Sekarang ada Wisata Petik Anggur Import di tengah Kota Denpasar - WisataHits
Jawa Tengah

Sekarang ada Wisata Petik Anggur Import di tengah Kota Denpasar

DENPASAR, BALI EXPRESS – Warga Denpasar kini bisa mengikuti wisata panen anggur di tengah kota yang berlokasi di Jalan Hangtuah, Gang Cempaka Putih II Nomor 9, Kesiman, Denpasar. Tempat wisata tersebut bernama Bali Mesari Farm dan digagas oleh I Made Suyasa dan dua rekannya.

Suyasa mengatakan sepuluh varietas anggur impor ditanam di sini, mulai dari Ninel, Dikson, Transfiguration, Jupiter hingga Hilaria. “Wisata vintage ini sudah dirintis sejak setahun lalu. Saat ini tidak ada tiket yang tersedia di sini. Pengunjung bisa masuk dan mencicipi. Kalau mereka tertarik, mereka akan membelinya,” katanya, Minggu (16 Oktober).

Kunjungan ke kebun anggurnya juga cukup ramai, namun kelompoknya mengaku kewalahan dengan buah anggur, apalagi saat musim hujan ini. “Kemarin hujan deras, seharusnya sekarang sudah matang, tapi kebanyakan airnya retak-retak dan busuk,” jelasnya.

Menurutnya, pengunjung dari berbagai daerah datang ke sini. Antara lain dari Jakarta dan beberapa waktu lalu ada juga dari Malaysia.

Untuk harga buah anggur segar yang dipetik di tempat ini, mulai dari Rp 80.000 untuk jenis transfigurasi. “Ada juga yang di bawah Rp 80.000, ada yang lebih tinggi. Tergantung jenis anggurnya,” katanya.

Dia mengatakan bahwa lahan yang ditanami anggur pada awalnya adalah sawah yang tidak produktif. “Dulu sawah kurang produktif karena ketersediaan air terbatas. Kadang tidak ada air, kadang banjir. Dulu ada bibit padi untuk ditanam, air hampir seminggu tidak tersedia, sehingga para petani kecewa. Kemudian saya mencoba menanam anggur di atasnya,” jelasnya.

Untuk menanam anggur ini, ia menggunakan sistem para-para dengan ajir berupa santan dan beton. Pada Desember 2020, ia mulai membuka lahan untuk menanam bibit anggur di lahan seluas 10 hektar. Sebagai bahan dasar untuk anggur ini ia menggunakan varietas anggur batang merah. Setelah budidaya, ia kemudian diberikan jenis anggur impor yang dibuatnya pada Februari 2021. Dengan percobaan ini ia bisa melakukan panen pertamanya pada Juli 2021, meski tidak banyak.

“Ini buah bonus karena memang belum waktunya berbuah. Sekaligus harus diperiksa apakah itu anggur jenis impor,” katanya.

Sedangkan untuk pengembangan awal buah anggur, ia menanam sekitar 50 buah anggur di tengah kota ini. Kendala dalam pemeliharaan anggur ini, kata dia, adalah intensitas hujan yang tidak menentu. Jika sering terkena hujan, tanaman bisa berjamur, yang mempengaruhi buah anggur itu sendiri.

“Kalau jamurnya banyak, buahnya kelihatan garing. Sebenarnya ada baiknya menggunakan rumah kaca agar kita bisa mengontrol penyiraman termasuk hujan. Ke depan, saya ingin mempersiapkannya secara bertahap,” jelasnya.

Selain itu, bunga mitir ditanam di tepi tanaman merambat, yang juga digunakan sebagai pestisida alami.

Selain itu, katanya, dia tidak memiliki pengetahuan dasar bertani, karena sebelumnya menjadi teknisi komputer untuk mengisi waktu sepulang kerja. Namun kini ia menjadi petani karena sudah tertarik dengan tanaman sejak kecil.

Kedepannya, ia berencana untuk membuat sistem peternakan dan peternakan yang terintegrasi melalui Bali Mesari Farm. Konsepnya memanfaatkan sisa-sisa dapur yang diolah menjadi pakan ternak seperti lele, bebek, stik dan ayam.

“Nantinya air dari ikan lele diolah menjadi pupuk dan digunakan untuk mengairi kebun pisang, anggur dan bunga. Sedangkan kotoran bebek dan ayam digunakan sebagai pupuk yang dicampur dengan media tanam,” ujarnya.

Reporter: Rika Riyanti

Source: baliexpress.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button