Puluhan Pengemudi Angkot Keluhkan Rencana Sekali Jalan Melalui Curhat Jumat | Berita Malang hari ini | Malang Posco Media
MALANG POSCO MEDIA, MEDIA – Sejumlah pengemudi angkot mengeluhkan program Jum’at Polres Malang “Curhat” terkait rencana penambahan jalur di Kayutangan. Agendanya untuk menjawab berbagai keresahan masyarakat, khususnya para pengemudi angkot yang berada di terminal Mulyorejo di Kecamatan Sukun pada Jumat pagi (01/06).
Plt. Wakil Anggota Dewan Kota Kapolresta Malang Kompol Yuliati mengatakan, ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan. Dimulai dari sanitasi dan kesehatan lingkungan terminal Mulyorejo yang terlalu dekat dengan TPA bagi warga sekitar. “Orang-orang ini mengeluh karena tempat sampah terlalu dekat. Dan ini akan segera kami laporkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dishub Kota Malang,” ujarnya.
Ada juga keluhan tentang rencana jalan satu arah. Mereka khawatir jika one way trip akan mengakibatkan perubahan rute yang berdampak pada jumlah penumpang. “Akan ada banyak pihak yang terlibat dalam cerita ini, terutama yang tergabung dalam Forum LLAJ. Jadi akan kami sampaikan dan koordinasikan melalui Satuan Lalu Lintas Polres Malang Kota,” lanjutnya.
Dia juga telah menerima pengaduan tentang administrasi izin angkutan umum. Menanggapi hal tersebut, ia mengungkapkan bahwa Polres Malang Kota sudah memiliki skema SIM Bhabin. “Bhabinkamtibmas akan mendata dan memantau proses pengurusan kartu SIM di Satpas Polres Malang Kota. Selain pendampingan dan pendampingan, yang pasti biaya pembuatan SIM harus sesuai dengan nilai PNBP yang ditetapkan sesuai aturan. Tidak ada biaya tambahan,” katanya.
Yuliati menyatakan, semua pengaduan akan segera dicatat dan ditangani. Kapolresta Kota Malang Kombes Pol Budi Hermanto bersama Kapolsekta Jajaran berkomitmen siap berkomunikasi dengan pihak terkait untuk menindaklanjuti pengaduan pada agenda Curhat Jum’at.
Sementara itu, pengurus Gabungan Pengemudi Angkot Fokus Mulyorejo-Madyopuro (MM) menuturkan kepada Sulkan bahwa isu utama yang diangkat adalah unjuk rasa jalan satu arah di kawasan Kayutangan. Selain itu, ada keluhan penggunaan bus sekolah sebagai angkutan wisata yang bisa disewa (carter).
“Kami telah menerima permintaan untuk menyewa 12 angkot, masing-masing seharga Rp 200.000 per hari. Namun, saat hari yang dijanjikan semakin dekat, tidak ada kabar. Ternyata mereka menyewa bus sekolah. Dan itu bertentangan dengan kesepakatan bahwa bus sekolah tidak boleh digunakan untuk itu,” katanya.
Ia mengaku pihaknya telah melakukan mediasi, dan hingga kini belum ada kebijakan yang pasti. Sehingga agenda Jum’at Curhat dapat menghubungkan masyarakat dan instansi terkait. “Semoga segera ada jawaban. Karena pendapatan supir bus turun. Tidak jarang supir-supir ini ketinggalan (rugi) karena pendapatannya tidak sebanding dengan biaya bahan bakar,” pungkasnya. (rex/udi)
Source: news.google.com
