RITE FT UNS Solo memproduksi mesin pengolah kopi bekerjasama dengan petani dari Tawangmangu - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

RITE FT UNS Solo memproduksi mesin pengolah kopi bekerjasama dengan petani dari Tawangmangu – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Tim Riset Teknik Industri dan Tekno Ekonomi (RITE) Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo telah mencoba mesin pengolah kopi yang mereka produksi. (Khusus/Solo AS)

Solopos.com, KARANGANYAR — Berdasarkan riset Kementerian Perindustrian (Kemenprin) pada tahun 2022, industri makanan dan minuman akan menjadi sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional di masa mendatang. Salah satu tren industri minuman yang sedang tren saat ini adalah kopi.

Seolah telah menemukan pasarnya sendiri, kopi telah memikat jutaan penikmatnya. Hal itu didukung data yang dihimpun Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian menunjukkan konsumsi kopi nasional pada 2020 sebesar 298.000 ton.

Promosi Kartu Tokopedia menjadi Kartu Kredit Terbaik Versi Asian Banker Awards 2022

Besarnya permintaan kopi akan terus meningkat seiring dengan naiknya tren penikmat kopi di tanah air. Sekalipun permintaan kopi yang sangat besar untuk ekspor ke luar negeri tidak diperhitungkan, data ini menjadi dasar betapa pentingnya mensinergikan peran semua elemen untuk menangkap peluang potensial industri kopi Indonesia.

Salah satu bentuk sinergi untuk meningkatkan peluang industri kopi Indonesia adalah kerjasama antara tim Teknik Industri dan Riset Tekno Ekonomi (RITE) Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret ( AS) dan Industri Mikro Kecil (IKM). Pelaku IKM ini adalah petani kopi yang tergabung dalam kelompok tani kopi Prohutani di Tawangmangu, Karanganyar.

Baca Juga: Sosialisasikan IKD, UNS Solo Jadi Percontohan Program Dukcapil Goes to Campus

Koordinator Riset UNS Rony Zakariya ST MT bersama tim mengadakan pelatihan bagi petani kopi di lereng Lawu tentang perbaikan proses penanganan pascapanen. Hal ini berdasarkan pengamatan tim peneliti terhadap petani kopi yang masih melakukan pengolahan pasca panen dengan cara tradisional. Pengolahan seperti itu cenderung menurunkan kualitas kopi dan otomatis mempengaruhi harga.

Untuk mengatasi hal tersebut, tim RITE Prodi Teknik Industri FT UNS mengembangkan mesin pengolah kopi yang mampu meningkatkan mutu sesuai SNI Biji Kopi: SNI 01-2907-2008.

Mesin ini telah dirancang khusus untuk melakukan penyortiran multifungsi. Mesin ini mampu dengan hati-hati memisahkan biji kopi dari segala jenis kotoran, mulai dari ranting, serangga, pasir bahkan logam. Mesin ini menyortir secara bersamaan (klasifikasi) biji kopi karena ukurannya sesuai standar yang diinginkan konsumen.

“Kami akan terus mendukung IKM, kali ini petani kopi, ke depan. Harapannya, mereka bisa melakukan standarisasi pengolahan kopi dan mendapatkan sertifikasi SNI. Ini merupakan bagian dari hilirisasi penelitian dan bakti sosial yang diberikan oleh tim peneliti kami, yang bertujuan untuk memberikan kontribusi yang masif kepada para petani kopi sehingga dapat meningkatkan potensi kopi lereng Lawu,” ujar Rony Zakaria dalam siaran pers yang diterima. Solopos.comMinggu (18/12/2022).

Baca Juga: UNS Terus Berinovasi dan Raih Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik

Dengan adanya terobosan baru dalam standarisasi pengolahan kopi pasca panen, berpeluang mendongkrak popularitas kopi arabika khas lereng Lawu sebagai komoditas unggulan. Pada akhirnya, hal ini secara otomatis meningkatkan kesejahteraan para petani.

UNS menggelar sosialisasi di salah satu rumah makan di kawasan Tawangmangu yang dihadiri lebih dari 20 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Prohutani. Sebagai koordinator Prohutani, Sudiyono mengaku disosialisasikan penanganan pascapanen kopi sangat membantunya.

Petani belum memahami standarisasi pengelolaan kopi

Diakuinya, pengolahan yang dilakukan selama ini oleh petani binaan masih tradisional. Kebanyakan petani tidak menyadari besarnya potensi pasar kopi dengan standar SNI.

“Kami memang tidak mengetahui proses pengolahan kopi pasca panen yang memenuhi standar yang benar. Yang kami pahami hanyalah merawat tanaman dan memetik kopi. Kemudian kami melakukan proses secara tradisional berdasarkan apa yang kami pahami selama ini,” kata Sudiyono.

Baca Juga: Kisah Rizki, Siswa SMK UNS Solo Pengalaman Belajar di Hungaria

Lereng Lawu memiliki iklim dan tanah yang cocok untuk perkebunan kopi, selain memiliki potensi wisata. Beberapa daerah di Karanganyar yang cocok untuk penanaman kopi memiliki peluang yang sangat besar untuk bersaing di pasar industri kopi. Salah satunya adalah petani perlu memahami pola perawatan dan penanganan pasca panen yang baik dan benar.

“Saya berharap kopi dari lereng Lawu, khususnya dari daerah Karanganyar menjadi icon untuk dilihat pasar kopi dunia,” pungkas Rony yang tidak hanya sebagai koordinator penelitian tapi juga seorang penikmat kopi.

Pada kegiatan ini, para petani antusias menerima pemaparan dari pembicara. Para petani juga terbuka dengan terobosan teknologi pengolahan kopi yang ditawarkan tim peneliti UNS. Akhirnya Rony pun bertransmisi

“Bila mesin sudah siap untuk produksi massal di masa mendatang, diharapkan dapat menjangkau petani yang sebenarnya memiliki potensi produksi yang tinggi, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi pula,” tambahnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button