Raih Juara 1, Masy'aril Aulia Firman Andrianto Perkenalkan Kuliner Blitar Lewat Film - WisataHits
Jawa Timur

Raih Juara 1, Masy’aril Aulia Firman Andrianto Perkenalkan Kuliner Blitar Lewat Film

Blitar, zeitungenmemo.com – Blitar tidak hanya kaya akan potensi wisata, tetapi juga kaya akan penawaran kuliner. Ada Es Pleret, Pecel, Iwak Kali, Intan Kletik dan lain sebagainya. Potensi inilah yang akhirnya menjadi inspirasi bagi Masy’aril Aulia Firman Andrianto. Ia sedang mengerjakan film dokumenter berjudul Patria Culinary Legend. Karyanya meraih prestasi dan ditayangkan di bioskop. Berikut adalah laporannya.

Selasa 28 Juni 2022 adalah hari yang tidak akan pernah terlupakan bagi seorang pria bernama pria berpenampilan kalem ini. Tepat pada hari ini karyanya diakui oleh penikmat film pendek. Tidak hanya dari kalangan pelajar, tetapi juga dari Wali Kota Blitar Santoso. “Ya, film saya diputar di bioskop CGV Blitar pada 28 Juni 2022. Senang bisa mendapat pengakuan atas karya saya,” ujarnya riang.

Ya, dia adalah Masy’aril Aulia Firman Andrianto, pemuda kreatif asal Desa Kuningan, Kecamatan Kangoro, Kabupaten Blitar. Ia adalah produser film pendek fenomenal berjudul Patria Culinary Legend. Masy’aril menemuinya di apartemennya dan menceritakan secara detail tentang karyanya yang luar biasa. “Pada dasarnya, saya ingin masyarakat Blitar belajar dan belajar tentang kekayaan kuliner legendaris Blitar. Jangan sampai hilang dari waktu ke waktu,” katanya.

Baca Juga: Persik Siapkan Situs dan Laporan Psikologis untuk Korban Tragedi Kanjuruhan

Ia pun menjelaskan awal mula perjalanan film pendek 24 menit tersebut. Sebenarnya, film itu digunakan untuk melengkapi tugas kuliah. Film tersebut untuk tugas akhir atau TA di Institut Teknologi Surabaya (ITS) jurusan Desain Komunikasi Visual. Salah satu alasan dipilihnya Kuliner adalah untuk melestarikan kekayaan khazanah makanan dan minuman yang telah dikenal selama berabad-abad. Bisa dikatakan, setidaknya menjadi referensi kuliner di Blitar, tidak hanya di Pecel. Tapi banyak pilihan dan khas Blitar. “Banyak lho, bukan hanya Pecel. Makanya saya tertarik untuk menggarapnya,” jelasnya.

Ia pun mencontohkan seperti pakan ikan Mak Ti yang sudah dikenal oleh wisatawan dari luar daerah. Ada juga Es Pleret, Dawet Srabi, Ice Drop Wajik Kletik dan berbagai menu lainnya. Jika Anda yakin, mulailah mengerjakan film dokumenter. Sedangkan filmnya berjudul Legenda Kuliner Blitar dan judul tugas akhir adalah Perancangan Film Dokumenter Sebagai Media Informasi Wisata Kuliner Tradisional Blitar dengan Pendekatan Sinematik. “Setelah draf, dikonsultasikan dengan pengawas dan disetujui. Ketika disetujui, saya juga gugup karena jika saya menyutradarai film itu sendiri, saya tidak mampu membelinya. Kami butuh pendamping,” katanya.

Siswa SMA terpilih di sekitar rumahnya. Alasannya karena mereka punya banyak waktu luang. Sementara rekan-rekannya di kampus jelas tidak punya waktu luang karena sibuk dengan tugas masing-masing. Dia membuat debut filmnya pada akhir tahun 2021. Ada delapan tim yang membantunya. Beberapa bertanggung jawab atas rekaman, yang lain mengarahkan. Sambil mengonsep alias produser. “Prosesnya sekitar tujuh bulan. Lokasinya berbeda,” kata pemain berusia 22 tahun itu.

Baca Juga: 5 Tertuduh Simpatisan MSAT Hadapi Sidang, Begini Kasusnya

Tentu saja ada masalah. Saat mengerjakan film, ada kesulitan dengan peralatan syuting film. Selama ini hanya mengandalkan dua kamera digital. Sementara idealnya lensa lain dan dudukan mikrofon juga akan dibutuhkan. Tak pelak akhirnya menyewa. Sementara itu, mereka menghabiskan uang mereka sendiri untuk sewa. “Layanan pembuatan film menghabiskan biaya sekitar 10 juta rupee. Uang pribadi dari tabungan. Selama ini saya juga sudah menerima jasa foto kuliner,” ujarnya.

Setelah perjuangan keras, film dokumenter itu akhirnya selesai. Ia juga mempresentasikannya kepada dosen dan mendapat pengakuan. Tak disangka, ada kabar tentang kompetisi film dokumenter saat itu. Temanya kuliner. Yakni pada Erlangga Art Awards 2022 dan akhirnya meraih juara 1 film dokumenter terbaik. Ia mendapat penghargaan sebesar Rp 10 juta atas prestasinya. “Ya harganya 10 juta rupiah, jadi sepertinya ibu kota sedang dibangun kembali,” jelasnya.

Source: www.koranmemo.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button