Relawan Posko Areman Malang Timur mendampingi keluarga korban Kanjuruhan - WisataHits
Jawa Timur

Relawan Posko Areman Malang Timur mendampingi keluarga korban Kanjuruhan

UNDANG CERITA LUCU DI CHAT, HINDARI BICARA TENTANG Tragedi

Relawan di Posko Aremania Malang Timur punya cara tersendiri untuk membantu keluarga korban tragedi Kanjuruhan. Mereka memprioritaskan penanganan dampak psikologis. Satu persatu keluarga korban didatangi dari rumah ke rumah.

MATAHARI Belum lagi pagi hari ketika Mochamad Djuni dan kawan-kawan memulai aktivitasnya. Sepertinya tidak ada pakaian dan alat khusus yang mereka kenakan saat melakukannya Perawatan trauma dari pintu ke pintu kepada keluarga korban. Pria asal Tumpang dan dua rekannya itu hanya memiliki amplop, riwayat keluarga, dan alamat. Setelah menemukan rumah korban, rombongan bergegas mengambil sepeda motor. Kali ini, para korban di kawasan Tumpang menjadi sasaran.

Juni yang nyaring ketika datang Perawatan trauma dari pintu ke pintu mereka tidak benar-benar memiliki alat khusus. Menurutnya, menangani dampak psikologis korban Kanjuruhan tidak bisa kaku atau tanpa alat, tetapi dengan hati. Alhasil, ia dan teman-temannya kerap berpenampilan santai seperti sedang mengunjungi rumah temannya. “Kami ingin keluarga korban merasa nyaman dan tidak terganggu dengan kedatangan kami,” kata Djuni kemarin.

Menciptakan suasana yang menyenangkan sangat penting bagi Juni penyembuhan trauma. Karena korban harus dalam suasana hati yang buruk.

Apakah Anda sering merasakan kesedihan yang mendalam karena sebuah keluarga meninggalkan Anda tanpa kabar. Itu sebabnya ada Perawatan trauma dari pintu ke pintu Ia dan teman-temannya di Posko Aremania Malang Timur sangat berhati-hati. Dalam kata dan perbuatan.

Contohnya adalah berusaha untuk tidak membicarakan tragedi Kanjuruhan. Mereka sering membicarakan hal-hal ringan yang membuat suasana mengalir. Misalnya, tentang pengalaman lucu atau menarik. Termasuk, misalnya, kisah perjalanan ke Gunung Bromo. “Kalau kita bicara tentang tragedi Kanjuruhan, seperti mengembalikan ingatan akan kejadian pada korban,” jelasnya.

Menurutnya, dia mengingat kembali tragedi yang justru membuat korban terjatuh dan menangis lagi. Karena itu, Djuni dan kawan-kawan sering mengubah arah pembicaraan ke arah lain ketika korban atau keluarga korban terlalu banyak berbicara tentang tragedi Kanjuruhan. Baginya, bagian pembicaraan sangat perlu disesuaikan untuk menjaga psikis. Karena tujuan utama dari trauma healing, menurut dia, adalah kegiatan yang membantu para korban untuk bisa menerima, tidak takut dan bangun secara psikologis.

Sementara itu Perawatan trauma dari pintu ke pintu, Kesabaran dan ketekunan, yang disebut Alumni SMAN Tumpang, juga wajib dimiliki para relawan. Hal ini dikarenakan ada beberapa korban yang emosinya tidak stabil. Mulai dari kesedihan yang mendalam hingga emosional. Misalnya, ia pernah bertemu dengan orang tua korban yang hanya menginginkan anaknya kembali. “Saat kami coba mendistribusikan bantuan, ibu tersebut mengatakan tidak membutuhkannya dan hanya menginginkan anaknya,” ujarnya menirukan keluarga korban.

Menurut dia, ibu yang tinggal di kawasan Pulungdowo itu kehilangan anak tunggalnya. Juga tim penyembuhan trauma Aremania Malang Timur juga sempat disuguhi momen dimana keluarga korban hanya terdiam dan menatap kosong. Berbeda dengan itu, pria asal Tumpang ini menilai pengobatan psikologis tidak sama dengan penyembuhan luka sayat atau kuku. Bila diberikan, obat itu bisa segera sembuh. Penyembuhan psikis dianggap kompleks dan memakan waktu lama.

