Sebagai bukti Blora terkenal dengan kekeringannya, bisa ditanami buah - WisataHits
Jawa Tengah

Sebagai bukti Blora terkenal dengan kekeringannya, bisa ditanami buah

Sebagai bukti Blora terkenal dengan kekeringannya, bisa ditanami buah

BLORA, Radar Bojonegoro – Buah melon digantung di ruang tanam khusus di desa Sambongrejo, kecamatan Sambong. Buahnya yang bulat berwarna hijau terlihat siap dipanen. Pemilik merancang wisata pengumpulan buah namun belum mensuplai area lain dan supermarket.

Agus Supartoyo, pemilik kebun melon, mulai menanam setahun lalu dan sudah lima kali panen. Pemasaran belum mengirim mereka ke luar kota, hanya di sekitar Kabupaten Cepu dan Blora. Melon biasanya dijual di supermarket, tapi dia tidak mengambil pilihan itu.

“Kami mengemas wisata petik buah. Pelanggan datang sendiri. Kadang pesan butuh belasan buah untuk dikirim. Rp25.000 per kilogram, masih terjangkau dibanding harga supermarket,” lanjutnya.

– Iklan –

Dia menjelaskan, sudah ada beberapa rombongan yang datang ke kebunnya, yang terakhir adalah rombongan siswa dari SMAN 1 Cepu. Bersama para guru mereka memetik buah dan mengenal kebun melon dengan penuh minat. Puluhan pengunjung langsung datang untuk memetik buah dan mempelajari tanaman, ujarnya.

Agus menjelaskan, bibit tanaman melon tersebut bersumber dari perusahaan Tunas Agro di Semarang. Pembibitan ada di tanah miliknya, dengan sistem pengairan listrik, proses pengairan sudah dicampur dengan pupuk cair.

“Jadi tidak perlu menyiramnya secara manual. Kebun di Jawa Tengah ini hanya ada di Semarang dan Blora. Kami ingin membuktikan bahwa Blora dikenal panas dan kering untuk buah-buahan,” pungkasnya.

Ia mengaku memiliki tiga kebun. Mereka telah memanen bulan lalu di belakang rumah di Desa Pojokwatu. Kini panen di kebun kedua di Sawur, kecamatan Sambongrejo. Total kedua kebun tersebut memiliki sekitar 1.500 pohon. Waktu tanam hingga panen hanya dua bulan. Pemanenan varietas Kirani berlangsung selama 55 hingga 60 hari.

Sedangkan varietas Kinanti membutuhkan waktu 10 hari lebih lama dari Kirani, sekitar 65 hari. “Satu pohon satu buah untuk memaksimalkan perkembangannya,” jelasnya.

Eny Purwaningsih salah satu pengunjung mengaku senang dan tertarik untuk belajar tentang melon di Sambongrejo. Konsep tamannya bagus, seperti rumah sendiri. Dapat dikembangkan menjadi agrowisata alternatif di daerah tersebut.

“Tamannya bersih. Hujannya tidak basah dan buahnya manis. Saya mengambil beberapa buah dan menimbangnya. Rencananya besok saya akan mengajak suami dan anak saya ke sini lagi,” ujarnya. (luk/rij)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button