Produksi susu anjlok akibat PMK, peternak merugi — BeritaBenar - WisataHits
Jawa Timur

Produksi susu anjlok akibat PMK, peternak merugi — BeritaBenar

Peternak sapi perah di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengalami kerugian finansial dan penurunan produksi susu sapi setelah merebaknya penyakit mulut dan kuku yang menewaskan ribuan sapi, domba, dan kambing di sedikitnya 22 provinsi di Indonesia.

Miftakhul Amin, 46, peternak sapi perah di Desa Waturejo, Kabupaten Ngantang, sibuk memberi makan rumput hijau dan penyemprotan disinfektan setelah satu dari 14 sapinya yang terkena penyakit kaki dan kuku (PMK) mati.

Dia harus menjalankan kipas angin sepanjang hari untuk menjaga kandang sapi tetap kering. Ia juga rutin memandikan dan membersihkan kuku sapi perahnya.

“Saya kehilangan puluhan juta,” katanya TrueNews tentang rendahnya produksi susu akibat sapi sakit.

Amin mengeluhkan lambatnya penanganan oleh pemerintah daerah. “Dinas Peternakan Kabupaten Malang tidak mendapat perhatian, hanya imbauan. Tidak ada bantuan medis,” katanya.

Banyak peternak sapi lain yang bernasib lebih buruk, karena mereka terlambat mengatasi PMK yang telah menginfeksi sapi mereka dan beberapa terpaksa menjual sapi mereka dengan harga murah.

Wabah PMK telah menyebar ke 22 provinsi di Indonesia, dengan kasus terbanyak di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Aceh, menurut Kementerian Pertanian.

Setidaknya 411.701 ternak telah terinfeksi penyakit ini dan 2.900 di antaranya telah mati, kata kementerian itu.

Meskipun PMK berbahaya dan menyebar sangat cepat ke hewan dengan jari kaki sumbing seperti sapi, domba, kambing dan babi, virus PMK tidak menginfeksi manusia, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Kementerian juga mengatakan daging dari hewan yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku aman dikonsumsi jika dimasak dengan matang dan diproses dengan benar.

Sapi perah peliharaan Miftakhul Amin (46), seorang peternak sapi di Desa Waturejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, sembuh setelah terjangkit PMK, 3 Juli 2022. [Eko Widianto/BenarNews]
Sapi perah peliharaan Miftakhul Amin (46), peternak sapi di Desa Waturejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, sembuh setelah terjangkit PMK, 3 Juli 2022. [Eko Widianto/BenarNews]

Kehilangan

Sugiono, Ketua Koperasi Unit Desa di Kabupaten Ngantang, mengatakan informasi yang diterimanya mengatakan sapi perah pertama kali terinfeksi PMK pada 27 April 2022 di Desa Sumberagung, namun virus tersebut dengan cepat menginfeksi sapi perah peternak lainnya.

“Sekarang sudah merata di 13 desa,” ujarnya Berita Sejati.

Koperasi ini beranggotakan 3.500 peternak dengan kawanan sapi sebanyak 17.800 ekor. Sebanyak 8.624 di antaranya terinfeksi PMK dan 273 meninggal, sehingga produksi susu turun menjadi 46 ton dari 104 ton per hari, kata Sugiono.

Selain itu, setiap hari 5.300 liter susu dari sapi yang dirawat dan divaksinasi dibuang karena terkontaminasi antibiotik dan obat-obatan.

Koperasi membeli sisa susu dari peternak dengan harga Rp 6.000 per liter. Dengan itu, kerugian rata-rata Rp 954 juta setiap bulannya, kata Sugiono.

“Sisa susunya dibuang, tidak layak konsumsi,” ujarnya.

Sugiono optimistis para petani bisa melewati masa sulit ini. Namun, tak jarang peternak panik menjual sapi murah. Tiga ekor ayam tersebut dijual dengan harga Rp 6 juta hingga Rp 10 juta. “Kalau normal, biayanya Rp 20 juta per kapita,” ujarnya.

manajer tur arung jeram Di Malang, Anas Sandi Firman mengaku sering mengarungi sapi mati di Sungai Konto yang menjadi jalur arung jeram. Banyak ditemukan bangkai sapi sejak wabah PMK melanda Kabupaten Malang. Bangkai sapi itu ditemukan mengambang, kami menguburnya di tepi sungai, kata Anas.

