Seabad Observatorium Bosscha dan Sejarah Singkat Astronomi di Indonesia - WisataHits
Jawa Barat

Seabad Observatorium Bosscha dan Sejarah Singkat Astronomi di Indonesia

Seabad Observatorium Bosscha dan Sejarah Singkat Astronomi di Indonesia

Merayakan 100 tahun Observatorium Bosscha berarti merayakan sains

Akmal Firmansyah, KBB, Jabarekpres

“Setelah Perang Dunia Kedua, Observatorium Bosscha mengalami restorasi besar-besaran, banyak peralatan besar dipulihkan, ada juga keruntuhan ekonomi pada saat itu, ada banyak barang berharga di sini, tetapi untungnya penduduk dan karyawan Bosscha adalah penduduk asli di sini. , sampai saat ini, dia bertahan dengan baik,” ujar Direktur Observatorium Bosscha Premana W. Premadi, pemenang Honorary Fellowship Award dari Royal Astronomical Society (RAS), Inggris. Saat diterjang Jabarekpres Senin (16/1/23) lalu.

Observatorium Bosscha di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) kini telah menginjak usia 100 tahun, apa yang dikatakan Premana W. Premadi di atas merupakan bagian dari catatan sejarah, seperti dulu, setelah Jepang kalah dalam Battle of the Pacific, Booscha pun berlalu. dipimpin oleh sutradara Jepang Masashi Miyadi.

Sementara itu, catatan sejarah dari Sudarsono Katam, Bandung: Sekilas Peristiwa di Mata Para Filatelis Sebuah Wisata Sejarah (2006), menyatakan: “Saat Jepang hendak menduduki Bandung, Observasi Bintang Bosscha dianggap sebagai bangunan penting yang harus dibangun. dihancurkan sehingga dibom oleh pesawat tempur Jepang tetapi meleset dan beberapa bom yang jatuh tidak meledak,” tulis Sudarsono.

Pasca kekalahan Jepang dan Indonesia merdeka dari belenggu penjajah, direktur Bosscha Jepang kembali ke kampung halamannya, dan banyak alat Booscha yang berhasil diselamatkan oleh warga sekitar.

Jika kita kembali ke masa lalu, pada 1 Januari 1923, seperti yang dikatakan Sudarsono, Observatorium Booscha atau disebut juga “Bosscha Sterrenwacht” diresmikan oleh Gubernur Jenderal de Fock sebagai penghormatan kepada keluarga Booscha.

Diketahui, keluarga Karel Albert Rudolf Booscha dan sepupunya Ir.KA Kerkhoven merupakan salah satu donatur terbesar untuk pembangunan kompleks pengamatan bintang Booscha di Lembang.

Sebelumnya, pendirian Observatorium Booscha telah dirintis pada tahun 1920 dengan berdirinya perkumpulan oleh KAR Booscha, kemudian pada tanggal 12 September 1920 NIVS mengadakan pertemuan di Grand Hotel Homann untuk membangun sebuah observatorium.

Setelah pertemuan diadakan, penyelidikan dilakukan dan kemudian diamankan sebuah tempat di salah satu puncak yang mengelilingi perbukitan Tangkuban Parahu, hadiah dari Ursone, seorang peternak sapi perah Italia.

Pada Oktober 1922, tahap konstruksi kompleks observatorium dimulai. Bangunan teleskop yang dipesan dari Carl Zeiss Jena di Jerman dimodelkan setelah arsitek CP Wolf Schoemaker.

Sudarsono juga mengatakan bahwa Observatorium Booscha di Lembang diserahkan kepada Technische Hoogeschool te Bandoeng – sebuah perguruan tinggi teknik di Hindia Belanda (sekarang ITB) – oleh Asosiasi Ilmu Astronomi Hindia Belanda (NISV). kemudian Booscha saat ini berada di bawah naungan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kemudian, menurut Sudarsono, Carl Zeiss secara resmi menyerahkan teropong Zeiss kepada NISV pada 7 Juni 1928. Teropong tersebut memiliki berat 17 ton dan panjang 11 m. Teropong ini memiliki tiga lensa, dua lengan berfungsi sebagai teropong visual dan grafik, yang lainnya sebagai teropong pencarian. Teropong ini adalah teropong refraktor ganda dengan dudukan teropong. Teropong berada di Planetarium Booscha.

Bukan hanya Bosscha yang berusia 100 tahun, tapi juga planetarium Bosscha. Termasuk desain kubah planetarium yang digagas di Jerman.

“Nah, diyakini saat itu (1923) Bosscha memilih desain terbaru pada masanya, 100 tahun Bosscha dan planetarium Bosscha. Tahun 2023 spesial untuk Bosscha,” terangnya.

“Merayakan 100 tahun Observatorium Bosscha berarti merayakan ilmu pengetahuan,” imbuhnya.

Premana mengajak kita kembali ke tahun 1915 ketika Albert Einstein mencetuskan teori relativitasnya dan Observatorium Bosscha juga merayakannya pada tahun 2015, delapan tahun setelah Booscha didirikan pada tahun 1923 dan 2023 Bosscha merayakan astronomi di Indonesia.

“Artinya sejauh mana Observatorium Booscha dalam memajukan ilmu pengetahuan, seberapa besar keinginan untuk terlibat dalam memajukan ilmu pengetahuan melalui Bosscha benar-benar sebuah terobosan,” jelas Premana.

Menurut Premana, astronomi berdampak besar bagi kehidupan manusia dari segi praktis, spiritual, bahkan artistik.

*Sejarah singkat astronomi di Indonesia hingga berdirinya Observatorium Bosscha*

Mari kita balik halaman sejarah seperti yang diceritakan oleh Andrew Goss dalam Belenggu Ilmuwan dan Pengetahuan dari Hindia Belanda hingga Orde Baru (2014) sebelum adanya NISV dan kemudian Observatorium Bosscha di Hindia Belanda (Indonesia ) pertama pada tahun 1761 di Batavia (Jakarta) Pendeta JH Mohr membangun sebuah observatorium dengan peralatan yang didatangkan dari Eropa dan memperkenalkan dirinya sebagai astronom.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button