Saat mengikuti program pertukaran pelajar, Hanna dan Dwi mengalami culture shock dengan Semarang Culinary - WisataHits
Jawa Tengah

Saat mengikuti program pertukaran pelajar, Hanna dan Dwi mengalami culture shock dengan Semarang Culinary

Saat mengikuti program pertukaran pelajar, Hanna dan Dwi mengalami culture shock dengan Semarang Culinary

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG – Hanna Mentari Tarigan, mahasiswa semester 3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Katolik Santo Thomas (UST) Medan, Sumatera Utara dan Dwi Vera Wahyuni, mahasiswa semester 3 Pendidikan Fisika, Universitas Pasir Pengaraian (UPP) Rokan Hulu, Riau.

Keduanya mengaku baru pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Jawa mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa (PMM) Inbound Gratis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) di Universitas PGRI Semarang (Upgris) September 2022.

Baik Hanna maupun Dwi mengakui hal-hal yang membuat mereka mengalaminya budaya kejut atau kejutan budaya adalah makanan.

Dibandingkan dengan masakan yang awalnya bercita rasa pedas dari masing-masing daerah, masakan Semarang dianggap lebih dominan manis.

“Pertama kali tentu makanan, karena di daerah kami semua makanan pedas, di sini semua manis,” kata Hanna kepada Tribun Jateng, Kamis (19/1/2023) di Balairung UPGRIS Jalan Lontar. Kota Semarang.

Baca Juga: Penerimaan Mahasiswa Baru PTKIN sudah launching, cek jadwalnya biar nggak ketinggalan

Kesempatan tinggal di Semarang selama hampir 5 bulan membawa keduanya mengenal dan memahami bahasa Jawa.

Baik Hanna maupun Dwi mengaku banyak mengenal kosa kata bahasa Jawa bahkan memahami tuturan bahasa Jawa lawan bicaranya, meski sama-sama mengaku tidak bisa menjawab ujaran tersebut.

“Saya sudah tahu bahasa Jawa, saya mengerti itu, tapi saya tidak bisa menjawab dalam bahasa Jawa, saya berbicara bahasa Indonesia,” kata Dwi.

Selain budaya makanan, sikap budaya di Semarang juga berbeda dengan daerah asalnya.

Keduanya mengaku warga Semarang lebih santun dan canggih, belajar mengikuti budaya yang ada di daerah yang mereka tinggali saat ini.

Mengenai materi dan pengalaman selama tinggal di Semarang dan kuliah di UPGRIS, keduanya mengaku tidak ada perbedaan yang signifikan.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Dr. Sri Suciati, M.Hum menilai penyelenggaraan PMM bertujuan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, integritas dan solidaritas bagi mahasiswa peserta.

Berbeda dengan pelaksanaan PMM sebelumnya, hanya sebagian yang offline dan berdomisili di Semarang, sedangkan sisanya dilakukan secara online.

Pelaksanaan periode ini memakan waktu hampir 5 bulan sepenuhnya offline.

“Sebanyak 117 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, khususnya dari luar pulau Jawa, mengikuti kuliah satu semester di UPGRIS ini,” ujar Dr. Suci.

Baca Juga: Buya Yahya Raih Gelar Guru Besar Kehormatan di Unissula Semarang, Jelaskan Batasan Ahli Hukum

Semua siswa tinggal di asrama UPGRIS dan terlibat dalam berbagai kegiatan selama studi mereka, seperti:

Sebagai penutup rangkaian kegiatan PMM Inbound, digelar Pentas Seni Nusantara dan UPGRIS Inbound mengucapkan salam perpisahan kepada mahasiswa PMM.

Bagian dari PMM yang masuk berisi modul Nusantara. Melalui modul ini, mahasiswa peserta akan dikenalkan dengan berbagai budaya, termasuk destinasi wisata tempat mahasiswa tersebut belajar.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button