Ratusan Santri memperingati pendiri tradisi Endog-Endogan di Banyuwangi - WisataHits
Jawa Timur

Ratusan Santri memperingati pendiri tradisi Endog-Endogan di Banyuwangi

TIME INDONESIA, BANYUWANGI – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) setiap tanggal 22 Oktober bertepatan dengan bulan Maulid Nabi Muhammad SAW, para santri di Pondok Pesantren (KH) Kiai Haji memperingati Abdullah Faqih atau biasa dikenal dengan Pesantren Cemoro sosok KH. Abdullah Faqih yang merupakan pendiri yayasan sekaligus pencetus tradisi Endog Endogan.

Pasalnya, warga kota berjuluk The Sunrise Of Java ini sudah tidak asing lagi dengan tradisi Endog-Endogan. Ya, kegiatan ini merupakan salah satu cara warga Banyuwangi merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Namun, sebagian warga di ujung timur pulau Jawa tidak mengetahui siapa pelopor di balik Endog-Endogan tersebut.

Oleh karena itu, santri Pondok Pesantren Cemoro di Dusun Cemoro, Desa Balak, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, menghidupkan kembali HSN dengan menggelar Endog-Endogan dengan tujuan untuk memperkenalkan kedok KH kepada masyarakat. Abdullah Faqih.

Ponpes-Cemoro-a.jpgSantri Ponpes Cemoro, Anggur Edog-Endogan di Jalan Desa Balak, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

Kemeriahan semakin bertambah ketika ratusan siswa mulai berjalan bersama atau mengarak jodang di atas becak berhias kertas linen warna-warni dari lapangan sepak bola Dusun Balak menuju Ponpes KH. Abdullah Faqih.

Usai arak-arakan, para santri memasuki masjid untuk mendengarkan ceramah tentang sejarah hingga filsafat Endog-endogan. Setelah itu dilanjutkan dengan makan nasi secara acak bersama-sama.

“Kami secara sadar memperingati HSN yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW untuk mencontoh semangat beliau. termasuk semangat jihad dan persatuan yang sepatutnya ketika diimplementasikan di HSN ini. Semoga semangat ini menular ke anak-anak,” kata Ketua Yayasan Pondok Pesantren Abdullah Faqih Cemoro Fadh Reza Bin Umar atau biasa disapa Gus Reza kepada TIMES Indonesia.

Gus Reza menjelaskan, telur yang terdiri dari tiga lapisan yaitu kulit, putih telur dan kuning telur memiliki arti tersendiri. Cangkang telur yang artinya Islam, putih telur adalah iman sedangkan kuning telur seperti ihsan.

Ponpes-Cemoro-b.jpgSiswa Ponpes makan nasi bersama setelah karnaval. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

“Kemudian telur berhias bunga itu merupakan simbol cikal bakal lahirnya bunga kehidupan yang akan mengantarkan manusia dari zaman kegelapan menuju zaman kembang kebahagiaan dengan Islam. Sedangkan ancak sendiri merupakan simbol kebersamaan dalam kerukunan,” ujarnya.

Dalam kegiatan ini, pengurus Ponpes Cemoro adalah KH. Umar Abdullah, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Choliqul Ridha, Sekretaris Kecamatan Songgon, Tanto Sulistryono dan Ketua Dewan Kesenian (DKB) Blambangan Hasan Basri.

Sementara itu, Sekretaris Disbudpar Choliqul Ridha mengatakan dengan karnaval mahasiswa ini, masyarakat Banyuwangi bisa mengetahui jejak KH. Abdullah Faqih sebagai penggagas Endogan.

“Makam KH. Abdullah Faqih termasuk wisata religi. Dengan ini, tujuannya untuk mensosialisasikan kepada masyarakat di luar Banyuwangi sebagai pencetus tradisi endog-endogan yang digunakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.

Choliqul berharap dengan adanya Makam Waliullah yang menjadi objek wisata religi, masyarakat dapat menerima karomahnya. Salah satunya adalah penjualan usaha kecil menengah (UMKM) untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Sebagai informasi, pencetus tradisi Endog-Endogan di Banyuwangi yaitu KH. Abdullah Faqih wafat dalam usia 83 tahun pada malam Jum’at Kliwon tahun 1953.

**)

Dapatkan update informasi harian terpilih dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Suka, klik tautan ini dan bergabung. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button