Jika korban tidak suasana hati, Djuni mengatakan relawan yang menyembuhkan trauma perlu memahami. Kemudian jika Anda tidak ingin berbicara, Anda tidak bisa memaksanya. Memaksa korban yang mengalami luka mental, dia menilai, memang akan berbahaya. “Jangan biarkan diri Anda merasa tertekan,” katanya.

Menurut Djuni, kondisi ini membuat tim tampil menonjol trsebuahpenyembuhan uma Posko Aremania Malang Timur tidak sekali pun mendatangi rumah korban. Ini bahkan bisa berkali-kali. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari kondisi terbaik korban untuk pendekatan psikologis. Selain itu, juga sebagai upaya untuk membuat korban merasa tidak sendirian dalam tragedi ini.

Baginya, sangat penting bagi korban dan keluarga korban untuk merasa didukung. Itu karena timbulnya gangguan kesehatan mental seperti depresi dan stres terjadi ketika Anda merasa sendirian dan tidak memiliki sistem pendukung lain. “Jadi teman-teman ini harus terus memantau para korban setiap hari,” jelasnya. Baik itu melalui komunikasi dengan keluarga atau mengumpulkan informasi dari tetangga korban.

Juga jika Anda membutuhkan upaya yang tidak mudah, kata Djuni, teman-teman Posko Aremania Malang Timur senang menjalaninya. Panggilan hati dan kemanusiaan untuk membantu sesama Aremania dan masyarakat Malang menjadi alasan ingin melakukan kegiatan ini dan bersedia menginvestasikan banyak waktu. Selain itu, mereka sangat percaya bahwa dampak psikologis dari tragedi Kanjuruhan tidak boleh diremehkan.

Menurutnya, seharusnya tidak ada lagi kisah Cahya Meida Salsabila di kemudian hari. Baginya, meninggalnya dara yang tinggal di kawasan Kebonsari Desa Tumpang ini menjadi salah satu bahan evaluasi Posko Aremania Malang Timur. Seperti diketahui, Cahya Meida Salsabila meninggal karena trauma mendalam setelah ditinggal ayah dan kakaknya yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan. “Kami sangat sedih dan merasa dikhianati dengan meninggalnya Bila-panggilan Salsabila,” ujar pria berusia 56 tahun itu.

Sedikit terkait dengan Bila, Djuni mengatakan bahwa tim Posko Aremania Malang Timur sebenarnya telah berupaya memberikan trauma healing bagi keluarganya. Namun, ketika tim sampai di apartemennya, Bila sebagian besar berada di kamar bersama ibunya. Saat itu Bila masih trauma dengan kepergian ayah dan adiknya. Alhasil, ia lebih banyak berinteraksi dengan kakak laki-lakinya Rizal, yang juga menginap di Stadion Kanjuruhan pada saat tragedi itu.

Posko Aremania Malang Timur sendiri saat ini sedang melakukan trauma healing terhadap puluhan keluarga korban dan korban di dalam dan sekitar kawasan Tumpang. Selama mereka melakukannya, mereka dianggap sukarela. Sebagai aturan, mereka pergi ke rumah korban sebagai tim setiap hari. selama gerakan pintu ke pintu muncul karena dinilai karakter orang Jawa lebih pendiam. Jadi selesai mengambil bola untuk dilakukan penyembuhan trauma.

Sementara itu, Penasihat Posko Aremania Malang Timur Joko “Glemboh” Purwito mengatakan pemberian bantuan psikologis kepada para korban dan keluarganya tidak dilakukan begitu saja. penyembuhan trauma hanya. Selain itu, ke depan tim Posko Aremania Malang Timur juga berencana mempertemukan keluarga korban dan korban untuk memberikan bantuan psikologis. “Rencana jangka panjang kami adalah mengumpulkan mereka kemudian mendatangkan psikolog atau motivator untuk memotivasi mereka lebih lanjut,” jelasnya. Kami nanti akan mengundang anak laki-laki untuk melakukan hal yang sama keluar.

Baginya, program dukungan psikologis bagi korban dan keluarganya harus terus dilakukan. Tujuannya agar psikologi mereka yang terkena Peristiwa Kanjuruhan (1/10) benar-benar kuat. “Kami melihat masalah psikologis yang kompleks. Jadi tidak berakhir hanya dengan satu atau dua kali pertemuan trauma healing,” jelasnya. (jauh)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button