Untuk menangani wabah tersebut, pemerintah membentuk satuan tugas penanganan penyakit mulut dan kuku pada akhir Juni, yang dipimpin oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan memberlakukan pembatasan berbasis mikro pada mobilitas ternak di daerah yang terkena PMK atau di daerah zona merah.

Pemerintah juga meningkatkan vaksinasi hewan ternak dengan pengadaan 29 juta dosis vaksin dari anggaran pemulihan ekonomi nasional, kata Airlangga.

Cepat menular

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Dyah Ayu Oktavianie meminta pemerintah menghentikan petani membuang bangkai di sungai. Tindakan yang dikhawatirkan akan mempercepat penyebaran.

Ia meminta agar bangkai sapi dikubur di tempat yang aman dan didesinfeksi untuk membunuh virus agar tidak menyebar. Lokasi pemakaman, kata dia, juga sudah ditemukan.

“Karakteristik PMK mudah menyebar melalui udara. Bagian tubuh hewan yang terinfeksi seperti feses, darah, dan kulit menjadi media penularan,” ujarnya.

Berurusan dengan sapi mati penting untuk meminimalkan penularan.

Dyah meminta pemerintah mengambil tindakan tegas untuk menerapkan karantina sapi yang terpapar PMK, termasuk pembatasan pergerakan ternak.

Dyah menjelaskan, ternak yang terkena PMK bisa sembuh dalam waktu tujuh hingga 14 hari, tergantung dari daya tahan tubuh sapi dan asupan makanan serta tingkat keparahan penyakitnya.

Karena itu, tidak ada nafsu makan ketika gejala PMK terdeteksi, seperti: B. Air liur sapi, dan kaki lumpuh segera diobati, katanya.

Petani yang hewan peliharaannya mati karena penyakit mulut dan kuku akan mendapat bantuan Rp 10 juta dari pemerintah melalui BNPB, kata Kepala BNPB Suharyanto, Rabu.

“Petani yang sapinya mati karena PMK, kami akan memberikan bantuan maksimal Rp 10 juta,” katanya, seperti dikutip Antara. Diantara.

Namun, masyarakat tidak bisa mengklaim menerima bantuan Rp10 juta itu, melainkan harus melalui rekomendasi dari kantor wilayah.

Petugas memvaksinasi sapi perah milik anggota koperasi desa di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. [Foto: KUD Sumber Makmur]
Petugas memvaksinasi sapi perah milik anggota koperasi lokal unit desa di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. [Foto: KUD Sumber Makmur]

menyegarkan vaksinasi

Dirjen Peternakan Nasrullah mengatakan dalam keterangan tertulis, pihaknya telah mendistribusikan 651.700 dosis vaksin. “Departemen Pertanian telah mendistribusikan vaksin darurat PMK ke berbagai enclave peternakan nasional,” katanya.

Di situs web standbypmk.id dilaporkan bahwa 605.104 sapi telah divaksinasi.

Dyah menjelaskan, vaksinasi merupakan salah satu cara untuk mencegah sapi sehat terinfeksi dengan meningkatkan daya tahannya terhadap serangan virus, terutama pada sapi dara atau pedet yang daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan sapi dewasa.

Departemen Pertanian memprioritaskan vaksinasi sapi perah untuk mengamankan produksi susu nasional.

Jawa Timur merupakan lumbung susu dan basis industri pengolahan susu. Vaksinasi menjadi pekerjaan tetap, setelah 3-4 minggu vaksinasi pertama menyusul pemacu dan suntikan ketiga enam bulan kemudian.

Sapi divaksinasi ulang setiap enam bulan selama lima tahun.

“Targetnya lima tahun nol, nol PMK,” kata Dyah.

Serangan PMK terhadap sapi perah, kata Dyah, memberikan multiplier effect bagi perekonomian karena produksi susu turun 30-40 persen.

Jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan PMK akan menyebabkan kerusakan permanen sehingga memicu penurunan produksi susu, katanya.

Source: www.benarnews.org

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button