

Namun, dia mengaku tidak masalah dengan masuknya banyak wisatawan di tengah pengembangan wisata berbasis alam. Bahkan, ia berharap suatu saat, dengan adanya kegiatan konservasi penyu, BSTC dapat membantu mendukung pengembangan wisata ini. Misalnya sebagai sarana edukasi di satu tempat bagi yang ingin melihat bagaimana penyu bertelur, tentunya dengan kondisi yang berbeda.

Untuk itu, banyak langkah yang harus dilakukan. Salah satunya adalah terbentuknya zona inti dan zona penyangga. Tujuannya untuk menonjolkan kawasan yang merupakan cagar alam dan kawasan yang sedang dikembangkan sebagai kawasan wisata. Namun jangan lupakan misi utamanya, saat ini pun masih ada sekitar 435 butir telur penyu yang sedang dalam proses penetasan.

Meskipun dia tidak melarang siapa pun yang ingin memasuki ibukota penyu, mereka harus duduk terlebih dahulu untuk mendapatkan pendidikan. Karena takut ada yang memanjat pagar dan ternyata banyak telur penyu, atau ada tukik, tapi bingung dengan penyu atau labi-labi.

Perjuangan belum berakhir, tantangan bagi aktivis seperti dia datang. Penyelamatan dan klarifikasi saja tidak cukup, belum lagi masalah hukum. Pria kelahiran 1974 itu kini tengah berupaya melegalkan lahan yang dijadikannya sebagai tempat konservasi. Untuk itu, ia juga menghadirkan jajaran vertikal penguasa di wilayahnya dalam beberapa kegiatan. Seperti BKSDA dan Perhutani. Sutari mengatakan BSTC Malang juga merawat mangrove seperti pembibitan Pandan Laut, yang sering ditebang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Permasalahan BSTC Malang sendiri hingga saat ini adalah legalitas tanah yang menjadi modal penyu yang berada di Pantai Bajulmati yang dikelola oleh Perum Perhutani Malang. “Memang sesuai peraturan Perhutani KPH Malang 2018, kami mengajukan PKS (Perjanjian Kerjasama). Tapi kesepakatan itu tidak disimpulkan, administrator dipindahkan. Kemudian manajer baru disuruh melakukannya lagi, tapi dia juga dipindahkan,” keluhnya.

“Akhirnya tahun 2021 kita akan membuat PKS yang akan didukung langsung oleh semua pihak yang terlibat. Apapun yang terjadi pasti akan diselesaikan tahun ini,” imbuhnya.

Pantai Bajulmati menjadi tempat penangkaran penyu bertelur setiap tahun. Sutari percaya bahwa dengan menjaga alam, generasi manusia selanjutnya akan selamat.

Di sisi lain, akan sulit bagi generasi mendatang untuk mendapatkan banyak hal yang seharusnya disediakan alam ketika rusak. Sumber daya akan tersedia selama keseimbangan dipertahankan. Dan orang bisa menuai hasilnya. Sutari berharap semakin banyak orang yang sadar akan lingkungan dan ikut membantu menjaga lingkungan. Rawat dan gunakan dengan tepat. “Kita jaga alam, lalu alam jaga kita, kita layani alam, maka alam sudah cukup bagi kita,” ujarnya. (m prasetyo lanang/van)

Source: malangposcomedia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button