Sejarah perfilman dari Rio bertahan hingga menghilang seiring berjalannya waktu - WisataHits
Jawa Barat

Sejarah perfilman dari Rio bertahan hingga menghilang seiring berjalannya waktu

Cimahi

Tidak banyak yang tahu bahwa kota Cimahi memiliki sebuah bioskop yang cukup terkenal sejak zaman penjajahan Belanda. Namanya Bioskop Rio.

Bioskop di kawasan Cimahi Square ini dibangun oleh FAA Buse, seorang pengusaha hiburan yang memiliki jaringan toko bioskop di beberapa wilayah Hindia Belanda (dulu Indonesia).

Buse sebelumnya membangun bioskop di Bandung, Surabaya, Sukabumi dan daerah lainnya. Misalnya, di Bandung terdapat bioskop Elita, Oriental, dan Luxor dengan bangunan khas bergaya art deco.

Buse mendirikan bioskop Rio pada tahun 1937. Saat itu, putranya Yvone Francois Buse meletakkan batu pertama. Kehadiran prajurit KNIL di kota garnisun merupakan peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Mereka juga haus akan hiburan. Sedangkan pilihan hiburan di Cimahi saat itu sangat terbatas.

Sayang sekali Bioskop Rio sekarang tinggal kenangan. Belanda yang menyerah pada Perang Kemerdekaan akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia dan menyerahkan aset kepada penduduk asli sebagai hasil dari kebijakan nasionalisasi aset pada tahun 1950-an.

Gedung Bioskop Rio masih berdiri, sayangnya fungsinya sudah berubah 100 persen. Dari bioskop, Rio kini menjadi pusat penjualan ponsel dan elektronik. Tidak banyak peninggalan yang menunjukkan bahwa bangunan tersebut merupakan bekas bioskop, hanya terdapat tulisan Rio pada fasad bangunan yang menjulang tinggi tersebut.

Tim Ahli Penggiat Sejarah dan Cagar Budaya Cimahi (TACB) anggota Dinas Pariwisata Kebudayaan (Disbudparpora) Pemuda dan Olahraga Cimahi Mahmud Mubarok karena penurunan kualitas film yang diputar.

“Ketika film Indonesia penuh dengan film seks, Rio akhirnya menayangkan film-film itu dan itu sebenarnya penyebab keterpurukan Rio karena film yang mereka tayangkan berkualitas rendah sehingga akhirnya gulung tikar,” kata Mahmud kepada detikJabar.

“Mungkin juga karena waktu itu, tahun 1997/98, muncul Cinema 21 di Cimahi yang menjadi pesaing Rio. Sekarang 21 main film Hollywood barat sedangkan Rio punya film Indonesia dan seks dengan suasana tempat yang sudah rusak,” tambah Mahmud.

Belum lagi hadirnya bioskop dan mall baru di Bandung yang semakin menggerogoti pesona Bioskop Rio yang pernah menjadi primadona warga Cimahi dan Bandung.

“Bioskop di Bandung lebih menarik daripada di Cimahi. Manfaatnya dari sisi sound atau lainnya, jadi masyarakat lebih betah di Bandung yang sampai saat ini misalnya Kino 21 di Bandung masih bertahan bahkan terus berkembang, meski beberapa waktu lalu mengalami penurunan viewer, tapi tetap bertahan. dan pulang sementara di Cimahi gulung tikar selamanya,” kata Mahmud.

Faktor lain kebangkrutan Bioskop Rio adalah kemajuan teknologi. Saat itu masyarakat Cimahi terkesima dengan kehadiran VCD. Harganya agak mahal, tetapi saat itu Anda dapat menggunakannya berulang kali dengan harga kartrid yang sangat wajar.

“Kalau masyarakat sudah punya televisi, lalu ada VCD dan bajakan juga marak, ini yang membuat Rio kalah bersaing,” kata Mahmud.

Namun bagi para pelaku kisah perubahan di kota Cimahi, Rio memiliki tempat tersendiri di hati mereka. Begitu pula Mahmud, yang ingat pernah menjadi penikmat film di Bioskop Rio.

“Saya benar-benar melihat masa kejayaan Rio (bioskop). Saat itu film Silat, Kung Fu Mandarin dan film nasional Sunan Kalijaga. Dan ketika film-film Indonesia penuh dengan film seks, Rio akhirnya menayangkan film-film itu,” kata Mahmood.

“(Sinema) Rio bertahan cukup lama hingga tahun 2000-an, tetap eksis meski jatuh bangun. Tapi sekarang akhirnya ditutup total,” imbuhnya.

Tonton video “Pembunuh anak kembali dari Quran di Cimahi ternyata pencuri”.
[Gambas:Video 20detik]
(direktori/direktori)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button