Sangat banyak! Kuliner Babi Habis Dalam 2 Jam Di Ketandan Fashion Challenge Solo - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Sangat banyak! Kuliner Babi Habis Dalam 2 Jam Di Ketandan Fashion Challenge Solo – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Pengunjung memenuhi situs Ketandan Fashion Challenge di kawasan Pasar Gede Solo, Minggu (21/8/2022). (Solopos/Wahyu Prakosa)

Solopos.com, SOLO — Ketandan Fashion Challenge menyemarakkan kawasan Ketandan, Desa Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo, pada malam hari, Minggu (21.8.2022). Di satu sisi, pedagang katering non halal bisa berjualan di acara-acara di kawasan Pasar Gede Solo untuk pertama kalinya.

Penjualan Anda berhasil. Ada banyak aktivitas di 31 stand tenda kuliner. Pengunjung berjejer di setiap stand, serta 21 stand untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

AksiJos! Petani dan peternak Klaten bisa menjadi pendukung kedaulatan pangan

Pengusaha dan koki sibuk melayani pesanan. 26 kelompok meja makan yang disiapkan juga penuh. Bahkan ada konsumen yang duduk di keset di depan toko yang tutup.

Fashion Challenge Bundle di kawasan Pasar Gede Solo mulai ramai sekitar pukul 18:30 WIB. Kedua ujung Jl RE Martadinata, kawasan Pasar Gede Solo ditutup sekat milik Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo.

Dari dua warung makan non halal tersebut, beberapa warung kuliner yang paling ramai adalah sos babi dan bakso babi. Konsumen yang tidak bisa duduk atau makan satu meja rela menyantap hidangan olahan daging babi sambil berdiri.

Baca Juga: Solo Fashion Challenge Bundle Akan Terjadi Akhir Pekan Ini, Ada Apa?

Tak hanya kuliner, pengunjung juga akan disuguhi sejumlah atraksi antara lain Boneka Patehi di depan Klenteng Tin Kok Sie dan Keroncong Semut Ireng karya KGPAA Mangkunagoro X di depan Gedung Parkir Ketandan pada pukul 19.00 WIB.

Malam itu di penghujung acara Ketandan Fashion Challenge, berbagai kalangan memadati Jl RE Martadinata, Pasar Gede, Solo. Meski sudah ada himbauan untuk mengenakan pakaian bertema China, mayoritas pengunjung berpakaian bebas.

Atraksi tarian singa

Akulturasi budaya semakin terlihat dengan hadirnya atraksi barongsai pada pukul 20.00 WIB. Area yang biasanya hanya ramai pada siang hari menjadi hidup siang dan malam.

Pemilik Depot D’Melly Alan Saputra, 32, menjual bakso babi. Dia didukung oleh istri dan seorang pekerja. Uniknya, salah satu pekerjanya adalah seorang wanita bercadar bernama Kahfila, 20 tahun.

Baca Juga: Perhatikan Ini Jadwal Hiburan Ketandan Fashion Challenge

Wanita Jebres County, Solo, bekerja dengan Alan selama Ketandan Fashion Challenge. Alan hanya menjalankan bisnis kuliner di acara-acara tertentu. Ia biasanya mencari tenaga tambahan saat acara berlangsung.

Pengalaman pertama Kahfila adalah bekerja di toko yang menawarkan makanan non halal. Meski memiliki pandangan berbeda tentang makanan yang dijual, Alan dan Kahfila bisa saling menghormati.

“Sepertinya kami memiliki kontradiksi sendiri, tetapi kami saling menghormati. Ini seperti majikan saya menghormati bahwa saya tidak bisa makan daging babi. Jadi kalau ada lauk yang hilang, dia koreksi sendiri hasilnya. Saya lebih banyak menyajikan makanan dan membantu berjualan es teh,” jelasnya.

Kahfila mengaku kaget bisa berjualan bakso dengan aman. Kabar yang ia dengar melalui media adalah bahwa telah terjadi ketegangan yang intens antara kelompok-kelompok tertentu sejak pemilu lalu.

Baca juga: Ritual Raja Hoo Ping Solo, Ada Prasasti Atas Nama Orang Tua Pemiliknya Yang Bisa Dikremasi

Kahfila menjelaskan festival ini bagus karena ada akulturasi budaya dan semua warga yang berbeda bisa bertemu. Salah satunya adalah orang Jawa dan Tionghoa yang bisa memadupadankan secara solo di Ketandan Fashion Challenge.

Sementara itu, Alan mengaku ditawari untuk menghadiri festival tersebut. Menjual daging babi olahan di acara-acara di sekitar kawasan Pasar Gede adalah pengalaman pertamanya.

“Seorang teman memberi kami informasi dan kami ditawari untuk ambil bagian. Saya tertarik dan berpartisipasi,” jelasnya. Ia menjelaskan, hanya ada dua pengusaha yang menjajakan makanan tidak halal pada festival di Ketandan tersebut.

Pengalaman pertama

Alan pernah menjual makanan non halal di acara-acara tertentu, namun hanya di Ketandan Fashion Challenge dan acara yang diadakan di pelataran Persatuan Masyarakat (PMS) Surakarta beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Berdoa Raja Hoo Ping, Menghormati Leluhur dengan Cara Mudah

“Kami tidak akan pergi [festival selain di PMS dan Kawasan Ketandan dengan produk kuliner nonhalal]Kami menjual dua jenis makanan: bakso non halal, bakso babi dan cumi olahan. Kami melihat acara yang dihadiri oleh PMS dan Ketandan Non Halal. Acara di luar Imlek biasanya cumi-cumi,” jelasnya.

Ia mengaku senang bisa berjualan bakso di Ketandan Fashion Challenge Solo. Ternyata banyak penikmat makanan non halal.

Hal yang sama diperantarai oleh pedagang kuliner lain, Jum, 65, yang membawa babi sebanyak gabus. Namun, kuah babinya hampir habis pada pukul 20.00 WIB. Stand sudah dipadati pengunjung sejak sebelum pukul 18.00 WIB.

Jumat biasanya dijual siang hari di Jl Ir Juanda bersama suaminya. Menghadiri festival kuliner atau berjualan di luar Jl Ir Juanda merupakan pengalaman pertamanya sejak berjualan kuah babi 40 tahun lalu.

Baca juga: Ching Bing, Tradisi Menghormati Leluhur Warga China Saja

“Aku tidak berani” [berjualan pada event tertentu sebelumnya, termasuk di kawasan Pasar Gede Solo ketika Imlek]. Sekarang saya berani karena ditawarkan oleh panitia. Saya mengenalinya dengan benar [makanan tidak halal],” jelasnya.

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button